handarunaufalAvatar border
TS
handarunaufal
Aku Tidak Melakukan Apapun


Aku Tidak Melakukan Apapun




Cerita ini ku persembahkan untuk......


Ketika roda kehidupan sulit untuk di mengerti, apa kita tetap harus diam dan terus berpikir? Ada saatnya kita memang harus melangkah maju, melangkah untuk menuju masa depan yang indah.

Masa lalu yang kelam biarkan menjadi cerita yang terus terkenang, mengisi lembar-lembar kertas kehidupan.

Daun-daun yang telah jatuh tidak mungkin akan kembali ke tempat asalnya, biarkan daun-daun baru menggantikannya.

Metamorfosa sempurna harus kita lakukan, agar kita menjadi kupu-kupu indah yang terbang bebas, bukan berhenti menjadi ulat yang menjijikan.

Tapi cerita tidak berhenti disitu, karena kita tidak tahu akhir cerita yang sebenarnya tentang kehidupan.


Handaru Naufal






Opening Theme Song









DAFTAR ISI


Quote:





DAFTAR ISI


Quote:




Quote:
Diubah oleh handarunaufal 01-06-2023 08:15
rinandya
candradimuko378
oktavp
oktavp dan 38 lainnya memberi reputasi
39
201.8K
1.1K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
handarunaufalAvatar border
TS
handarunaufal
#983
Part 13 : Untouchable



Bahar membawa gua masuk ke dalam hutan di daerah Pelabuhan Bakauheni. Jarak yang ditempuh hampir 2 jam perjalanan menggunakan mobil minibus. Sampai akhirnya, ada sebuah desa yang makmur di dalam pelosok hutan tersebut. Banyak masjid yang terbangun megah, pertanian yang subur, dan kebun-kebun petani cokelat yang berderet di sepanjang desa.

Uniknya lagi, listrik juga sudah ada di desa ini, mereka memanfaatkan PLTA yang sepertinya dibangun sendiri dan bukan dibangun oleh pemerintah.

Kami berhenti di sebuah rumah yang cukup sederhana, namun tetap terbilang mewah. Banyak orang yang duduk-duduk di depan rumah tersebut dan mengantungi sajam di pinggang mereka.

Bahar berhenti dan orang-orang disitu tampak hormat kepada Bahar. Bahar mengajak gua masuk ke dalam rumah itu.

Di dalam rumah tersebut, terlihat beberapa lukisan aesthetic, kolam ikan yang terbilang luas dan beberapa interior guci klasik yang sepertinya tampak sangat mahal.

Kemudian, seorang pria dewasa dengan perawakan yang sedikit gemuk datang menghampiri kami berdua.

"Siapa dia?" Tanya pria gemuk itu

"Dia yang memukuli Herman."

Pria gemuk itu mengambil pistol rakitan yang ada di pinggangnya dan mengarahkan pistol tersebut tepat di depan kepala gua.

Bohong jika gua tidak ketakutan dan gemetar, rasa takut akan kematian, tepat di depan mata gua.

Pistol rakitan itu berbentuk revolver dengan 4 peluru di dalamnya.

Pria gemuk itu melepas pengaman dari pistol itu dan mengokang senjata tersebut, tanpa keraguan dia menarik pelatuk dari senjata tersebut satu kali.

Gua memejamkan mata gua dan keringat mengucur deras membasahi wajah gua. Anehnya tidak terjadi apa-apa, gua berpikir, gua akan mati sekarang.

"Dia beruntung." Ucap pria gemuk itu

Kemudian dia mengembalikan senjata itu ke pinggangnya dan meninju wajah gua dengan keras. Darah mengalir perlahan dari hidung gua, pukulan itu benar-benar matang dan terlatih, dia sengaja tidak membuat gua pingsan dengan pukulan itu, tapi bisa membuat gua mimisan hanya dengan satu pukulan.

"Gua suka sama dia Bahar, ketika dia dipukul dia tidak memejamkan matanya, apa anak ini terlatih?"

"Sepertinya bos, karena ketika gua ngelawan dia, dia masang kuda-kuda beladiri."

"Hei nak, beladiri apa yang lu pelajarin?"

"Tapak Suci."

Pria gemuk itu tersenyum, senyum yang begitu tulus keluar dari bibirnya. Sialan, senyumannya benar-benar membuat gua merinding.

"Apa pantas seorang yang belajar beladiri, menyerang alat kelamin seseorang ketika bertarung?"

Gua terdiam sejenak, berpikir untuk mencari jawaban yang tepat, tapi sepertinya kejujuran adalah hal yang utama.

"Saya harus bertahan hidup, bahkan jika hal tersebut adalah hal terhina di dunia."

"Hahahahahahaha! Nama lu siapa nak?"

"Handaru."

"Arti nama lu bagus, meteor, gua suka sama lu."

Pria yang aneh, gua sama sekali tidak bisa menebak, apa yang ada di pikirannya.

"Bahar, suruh dia mandi dan kenalin dia ke temen-temen lain, ajarin dia peraturan kita, gua udah tau tujuan lu ngajak dia kesini."

Bahar mengangguk dan memberikan isyarat ke gua untuk segera mengikutinya. Tanpa pertanyaan, gua mengikuti Bahar.

Bahar memberikan gua baju dan menyuruh gua mandi. Gua segera menuruti perintahnya.

Setelah mandi, Bahar mengajak gua menemui anak-anak yang lain dan memperkenalkan gua ke anak-anak yang lain. Bahkan, Herman yang gua pukuli ada disitu.

"Dia Daru, anggota baru. Ajari dia sesuatu, gua mau pergi sebentar." Kata Bahar

Mereka mengangguk serempak dan menatap gua dengan tajam. Sialan, gua tau apa yang bakal terjadi.

Tak lama setelah Bahar pergi, salah satu dari mereka berlari ke arah gua dan melayangkan pukulannya, untungnya gua segera menghindar dan menggunakan jurus terkaman harimau ke arahnya dan dia jatuh ke lantai.

Bukan hanya satu dari mereka yang menyerang, jika gua dalam posisi terus seperti ini, dapat dipastkan gua akan kalah.

Mata gua merekam semua yang ada dalam ruangan ini, menelaah setiap sudut, untuk mencari sesuatu yang bisa gua pakai sebagai senjata.

Gua melihat sebuah balok berukuran sedang tepat di ujung dekat pintu keluar, gua segera berlari ke arah balok tersebut dan menangkis serangan mereka dengan jurus tangkisan merpati mengibas sayap. Dengan cepat gua ambil balok itu dan menyerang mereka satu persatu, gua sangat menikmati kondisi seperti ini, batin gua mengatakan, ini sangat menyenangkan.

Tapi, sekeras apapun gua berusaha, gua tetap kalah jumlah. Sampai sebuah serangan telak mendarat di punggung gua dan membuat gua tersungkur. Satu serangan itu membuat kondisi berubah, mereka secara ganas mulai menyerang gua secara membabi buta. Tubuh gua sudah sampai batasnya, rasanya sebentar lagi gua akan pingsan. Lalu gua mendengar teriakan seseorang.

"Berhenti!"

Semua berhenti memukuli gua, gua melirik ke arah suara, ternyata itu adalah Bahar.

Gua dibantu bangun oleh Bahar dan Bahar melihat sekeliling.

"8 orang, lumayan." Katanya

Gua melihat orang-orang yang terkapar di lantai, jumlahnya 8 orang. Setahun yang lalu, gua hampir mati dipukuli 5 orang, tapi kali ini, gua bisa menumbangkan 8 orang. Sebuah pencapaian yang meningkat.

"Herman, kenapa lu gak ikutan?" Tanya Bahar

"Anak itu, diluar prediksi. Mana mau gua nyakitin tubuh gua lagi."

Bahar tertawa, lalu dia membopong gua ke sebuah kamar, di dalam kamar tersebut ada seorang wanita. Kulitnya putih, wajahnya imut, dengan lesung pipit yang cukup dalam di kedua pipinya. Rambutnya pendek, dia begitu elegan duduk di atas kasur.

"Fanny, obati dia."

Wanita itu mengangguk. Setelah mengantar gua, Bahar langsung pergi meninggalkan gua dan menutup pintu kamar dari luar.

"Tuan Handaru, aku siap melayanimu."

Melayani? Gua belum siap untuk melakukannya selain dengan Laila. Sialan!
Diubah oleh handarunaufal 27-05-2023 16:32
bahajitam
oktavp
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Tutup