Gue berjalan menyusuri bangunan Bernuansa modern dan tidak menakutkan sama sekali. Semuanya terasa simple dan tersusun rapi.

Lingkungan yang bersih, banyak tumbuhan hijau, foto foto para siswa dan siswi yang memenangkan perlombaan, almari piala yang tersusun rapi. Serta bangku yang tidak ada coretan tipe x sama sekali.

Diatas adalah gambaran sekolah swasta yang ada di Semarang.

Merepotkan?

Iya!!

Mungkin gue adalah salah satu manusia yang kurang bersyukur, di dunia ini, atau paling dekatnya di Indonesia. Gue bingung menentukan pilihan gue maunya dimana!!!

Dirumah maunya sama orang tua, melow, di jakarta gue tidak menjadi diri gue yang sesungguhnya. Segalanya ada. Dannn KURANG SERU.

Teros karepmu pie jhonnn
Translate : terus maumu gimana jhonn.

Kembali ke setelah acara ulang tahun ayah. Kami semua beristirahat untuk beraktivitas esok harinya.

Apa yang ada di benak orang tua gue sehingga di hari Minggu setelah hari hari membosankan gue lalui di sini.

Ayah sama bunda mengajak gue untuk berkunjung ke salah satu panti asuhan di daerah terdekat. Dengan membawa oleh oleh dan makanan yang sangat nikmat. Kami pun berangkat kesana menggunakan mobil pinjaman yang jok belakangnya sudah dikosongin sehingga muat untuk menaruh banyak makanan.

Disitu gue merasa ditampar sangat kerass. Air mata gue mengalir dengan sendirinya. Ayah dan Bunda yang selama ini hanya gue lihat sibugnya saja ternyata sudah dianggap orang tua untuk mereka. Bunda melihat gue dan tersenyum.

Beberapa orang tua  kadang tidak banyak menuntut banyak kepada anaknya supaya anaknya memilih jalannya sendiri. Tetapi kadang anaknya sendiri yang suka neko neko termasuk gue wkwk. Banyak Anak yang seakan merasa tertekan karena kurangnya kasih sayang. Oke gue merasa gue juga ngerasain itu. Dan gue bersyukur sadar lebih cepat,

sedikit pembelajaran.

Emosi seseorang bisa berubah kapanpun itu NORMAL. Apa yang bisa kita lakukan untuk mereka(semua orang) apa proses kebahagiaan itu.

Dan Hal Paling susah menurut gue dalam fase diri sendiri adalah mengendalikan hati. Hati yang goyah melihat kebahagiaan orang lain sehingga membuat antonim pada diri kita. So gue bicara banyak tapi belum tentu gue bisa lakuin. setidaknya kalaupun nanti anak gue suatu saat doyan baca Kaskus dan Nemu cerita bapaknya. Ada sedikit pembelajaran bahwa proses kebahagiaan bermacam macam ceritanya. Satu yang pasti yang gue alami saat ini Senyum Tulus Anak Kecil adalah kebahagiaan yang sempurna.

Sekuat tenaga lu meraih sesuatu sejauh manapun lu melangkah menggapai mimpi, seberat apapun perjuangan lu, sesukses apapun nantinya lu,  ketika didalamnya hati ada rasa berbagi bersama, duduk bersila dan makan bersama. Detik itulah kebahagiaan sesungguhnya terasa.

Itulah kenapa ayah tidak pernah menuntut gue untuk mengikuti jejak beliau. Yang gue rasa beliau butuh banget penerus.

Disatu sisi usia beliau semakin bertambah.

Otak terus berpikir keras. Bunda memberi gue tisu, saat akan meraih tisue semua menjadi hitam.

Gue terbangun saat pipi terasa basah. Ya bunda menangis, gue melihat sekeliling, aman tidak ada jarum menempel, yang ada gambar ibu dan anak bergandengan. Lukisan tembok sekolah. Hahaha

Lu pingsan cepet aman boss!!

Itu namanya pingsan perihatin, kalo lama lama entar dibawa ke rumah sakit liat suster suster cantik kesenengan rudal



Oke oke kembali ke saat gue terbangun. 

"Kok udah Bangun" kata bunda.

"Tidur lagi nih" balas gue.

"Yah ambulance nya cancel aja anaknya udah bangun" ucap bunda

"Kosongan Dong Bun" balas ayah

"Tidur lagi nih" balas gue lagi

Disusul gelak tawa semua orang yang ada disitu. Gue pun merasakan kebahagiaan yang belum pernah gue rasakan sebelumnya. Bisa Gue katakan gue lebih bahagia hari ini daripada kebahagiaan gue saat memakai apron di dapur.

Mata gue tak henti hentinya melihat banyaknya anak kecil yang menenteng boneka.

Entah serapuh apa hati ini padahal gue cowok. Baru pertama dan memang pertama gue disini. Gue Sangat Bahagia. Ternyata inilah Cinta gue selama ini. Ya kasih dan sayang. Merangkul semua, semua kebahagiaan.

Tak Mau melewatkan kesempatan, gue pun bermain bersama mereka, tingkah lucu mereka. Tingkah absurd mereka, nakalnya para anak laki laki yang lucu juga. Dan kami pun makan bersama dengan hidangan yang sama dengan lantai yang sama pula. Bunda terlihat menyuapi beberapa anak kecil.

Gue menghadap kebelakang. Nggak kuat gue bro, airmata gue mengalir.

Saat kami mau pulang para anak anak terlihat sedih, gue pun merasakan hal yang sama.

Kami pun pulang. Di perjalanan pulang ayah sama bunda barulah bercerita tentang bagaimana beliau saat tidak ada gue. Disatu sisi ayah sama bunda merasa kesepian dan susah meninggalkan anak semata wayangnya, itulah kenapa beliau sering ke panti asuhan, apakah pikiran tidak baik berkata panti asuhan untuk menambal kesepian? Oke pemikiran tidak baik selalu berkata demikian. Namun beda halnya ketika Tuhan memberikan kita cerita dan kebaikan. Semua akan berjalan dengan kebahagiaan. Dan Tuhan selalu baik mengobati rindu Hambanya dengan cara yang indah.
Semua merasa bahagia tanpa unsur pelampiasan. Semua punya cerita dengan problematika yang berbeda.

Kembali saat didalam mobil, kami pun berbincang sampai dirumah.

"Yah, Andi Minta Balik Ke Semarang lagi boleh nggak" ucap gue pelan karena gue rada takut nyusahin walau kenyataannya iya hahaha

"Ayah sudah menduga kamu bakalan minta balik, ayah sebenarnya juga nggak tega kamu kesusahan disini" ucap ayah mengerti

Ya. Dari segi bahasa gue plegak pleguk(kurang lancar), dari segi daerah gue buta. Dan satu lagi gue kangen geber knalpot dua tak, dan yang paling penting gue siap menata hidup gue lagi sendiri. Tentunya hidup disini membuat gue belajar dan bersyukur hidup di semarang.

Terus Indri gimana bos?

Itulah yang membayangi gue saat akan terlelap. Gue musti mastiin Indri nggak Buncit, dan gue pun akhirnya susah merem.

Gue terus memikirkan drama apa yang terjadi nantinya.