- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
![jurigciwidey](https://s.kaskus.id/user/avatar/2010/02/23/avatar1454678_31.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
jurigciwidey
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
Quote:
Good news for me gan, kemaren ane dah ketemu dengan pihak PH, dan sepakat mereka mengangkat ide cerita tentang kolong mayit sebagai film yang akan mereka buat...
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
SAMPURASUN
Setelah beberapa tahun menghilang, karena cerita-cerita sebelumnya di tarik oleh salah satu platform, akhirnya kini ane kembali lagi gan. seperti pulang ke kampung halaman setelah merantau selama dua tahun lamanya
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
![RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)](https://s.kaskus.id/images/2023/05/30/1454678_20230530104622.png)
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
![RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)](https://s.kaskus.id/images/2023/05/30/1454678_20230530104622.png)
Quote:
Rara, begitulah namanya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
ARC 1 : AWAL MULA RARA
BAB 1 (DIBAWAH)
BAB 2 (HILANG)
BAB 3 (RAMAI)
BAB 4 (RUANGAN)
BAB 5 (PULANG)
BAB 6 (SUASANA)
BAB 7 (MELARIKAN DIRI)
BAB 8 TERSADARKAN
ARC 2 : EXPEDISI
BAB 9 SATU BULAN KEMUDIAN
BAB 10 PERTEMUAN
BAB 11
MBAH WALANG
BAB 12 KEBERANGKATAN
BAB 13 BERKUMPUL
BAB 14 MALAM PERTAMA
BAB 15 KELUAR
BAB 16 DARAH
BAB 17 MEMULAI PERJALANAN
BAB 18 LEUWEUNG KUNTI
BAB 19 PERDEBATAN
BAB 20 MEREKA
BAB 21 DILUAR RENCANA
BAB 22 KEPANIKAN
BAB 23 MENGIKUTI
BAB 24 BERPENCAR
BAB 25 MIMPI
BAB 26 KETAKUTAN
BAB 27 SAMPAI
BAB 28 DESA
BAB 29 DIMALAM PERTAMA
BAB 30 KERAMAT
BAB 31 TERSENYUM
BAB 32 TIDAK TERDUGA
BAB 33 KEPANIKAN
BAB 34 MENGUNGSI
BAB 35 KETIDAKTAHUAN
BAB 36 KENYATAAN
BAB 37 TERROR
BAB 38 KETAKUTAN
BAB 39 MELARIKAN DIRI
BAB 40 DIA
BAB 41 DIBALIK ITU SEMUA
BAB 42 PENYESALAN
BAB 43 BANTUAN
BAB 44 MENGHILANG KEMBALI
BAB 45 TERNYATA DIA
BAB 46 KEMBALI
BAB 47 DATANG
BAB 48 BEBERAPA WAKTU YANG LALU (TAMAT)
Quote:
“Bener kita harus lakuin ini Wi?”
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Diubah oleh jurigciwidey 25-08-2023 07:07
![sampeuk](https://s.kaskus.id/user/avatar/2020/08/07/avatar10904274_1.gif)
![littlesmith](https://s.kaskus.id/user/avatar/2016/10/29/avatar9273969_6.gif)
![bebyzha](https://s.kaskus.id/user/avatar/2021/08/27/avatar11086311_3.gif)
bebyzha dan 47 lainnya memberi reputasi
46
30.6K
Kutip
433
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
![jurigciwidey](https://s.kaskus.id/user/avatar/2010/02/23/avatar1454678_31.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
jurigciwidey
#45
BAB 12 : KEBERANGKATAN
Quote:
Waktu menunjukan jam tiga pagi, di saat semuanya sedang terlelap tidur. Nampak ada seseorang yang sedang duduk sendirian di depan basecamp dengan tatapannya yang kosong.
Entah bagaimana caranya dia bisa duduk disana, pandangannya yang lurus menatap sebuah taman kecil di depan basecamp yang langsung berbatasan dengan jalan komplek yang nampak gelap gulita.
Hanya sebuah lampu kecil yang menyinarinya disana, dia duduk tanpa expresi seperti ada sesuatu yang sedang menimpa dirinya pada malam itu.
“Ra, Rara.”
“Ra.”
“Ra.”
Suara-suara terdengar di telinganya secara perlahan. suara-suara itu seperti memanggil dirinya agar menoleh ke suatu tempat.
Nampaknya, tubuhnya dibiarkan kosong tanpa jiwa dan duduk sendirian dengan hawa dingin yang menerpanya pada malam itu. Sedangkan jiwanya, melayang entah kemana, karena semuanya nampak gelap, tidak ada cahaya apapun selain berupa panggilan yang memanggil dirinya sendiri di tengah-tengah kegelapan itu.
“Rara, Rara”
“Ini ibu ra, ibu yang sempat Rara temui pada waktu itu.”
Secara perlahan-lahan, suasana gelap yang rara rasakan tiba-tiba berubah. Perlahan-lahan kegelapan itu seperti mulai tersedot oleh sebuah cahaya terang dan entah mengapa dirinya seperti berada di suatu tempat yang asing, yang baru kali ini dia lihat dimasa hidupnya.
‘Dimana ini.’
Batin Rara kembali bertanya atas apa yang terjadi kepada dirinya, bukan satu atau dua kali dia merasakan hal tersebut. Namun entah apa yang terjadi sekarang lebih aneh dari sebelumnya.
Nampak, sesosok wanita yang pernah dia temui di dalam mimpi sewaktu berada di dalam rumah itu kembali muncul. Dia muncul dengan kebayanya yang sama ketika Rara bertemu dengannya pertama kali.
“Maaf, aku sekarang tidak bisa mendekat.”
“Ada sesuatu yang menghalangi untuk mendekatimu sekarang, sehingga aku hanya bisa bertemu denganmu seperti ini saja,” katanya sambil tersenyum.
Rara bingung atas apa yang di katakannya, apalagi dia tidak mengerti kenapa dia tidak bisa mendekat kepadanya pada saat itu.
“Waktu semakin dekat ra, aku tau kalau kamu nantinya akan menjadi bagian dari kita semua.”
“Namun, ada satu orang disini yang tidak setuju akan hal itu.”
“Dan hingga kini, dia seperti berusaha untuk memberitahukan hal itu meskipun itu sulit.”
“Apalagi, setelah orang itu ikut campur. Kita jadi semakin susah untuk mendekat.”
Wanita itu kembali tersenyum kecil, dia menatap Rara agak lama sebelum akhirnya dia berkata kembali dengan nadanya yang sopan.
Namun, entah mengapa. kini di belakang dari wanita itu muncul beberapa bayangan hitam yang menatap Rara dari kejauhan. mata-mata merah yang menyala terang terlihat jelas olehnya.
Bayangan dari laki-laki, bayangan dari seorang kakek-kakek yang sudah bungkuk, bayangan dari seorang ibu yang sedang menggendong bayi. Semuanya muncul dan menatap dirinya secara bersamaan.
Entah apa yang terjadi, namun mereka seperti memberi pesan tersirat yang belum disadari oleh Rara pada saat itu.
“Ra, Rara.”
“Aku hanya berpesan, pikirkan lagi untukmu ikut dengan mereka.”
“Terlepas dari apa yang terjadi, namun nampaknya ada sesuatu yang menunggu kalian disana.”
“Dan itu adalah sesuatu yang gelap.”
“Yang mungkin saja.”
“Sesuatu yang tidak akan bisa kamu atasi sendirian.”
“Karena.”
“Ini menyangkut dengan nyawamu dan nyawa mereka.”
Tubuh wanita itu tiba-tiba menghitam, dia seperti berubah menjadi bayangan yang sama dengan orang-orang yang ada dibelakang sana. Sedangkan bayangan-bayangan dibelakangnya tiba-tiba menghilang, tubuhnya tiba-tiba hancur dan terbang seperti debu yang tertiup angin.
Rara hanya bisa terdiam tanpa menjawab satupun perkataan dari orang itu.
Lalu, setelah semuanya menghilang.
Tiba-tiba.
Byurrr
“DANANGGG.”
“LU NGAPAIN MENGGUYUR SI RARA PAKE AIR SEEMBER.”
Dewi yang nampak panik tiba-tiba marah kepada danang yang, tiba-tiba membawa air dan mengguyur tubuh rara dengna hawa yang dingin di pagi hari pada saat itu.
Entah suatu kebetulan atau memang sudah waktunya jiwa Rara kembali masuk ke dalam tubuhnya.
Tiba-tiba Rara langsung membuka mulutnya dan menarik napas panjang sambil mengangkat kedua tangannya dan mendekatkannya ke arah tubuhnya yang menggigil.
“Nah kan, tuh sukses, akhirnya bangun juga si Rara,” kata dangan dengan percaya diri.
“Ya tapi ga gitu juga kali nang, liat si Rara ampe menggigil gitu.”
Dewi yang panik langsung berlari mengambil handuk dan langsung menutupi tubuh Rara agar dirinya merasa hangat. sedangkan Ardi langsung ke dapur untuk membuatkan teh hangat untuk diminum.
Rara yang membuka matanya kini nampak aneh, di tengah tubuhnya yang basah dan dingin. dia melihat dirinya tiba-tiba ada di depan basecamp dengan semua teman-temannya yang berkumpul mengelilingi dirinya.
“Mas, kenapa gue ada disini,” kata Rara dengan nada yang kebingungan bertanya kepada Dimas yang berdiri di dekatnya.
“Euuu, itu, lu waktu shubuh tadi jalan sendiri keluar ra di saat kita bertiga sedang tidur,”
“Malah kita mau tanya ke elu, ngapain shubuh-shubuh duduk di depan, kayak kuntianak aje nongkrong di sana.”
Rara yang kebingungan hanya menggelengkan kepala, dia tidak tau bahwa tubuhnya berjalan sendiri dan duduk di depan basecamp pada saat itu.
“Eh, si Rara kayak gini apa gara-gara ketemu si mbah bangkotan itu ya, yang nanti barengan sama kita pas expedisi.”
“Toh dia yang bikin si Rara muntah.” kata Danang yang bertanya kepada Dimas dan melihat Rara yang masih menggigil kedingingan.
“Ga boleh gitu, udah mau sebulan ini si Rara udah tenang hidupnya. dia udah ga bisa lihat apa-apa lagi sekarang, ngobrol ama kita aja udah fokus sekarang. ga sampe nunjuk ke arah dapur terus lihat anak kecil botak lari-lari disana.”
“Bener kan ra,” kata Dewi yang duduk di dekat Rara sambil memeluknya agar dirinya tidak terlalu kedinginan.
Rara, hanya mengangguk, memang setelah dia muntah dan bertemu Mbah Walang. penglihatannya akan para mahluk halus yang seringkali muncul dan menyapa dirinya kini secara perlahan-lahan menghilang.
Dia kini bisa tenang untuk melihat di sekelilingnya ketika malam tiba. Karena dirinya seperti kembali menjadi orang normal pada umumnya yang tidak bisa melihat apa-apa lagi seperti kejadian di kostnya yang dulu.
Meskipun, entah mengapa dia kini mengalami mimpi dan bertemu dengan orang-orang yang pernah dia temui dalam mimpi ketika berada di rumah itu.
Sebenarnya, ada apa?
Apa pesan yang ingin mereka sampaikan kepada Rara dan timnya?
Rara hanya bisa terdiam di saat para teman-temannya mengobrol tentang dirinya di depan basecamp. Disertai cahaya matahari pagi yang muncul secara perlahan membuat tubuhnya yang awalnya menggigil kedinginan kini terasa hangat.
Apalagi.
“Ra, minum dulu teh hangatnya gih, agar lu enakan.”
“Sorry, gue kayaknya ga ngunci pintu basecamp kemarin malam, sehingga lu tanpa sadar keluar dan duduk di depan.”
“Lain kali gue akan kunci pintunya agar lu ga kemana-mana lagi,” kata Ardi yang muncul dari arah dapur dan memberikan teh hangat kepada Rara untuk diminum pada saat itu.
“Sudah, sudah, yang penting Rara sudah sadar. mungkin tubuhnya tidak sepenuhnya sembuh sehingga dia masih mengalami hal-hal tadi.”
“Tapi, setidaknya dengan bantuan Mbah Walang apa yang dia lihat tentang para mahluk bisa tertutup, dan selama expedisi besok, Mbah Walang akan menjaga Rara dan kita semua agar kita selamat di sana.”
“Semangat ya guys, besok kita berangkat, ke tempat yang lumayan jauh dan memakan waktu selama berhari-hari disana.”
“ingat, kita harus sukses dengan dokumentasi yang kita buat, karena semuanya sudah di support oleh Pak Brata yang baik itu sebagai sponsor utama kita,” kata Dewi dengan nada yang semangat.
Dia sudah tidak sabar. karena besok adalah waktu keberangkatan mereka menuju desa kolong mayit, sebuah desa yang menyimpan misteri yang akan mereka ungkap sesampainya disana.
Entah bagaimana caranya dia bisa duduk disana, pandangannya yang lurus menatap sebuah taman kecil di depan basecamp yang langsung berbatasan dengan jalan komplek yang nampak gelap gulita.
Hanya sebuah lampu kecil yang menyinarinya disana, dia duduk tanpa expresi seperti ada sesuatu yang sedang menimpa dirinya pada malam itu.
“Ra, Rara.”
“Ra.”
“Ra.”
Suara-suara terdengar di telinganya secara perlahan. suara-suara itu seperti memanggil dirinya agar menoleh ke suatu tempat.
Nampaknya, tubuhnya dibiarkan kosong tanpa jiwa dan duduk sendirian dengan hawa dingin yang menerpanya pada malam itu. Sedangkan jiwanya, melayang entah kemana, karena semuanya nampak gelap, tidak ada cahaya apapun selain berupa panggilan yang memanggil dirinya sendiri di tengah-tengah kegelapan itu.
“Rara, Rara”
“Ini ibu ra, ibu yang sempat Rara temui pada waktu itu.”
Secara perlahan-lahan, suasana gelap yang rara rasakan tiba-tiba berubah. Perlahan-lahan kegelapan itu seperti mulai tersedot oleh sebuah cahaya terang dan entah mengapa dirinya seperti berada di suatu tempat yang asing, yang baru kali ini dia lihat dimasa hidupnya.
‘Dimana ini.’
Batin Rara kembali bertanya atas apa yang terjadi kepada dirinya, bukan satu atau dua kali dia merasakan hal tersebut. Namun entah apa yang terjadi sekarang lebih aneh dari sebelumnya.
Nampak, sesosok wanita yang pernah dia temui di dalam mimpi sewaktu berada di dalam rumah itu kembali muncul. Dia muncul dengan kebayanya yang sama ketika Rara bertemu dengannya pertama kali.
“Maaf, aku sekarang tidak bisa mendekat.”
“Ada sesuatu yang menghalangi untuk mendekatimu sekarang, sehingga aku hanya bisa bertemu denganmu seperti ini saja,” katanya sambil tersenyum.
Rara bingung atas apa yang di katakannya, apalagi dia tidak mengerti kenapa dia tidak bisa mendekat kepadanya pada saat itu.
“Waktu semakin dekat ra, aku tau kalau kamu nantinya akan menjadi bagian dari kita semua.”
“Namun, ada satu orang disini yang tidak setuju akan hal itu.”
“Dan hingga kini, dia seperti berusaha untuk memberitahukan hal itu meskipun itu sulit.”
“Apalagi, setelah orang itu ikut campur. Kita jadi semakin susah untuk mendekat.”
Wanita itu kembali tersenyum kecil, dia menatap Rara agak lama sebelum akhirnya dia berkata kembali dengan nadanya yang sopan.
Namun, entah mengapa. kini di belakang dari wanita itu muncul beberapa bayangan hitam yang menatap Rara dari kejauhan. mata-mata merah yang menyala terang terlihat jelas olehnya.
Bayangan dari laki-laki, bayangan dari seorang kakek-kakek yang sudah bungkuk, bayangan dari seorang ibu yang sedang menggendong bayi. Semuanya muncul dan menatap dirinya secara bersamaan.
Entah apa yang terjadi, namun mereka seperti memberi pesan tersirat yang belum disadari oleh Rara pada saat itu.
“Ra, Rara.”
“Aku hanya berpesan, pikirkan lagi untukmu ikut dengan mereka.”
“Terlepas dari apa yang terjadi, namun nampaknya ada sesuatu yang menunggu kalian disana.”
“Dan itu adalah sesuatu yang gelap.”
“Yang mungkin saja.”
“Sesuatu yang tidak akan bisa kamu atasi sendirian.”
“Karena.”
“Ini menyangkut dengan nyawamu dan nyawa mereka.”
Tubuh wanita itu tiba-tiba menghitam, dia seperti berubah menjadi bayangan yang sama dengan orang-orang yang ada dibelakang sana. Sedangkan bayangan-bayangan dibelakangnya tiba-tiba menghilang, tubuhnya tiba-tiba hancur dan terbang seperti debu yang tertiup angin.
Rara hanya bisa terdiam tanpa menjawab satupun perkataan dari orang itu.
Lalu, setelah semuanya menghilang.
Tiba-tiba.
Byurrr
“DANANGGG.”
“LU NGAPAIN MENGGUYUR SI RARA PAKE AIR SEEMBER.”
Dewi yang nampak panik tiba-tiba marah kepada danang yang, tiba-tiba membawa air dan mengguyur tubuh rara dengna hawa yang dingin di pagi hari pada saat itu.
Entah suatu kebetulan atau memang sudah waktunya jiwa Rara kembali masuk ke dalam tubuhnya.
Tiba-tiba Rara langsung membuka mulutnya dan menarik napas panjang sambil mengangkat kedua tangannya dan mendekatkannya ke arah tubuhnya yang menggigil.
“Nah kan, tuh sukses, akhirnya bangun juga si Rara,” kata dangan dengan percaya diri.
“Ya tapi ga gitu juga kali nang, liat si Rara ampe menggigil gitu.”
Dewi yang panik langsung berlari mengambil handuk dan langsung menutupi tubuh Rara agar dirinya merasa hangat. sedangkan Ardi langsung ke dapur untuk membuatkan teh hangat untuk diminum.
Rara yang membuka matanya kini nampak aneh, di tengah tubuhnya yang basah dan dingin. dia melihat dirinya tiba-tiba ada di depan basecamp dengan semua teman-temannya yang berkumpul mengelilingi dirinya.
“Mas, kenapa gue ada disini,” kata Rara dengan nada yang kebingungan bertanya kepada Dimas yang berdiri di dekatnya.
“Euuu, itu, lu waktu shubuh tadi jalan sendiri keluar ra di saat kita bertiga sedang tidur,”
“Malah kita mau tanya ke elu, ngapain shubuh-shubuh duduk di depan, kayak kuntianak aje nongkrong di sana.”
Rara yang kebingungan hanya menggelengkan kepala, dia tidak tau bahwa tubuhnya berjalan sendiri dan duduk di depan basecamp pada saat itu.
“Eh, si Rara kayak gini apa gara-gara ketemu si mbah bangkotan itu ya, yang nanti barengan sama kita pas expedisi.”
“Toh dia yang bikin si Rara muntah.” kata Danang yang bertanya kepada Dimas dan melihat Rara yang masih menggigil kedingingan.
“Ga boleh gitu, udah mau sebulan ini si Rara udah tenang hidupnya. dia udah ga bisa lihat apa-apa lagi sekarang, ngobrol ama kita aja udah fokus sekarang. ga sampe nunjuk ke arah dapur terus lihat anak kecil botak lari-lari disana.”
“Bener kan ra,” kata Dewi yang duduk di dekat Rara sambil memeluknya agar dirinya tidak terlalu kedinginan.
Rara, hanya mengangguk, memang setelah dia muntah dan bertemu Mbah Walang. penglihatannya akan para mahluk halus yang seringkali muncul dan menyapa dirinya kini secara perlahan-lahan menghilang.
Dia kini bisa tenang untuk melihat di sekelilingnya ketika malam tiba. Karena dirinya seperti kembali menjadi orang normal pada umumnya yang tidak bisa melihat apa-apa lagi seperti kejadian di kostnya yang dulu.
Meskipun, entah mengapa dia kini mengalami mimpi dan bertemu dengan orang-orang yang pernah dia temui dalam mimpi ketika berada di rumah itu.
Sebenarnya, ada apa?
Apa pesan yang ingin mereka sampaikan kepada Rara dan timnya?
Rara hanya bisa terdiam di saat para teman-temannya mengobrol tentang dirinya di depan basecamp. Disertai cahaya matahari pagi yang muncul secara perlahan membuat tubuhnya yang awalnya menggigil kedinginan kini terasa hangat.
Apalagi.
“Ra, minum dulu teh hangatnya gih, agar lu enakan.”
“Sorry, gue kayaknya ga ngunci pintu basecamp kemarin malam, sehingga lu tanpa sadar keluar dan duduk di depan.”
“Lain kali gue akan kunci pintunya agar lu ga kemana-mana lagi,” kata Ardi yang muncul dari arah dapur dan memberikan teh hangat kepada Rara untuk diminum pada saat itu.
“Sudah, sudah, yang penting Rara sudah sadar. mungkin tubuhnya tidak sepenuhnya sembuh sehingga dia masih mengalami hal-hal tadi.”
“Tapi, setidaknya dengan bantuan Mbah Walang apa yang dia lihat tentang para mahluk bisa tertutup, dan selama expedisi besok, Mbah Walang akan menjaga Rara dan kita semua agar kita selamat di sana.”
“Semangat ya guys, besok kita berangkat, ke tempat yang lumayan jauh dan memakan waktu selama berhari-hari disana.”
“ingat, kita harus sukses dengan dokumentasi yang kita buat, karena semuanya sudah di support oleh Pak Brata yang baik itu sebagai sponsor utama kita,” kata Dewi dengan nada yang semangat.
Dia sudah tidak sabar. karena besok adalah waktu keberangkatan mereka menuju desa kolong mayit, sebuah desa yang menyimpan misteri yang akan mereka ungkap sesampainya disana.
Diubah oleh jurigciwidey 13-06-2023 02:49
![Araka](https://s.kaskus.id/user/avatar/2006/10/19/default.png)
![jenggalasunyi](https://s.kaskus.id/user/avatar/2019/07/31/avatar10662509_10.gif)
![sampeuk](https://s.kaskus.id/user/avatar/2020/08/07/avatar10904274_1.gif)
sampeuk dan 23 lainnya memberi reputasi
24
Kutip
Balas
Tutup