Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Mengkhawatirkan, Tokoh Papua Mohon Diskresi Agar Enembe Didampingi Pembimbing Rohani
Kondisi Mengkhawatirkan, Tokoh Perempuan Papua Mohon Diskresi Presiden Agar Lukas Enembe Didampingi Pembimbing Rohani
Mengkhawatirkan, Tokoh Papua Mohon Diskresi Agar Enembe Didampingi Pembimbing Rohani
ODIYAIWUU.Com
20 Juli 2023

Presiden Joko Widodo didampingi Gubernur Papua Lukas Enembe saat memberikan keterangan pers kepada wartawan usai meletakkan batu pertama pembangunan pasar di Papua yang dipusatkan di Pasar Praha, Sentani, Kabupaten Jayapura, Sabtu (28/12 2014). Sumber foto: antaranews.com, 27 Desember 2014

TIMIKA, ODIYAIWUU.com — Tokoh perempuan Papua dari wilayah Meepago Ana Yosefine memohon Presiden Joko Widodo melalui Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan diskresi kepada Gubernur nonaktif Papua Lukas Enembe yang saat ini tengah dalam kondisi sakit yang mengkhawatirkan.

Melihat kondisi Enembe yang saat ini mengalami kompleksitas berbagai penyakit, Lukas Enembe dapat didampingi pembimbing rohani agar tokoh masyarakat Papua itu mendapat siraman rohani dan semakin mendekatkan diri dengan Tuhan, sang Pencipta sehingga tabah menerima sakit penyakit yang menderanya sebagai seorang umat beriman.

Menurut tokoh dan aktivis perempuan Papua Anna Yosefine, publik di tanah Papua setia mengikuti perkembangan kondisi kesehatan Enembe melalui pemberitaan media masaa, baik elektronik, cetak maupun online selama menjalani proses hukum di pengadilan di tengah aneka penyakit a=yang diderita Enembe.

“Saya selaku warga Papua tidak tega melihat sakit yang diderita Pak Lukas. Saya memohon dengan hati tulus agar Bapak Presiden Jokowi melalui KPK memberikan diskresi kepada paitua Lukas agar beliau didampingi seorang pendeta atau gembala dari Gereja Injili di Indonesia, GIDI sebagai pembimbing rohani di saat-saat kondisi kesehatannya mengkhawatirkan,” ujar Anna kepada Odiyaiwuu.com dari Timika, kota Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Kamis (20/7).

Negara melalui aparat penegak hukum, baik jaksa maupun hakim, kata Anna, tentu melihat dengan baik kondisi kesehatan sejak ditangkap dan selama menjalani proses hukum atas sangkaan korupsi. Namun, kondisi kesehatan Enembe yang terus melorot dan mengkhawatirkan keluarga besarnya serta masyarakat tanah Papua, bisa menjadi pertimbangan Presiden Jokowi memberi diskresi atas proses dan kondisi kesehatan yang kian buruk Enembe.

“Salah satu pintu masuk hanya melalui diskresi Bapak Presiden Jokowi selaku kepala negara dan pemerintahan agar Pace Lukas didampingi dan dirawat di Papua, tanah kelahirannya. Siapapun Gubernur yang memimpin di Papua bukanlah perkara mudah,” lanjut Anna.

Selain itu, kata Ana, Papua menghadapi aneka situasi kepemimpinan yang sulit di tengah kekayaan alam melimpah tetapi para pemimpinnya setiap berganti rezim selalu mengabdi sepenuh hati. Enembe sudah membuktikan pengabdiannya yang tulus bersama jajaran pemerintahan, lepas dari plus-minusnya.

“Pace Lukas membuktikan dengan sungguh kepemimpinannya meski akhirnya jatuh karena satu dan dua kelemahan, yang tentu bukan datang dari dirinya seorang tetapi sistem yang bekerja. Saya ingat betul, selama menjadi Gubernur Pace Lukas dan masyarakat Papua menjatuhkan pilihannya kepada Bapak Jokowi dan Bapak Maruf Amin sebagai Presiden. Beliau sungguh bekerja sesuai semangat Pak Jokowi dan Pak KH Ma’ruf Amin mengabdi bangsa dan negara, khususnya masyarakat Papua,” ujar Anna.

Pihak keluarga Enembe meminta sebelumnya juga meminta KPK, jaksa penuntut umum dan majelis hakim bertanggung jawab selama proses persidangan terjadi hal-hal yang membahayakan atau mengancam nyawa Enembe.

Permintaan tersebut muncul terkait kondisi kesehatan Enembe, tokoh dan kepala suku besar Papua yang saat ini mengalami penurunan, drop. Keluarga mengungkapkan, Enembe mengalami penurunan kesehatan yang serius di Rutan KPK Minggu (16/7) malam sehingga harus dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.

Enembe terpaksa dilarikan ke rumah sakit setelah selama Jumat-Minggu (14-15/7) tidak bisa makan dan susah menelan makanan. Karena itu, keluarga meminta agar seluruh proses persidangan dihentikan. Bagi keluarga, pertimbangan etis dan kemanusiaan itu jauh lebih penting dan melampaui hukum. Di atas hukum ada aspek kemanusiaan yang perlu diperhatikan negara.

“Karena kondisi Bapak saat ini sangat drop dan sedang dirawat di rumah sakit kami meminta jaminan dari KPK, para jaksa penuntut umum, dan majelis halim untuk bertanggungjawab jika dalam proses persidangan saat ini terjadi hal-hal buruk yang membahayakan nyawa Bapak Lukas. Kami dan seluruh rakyat Papua minta itu,” ujar Elius Enembe, adik Lukas Enembe kepada Odiyaiwuu.com di Jakarta, Senin (17/7).

Menurut Elius, sejak awal pihak keluarga sudah meminta agar persidangan ditunda mengingat kondisi Enembe tidak memungkinkan dilakukan persidangan. Namun, majelis hakim dan jaksa KPK tetap saja memaksakan persidangan dilakukan.

“Apalagi saat ini sudah masuk agenda pemeriksaan saksi dan kalau dari jadwal dilakukan selama dua kali seminggu. Sementara kondisi tubuhnya sangat drop. Terbukti beliau sekarang di rumah sakit. Kalau tidak segera ditangani mungkin kondisinya bisa lebih berbahaya lagi,” ujar Elius lebih lanjut.

Menurut Elius, selama sepekan terakhir kondisi Enembe di Rutan KPK sangat mengkhawatirkan karena tiga hari susah menelan makanan, makin susah bicara, hanya tiduran saja, kaki semakin bengkak, bahkan kencing dan BAB di tempat tidur.

Elius menceritakan, pihak keluarga dan kuasa hukum dihubungi jaksa KPK pada Minggu (16/7) siang karena kondisi Enembe yang drop sekaligus meminta keluarga membujuk Enembe agar mau diantar ke rumah sakit untuk dilakukan perawatan.

“Kami keluarga minta kalau sampai terjadi apa-apa sama Pak Lukas, maka kami akan tuntut KPK, jaksa dan majelis hakim untuk bertanggung jawab,” tegas Elius.

Karena itu keluarga juga mempertanyakan rekomendasi Dokter RSPAD Gatot Subroto di mana pada Jumat (7/7 2023) mengembalikan Enembe untuk rawat jalan di Rutan KPK. Padahal, kondisi ginjal Enembe justru kian memburuk.

“Itu kami tanya juga. Kalau Bapak Lukas sehat sampai kemudian direkomendasikan rawat jalan, lalu kenapa hasil pemeriksaan ginjal terakhir justru menunjukkan kondisinya memburuk? Atau dokter diintimidasi oleh jaksa untuk memaksakan Pak Lukas harus disidang? Ini kami tanya agar dijawab,” kata Elius.

Elius mengatakan, mengingat kondisi Enembe yang drop saat ini, keluarga juga meminta para dokter yang menangani untuk menyampaikan secara jelas kondisi kesehatannya.

“Apa saja sakitnya. Seperti apa daya tahan Bapak dengan sakit yang dia derita, itu harus disampaikan jelas oleh dokter. Kami berharap para dokter obyektif dalam memberikan rekomendasinya,” kata Elius.

Hasil pemeriksaan terakhir, kata Elius, diperoleh keterangan terkait tekanan darah mencapai 200 lebih, kondisi ginjal stadium 5 (kronis) dengan angka hasil laboratorium ginjal jauh di atas batas ginjal normal dan fakta stroke lima kali yang membuat kondisi sakit permanen seperti saat ini.

“Kami sampaikan hasil pemeriksan terakhir pada (16/7) malam saat dibawa ke rumah sakit,  kreatinin (terkait fungsi ginjal): 10,27 **. Ini diberi bintang dua yang artinya sudah sangat memburuk. Tensi atau tekanan darah: 238/90 mm Hg. Ini sangat mengkawatirkan,” ujar Elius. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)
https://www.odiyaiwuu.com/2023/07/20...gi-pembimbing/

Lukas Enembe mntanya tahanan kota malah maunya dirawat di Singapura dari gelagatnya//
Bagus juga sih didampingi pendeta biar koperatif sama KPK
0
449
11
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
billynsAvatar border
billyns
#8
korupsi sebanyak itu dipakai judi, lebih pas dibimbing rohani oleh para bandar judi untuk sediakan mesin2 judi di tahanan KPK biar terhibur.
wong dia sakit karena penyakit kejiwaan, sampai nggak mau makan. biasa, mentalnya kena kayak koruptor2 lain yang ujug2 sakit begitu diusut KPK.
0
Tutup