loveismynameAvatar border
TS
loveismyname
You Are My Destiny


2008

“SAH!”

Serta merta, kalimat Tahmid bergema ke seluruh ruangan musholla di pagi yang cerah ini. Begitu banyak wajah bahagia sekaligus haru terlihat. Proses akad nikah memang seharusnya menjadi sesuatu yang sakral, yang membawa kebahagiaan bagi setiap orang yang melaluinya.

Aku termasuk orang yang berbahagia itu. Di hadapan seorang laki-laki yang barusan menjabat tanganku, yang selanjutnya, beliau secara resmi akan kupanggil Papa, aku tidak bisa menyembunyikan rasa haruku. Di sampingku, seorang wanita yang telah kupilih untuk mendampingiku seumur hidup, terus menerus menutup mukanya dengan kedua tangan, mengucap syukur tiada terkira.

Hai Cantik, semoga kamu bahagia juga di sana. Tunggu kami ya.




Spoiler for PERHATIAN !!:




Spoiler for DISCLAIMER !!:


Enjoy emoticon-thumbsup

Note : Gue akan berusaha agar cerita ini bisa selesai. Update, sebisa dan semampu gue aja, karena cerita ini sebenarnya sudah gue selesaikan dalam bentuk Ms.Word. Tapi maaf, gue gak bisa setiap hari ngaskus. mohon pengertiannya.

Index
prolog
part 1 the meeting
part 2 how come?
part 3 why
part 4 swimming
part 5 second meeting
part 6 aku
part 7 love story
part 8 mbak adelle
part 9 got ya!!
part 10 third meeting
part 11 kejadian malam itu
part 12 4th meeting
part 13 family
part 14 putus
part 15 comeback
part 16 morning surprise
part 17 we are different
Intermezzo - behind the scenes
Intermezzo - behind the scenes 2
part 18 aku di sini untukmu
part 19 a morning with her
part 20 don't mess with me 1
part 21 don't mess with me 2
part 22 my life has changed
part 23 mati gue !!
part 24 old friend
part 25 kenapa sih
Intermezzo - behind the scenes 3
part 26 halo its me again
part 27 balikan?
part 28 happy independent day
part 29 duet
part 30 sorry, i cant
part 31 night call
part 32 preparation
part 33 lets get the party started
part 34 sweetest sin
part 35 late 2001
part 36 ramadhan tiba
part 37 itu hurts
part 38 sebuah nasihat
part 39 happy new year
part 40 ombak besar
part 41 don't leave me
part 42 my hero
part 43 my hero 2
part 44 desperate
part 45 hah??
part 46 goodbye
part 47 ombak lainnya
part 48 no party
part 49 self destruction
part 50 diam
part 51 finally
part 52 our journey begin
part 53 her circle
part 54 my first kiss
part 55 sampai kapan
part 56 lost control
part 57 trauma
part 58 the missing story
part 59 akhirnya ketahuan
part 60 perencanaan ulang
part 61 komitmen
part 62 work hard
part 63 tembok terbesar
part 64 melihat sisi lain
part 65 proud
part 66 working harder
part 67 shocking news
part 68 she's gone
Intermezzo behind the scenes 4
part 69 time is running out
part 70 one more step
part 71 bali the unforgettable 1
part 72 bali the unforgettable 2
intermezzo behind the scenes 5
part 73 a plan
part 74 a plan 2
part 75 ultimatum
part 76 the day 1
part 77 the day 2
part 78 the day 3
part 79 judgement day
part 80 kami bahagia
part 81 kami bahagia 2
part 82 we are family
part 83 another opportunity
part 84 new career level
part 85 a gentlemen agreement
part 86 bidadari surga
part 87 pertanyaan mengejutkan
part 88 new place new hope
part 89 cobaan menjelang pernikahan 1
part 90 cobaan menjelang pernikahan 2
part 91 hancur
part 92 jiwa yang liar
part 93 tersesat
part 94 mungkinkah
part 95 faith
part 96 our happiness
part 97 only you
part 98 cepat sembuh sayang
part 99 our journey ends
part 100 life must go on
part 101 a new chapter
part 102 Bandung
part 103 we meet again
part 104 what's wrong
part 105 nginep
part 106 Adelle's POV 1
part 107 a beautiful morning
part 108 - terlalu khawatir
part 109 semangat !!
part 110 kejutan yang menyenangkan
part 111 aku harus bagaimana
part 112 reaksinya
part 113 menjauh?
part 114 lamaran
part 115 good night
part 116 satu per satu
part 117 si mata elang
part 118 re united
part 119 hari yang baru
part 120 teguran keras
part 121 open up my heart
part 122 pelabuhan hati
part 123 aku akan menjaganya
part 124 masih di rahasiakan
part 125 surprise
part 126 titah ibu
part 127 kembali
part 128 congratulation 1
part 129 congratulation 2
part 130 you are my destiny
epilog 1
epilog 2
epilog 3
epilog 4
epilog 5
side stry 1 mami and clarissa
side story 2 queen
side story 3 us (adelle's pov 2)
tamat
Diubah oleh loveismyname 03-06-2023 04:22
buyan28
percyjackson321
risqigun
risqigun dan 63 lainnya memberi reputasi
62
79.7K
945
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
loveismynameAvatar border
TS
loveismyname
#284
Part 115 - Good Night My Best Friend
“Dogoolllll….!!!”

Suara wanita yang cempreng dan menyakitkan terdengar keras di telingaku.

“Apaan sih eskrim!! Kuping gue sakit denger suara lu.” Aku berkata kesal.

“Hehehehe. Lagi ngapain?”

“Lagi kerja, dagang. Napa? Mau ke sini?” Jawabku.

Sore itu, aku memang sibuk sekali di garasi. Lumayan banyak pengunjung.

Ketika Connie menelepon, aku sedang beristirahat sebentar.

“Mauuu. Tapi jauh. Lu aja deh ke sini. Gue kangen gooll.” Connie mendayu manja.

Aku malah geli mendengarnya.

“Huekk !! ga ada pantes-pantesnya lu manja gitu krim. Barbar mah barbar aja. hahahahahaah.” Aku malah meledeknya.

“Sialaaaannn !! Cowok brengsek!! Ya udah sini cepetan ah! Nginep sini, besok dari sini berangkat kerjanya.” Connie kembali ke setelan aslinya, barbar.

“Mmmm, gimana ya? ntar gue di apa-apain lagi.” Aku sedikit menggodanya.

Aslinya sih aku mau saja. Selain Mbak Adelle, wanita yang sangat dekat denganku memang Connie. Mereka berdua karakternya bertolak belakang. Yang satu anggun, manja, yang satu barbar, dan cerdas. Persamaannya tentu pada visual mereka, sama-sama cantik.

Di tambah, aku memang sedang meminta bantuan Connie untuk menghadapi sidang. Jadi, aku sering menginap di kost nya, dan kami bertambah dekat.

“Halahhh!! Ga inget kalo gue tidur, lu ngisengin gue mulu. Ada juga gue yang di apa-apain ama lu.” Connie membalasku sengit.

“Heh!! Siapa yang hobby kentut sebelum tidur sama pas bangun tidur? Kentut lu tuh bikin gue ga mood kerja tau ga? Bawaannya pengen bunuh orang aja!!” Aku bertambah sengit.

“Huahahahahahahaha. Udah kayak virus zombie ya Gol? Huahahahahaha.” Connie tertawa terbahak-bahak, membuatku juga ikut tertawa.

Connie memang menyenangkan. Aku yang jarang bisa nyaman dengan wanita, di hadapannya bisa seperti orang gila. Mbak Adelle juga menyenangkan, hanya berbeda di aura saja. Kalau dengan Mbak Adelle, suasanya seperti romantis, dan dengan Connie, seperti mau tawuran.

 “Ya udah, ntar maleman gue kesana ya. Sekalian bahas yang bab 4 kemarin krim, masih bingung gue.” Aku berkata.

“Wooo siap bos ! Tapi bawain nasi goreng yang biasa ya. Inget pake ati ampela sama pedes banget. Ga bawa itu, gue ga bukain pintu !!”

Klik.

Connie memutuskan telepon.

Cewek cakep tapi sarap.

Malamnya…

“ESKRIM!! MAEN YUUUKKK!!” Aku menggedor pintu kamar Connie malam itu.

Quote:


Klik, pintu terbuka.

Dan aku terkejut bukan main.

Yang membuka pintu adalah seorang lelaki muda, chinese, tidak terlalu tinggi, dan tampan sekali. Aku langsung celingukan.

Aku tidak salah kamar kan ya?

“Bang Daru ya? yuk masuk, udah di tungguin.” Lelaki itu berkata.

Suaranya tinggi, untuk ukuran lelaki. Aku yang masih kebingungan, menuruti kata-katanya. Ketika sampai di dalam, aku lebih bingung lagi.

Connie sedang duduk di karpet, bersama dua orang.

Yang pertama, wanita Chinese paruh baya, tapi cantiknya luar biasa. Tahu Bibi Lung? Salah satu tokoh di serial pendekar rajawali zaman dulu? Wanita itu mirip dengannya.

Yang kedua, lelaki yang juga paruh baya, badannya tegap. Wajahnya mirip siapa ya?

Aku tidak tahu padanan artisnya, tapi aku ingat salah satu karakter di komik Detektif Conan, namanya Kogoro Mouri.

Huahahahahah.

Orang itu sangat mirip Kogoro Mouri, dengan kumis tipisnya.

Connie menatapku yang bengong sambil menutup mulut, dan tertawa cekikikan.

“Sini Gol, duduk.” Connie menyuruhku.

Aku pun duduk di sampingnya, berdampingan dengan mereka. Kedua orang tua itu, menatapku ramah sambil tersenyum, bahkan yang laki-laki tertawa geli.

Nah kalau tertawa begitu, dia mirip Connie.

Sama-sama ngeselin tampangnya.

“Kenalin nih, ini bonyok gue, ini adek gue. Hihihihihi. Kaget gak Gol?” Connie cekikikan tidak berhenti.

Aku ingin sekali menjitaknya. Dia mengerjai aku rupanya.

“Kenalin Ru, Yohanes, panggil aja Yohan.” Sang lelaki paruh baya, mengulurkan tangan. Aku menyambut uluran tangan Om Yohan dan mencium tangannya.

Om Yohan tersenyum.

“Saya Diana, Ibunya Connie. Salam kenal Daru.” Tante Diana, yang selanjutnya aku panggil Tante Di, mengulurkan tangan, dan aku melakukan hal yang sama seperti ke Om Yohan.

“Gue Toni Bang.”

Adiknya Connie yang tadi membuka pintu juga mengulurkan tangan.

“Ohhh, ini yang namanya Daru, Connie? ganteng kok. gagah banget lagi.” Tante Di berkata sambil melihatku.

Aku langsung salah tingkah.

“Awas loh Mam. Dia ga suka di bilang ganteng. Hahahaha.” Connie masih meledekku.

“Hahahahaha. Connie udah cerita banyak sama Om. Dia tadinya emang mau ngenalin kamu sama kita, cuma dia tau kamu pasti ga mau. Makanya tadi pas nelepon, dia ga bilang. Hahahahah. Udah santai aja.” Om Yo menepuk pundakku sambil tertawa.

Mirip sekali tawanya dengan Connie. sama-sama membuat orang ingin menimpuk kepalanya dengan sandal.

“Hebat lu Gol! Eh Om manggil kamu Dogol ga papa kan?” Om Yo bertanya.

Aku mengangguk.

“Ya iyalah, kamu aja manggil anak saya eskrim. Huahahahahahaahahah.” Ujar Om Yohan.

Om Yohan ini suka sekali tertawa.

Akhirnya aku jadi tau, darimana sifat slengekan Connie berasal.

“Om udah denger banyak. Daru si pemalu, minderan, dingin, sering ga percaya diri, tapi punya bisnis sendiri, punya karir bagus walau belum lulus, jago matematika sampe keterima di kampus terbaik, royal, nekad, tekun ga kenal capek, ambisius, solider sama teman, dan, maaf ya, sudah harus kehilangan istri di usia pernikahan yang singkat. Om turut berduka cita ya.” Om Yohan menepuk pundakku.

Aku langsung tersentak, dan melirik ke Connie.

“Sorry.” Connie berkata tanpa suara.

Dia tahu, aku tak suka kehidupan pribadiku di umbar.

“Connie selalu cerita sama kita. Jangan marah ya Daru. Dia emang gitu, terbuka sama kita semua. Kamu nginep sini aja kita tau kok. hahahahahah.” Tante Di menambahkan.

Aku semakin malu.

Aku merasa sedang ditelanjangi.

“Maksudnya baik. Dia pengen kita ga curiga sama kehidupannya di sini. Karena bagaimanapun, kami orang tuanya.” Tante Di menjelaskan.

Mendengar penjelasan Tante Di, aku jadi mengerti dan memaklumi.

“Om berterima kasih sama kamu. Connie itu orangnya boros banget. Tapi setelah kenal kamu, dia jadi bisa ngatur uangnya. Apalagi, kamu ajakin dia jualan juga. Dia cerita, dapet komisi lumayan dari jual motor dan mobil kamu, walau cuma sesekali aja. Om sangat terbantu sekali Gol. Thanks ya.” Tukas Om Yohan.

Quote:


“Om, tante, maaf, mungkin aku tadi kurang sopan waktu ngetok kamar Connie. Ya, abis aku ga tau kalo ada Om sekeluarga. Aku emang terbiasa gitu sama Connie.” Ujarku sungkan.

“Huahahahaha, santai Ru. Kita paham kok. Ga usah sama kamu, dia sama temennya di rumah juga gitu. Emang dia agak serampangan jadi cewek. Hahahahahahah.” Om Yohan malah meledek anaknya. Connie langsung melotot ke papinya.

Aku jadi ikut tertawa.

“Rasain lu Eskrim!!” Aku meledeknya.

“Eh, kamu udah makan belum Daru?” Tante Di bertanya.

Lah iya yak.

Eskrim kan nitip nasi goreng.


 “Eh.. saya sih udah, tapi si esk.. eh, Connie nitip ini Tante.” Ujarku sambil menyerahkan nasi goreng ke Connie.

“Maaf tante cuma bawa satu. Connie ga bilang kalo ada keluarganya.” Lanjutku.

“Ga papa. Kita udah pada makan kok. Emang si Connie aja dari tadi ngomongnya pengen nasi goreng yang di bawain kamu itu. Sampe bela-belain ga makan bareng kita.” Tante Di tersenyum.

Kami pun akhirnya bercakap-cakap akrab di ruangan itu. Keluarga Connie, aku akui sangat menyenangkan. Sama seperti Connie, mereka terbuka, dan mudah menerima orang baru.

Toni adik bungsunya juga asyik. Kami saling bertukar pikiran tentang segala hal.

Connie nampaknya memperhatikanku dengan seksama, sambil memakan nasi gorengnya. Dia memberikan senyum yang manis sekali. Aku tidak pernah melihatnya tersenyum, seserius itu.

Setelah kami berbincang-bincang cukup lama di dalam ruangan, aku di ajak keluar oleh Om Yohan, menuju lobby kost. Kami berdua akhirnya merokok sambil ngopi di teras itu. Aku gunakan kembali diplomasi ala warung kopi saat bersamanya.

Bagiku, sangat sayang jika bertemu orang baru yang akrab dan baik, kalau aku tidak mengambil ilmunya. Apalagi sekelas Om Yohan, yang pasti punya banyak pengalaman.

Om Yohan banyak bercerita tentang segala hal. Aku yang kebanyakan hanya mendengarkan, kadang bisa terseret alur ceritanya.

Benar-benar mirip Connie.

Mereka kalau bercerita seru sekali.

Sampai di satu titik, Om Yohan membahas sesuatu yang mengagetkan.

“Ru, kamu ga tertarik sama Connie?” Om Yohan bertanya dan membuatku kaget.

“e..eh..gi..gimana ya Om?” Aku tergagap karena kaget.

Tidak menyangka akan diberikan pertanyaan seperti itu oleh Om Yohan.

“Ru, Om tahu, kamu habis dapet musibah yang menyakitkan. Connie sampai nangis waktu cerita sama kami. Maaf ya Ru, kalo Om nyinggung tentang itu.”

“Om cuma mau kasih tahu, kalau memang kamu tertarik sama Connie, kamu ga perlu khawatir sama perbedaan kalian. Om memang Chinese, tapi keluarga Om sudah moderat. Kamu mau menikah dengan Connie, dan Connie ikut kamu, buat Om ga ada masalah. Keluarga besar Om juga udah banyak yang berbeda. Kalau lagi ngumpul, udah pada beda aliran semua deh tuh. 4 agama semua ada, Hindu dan protestan doang yang ga ada. Itu juga bukan ga boleh, emang ga ada jodoh ke situ aja.”

“Yang jawa ada, yang sunda ada, yang keturunan Dayak ada, batak ada, semua ngumpul. Ga ada masalah selama ini.” Om Yo berhenti sebentar dan menghisap rokoknya.

“Om hanya concern ke kualitas lelakinya aja. Denger semua cerita Connie tentang kamu, dan melihat sikap kamu malam ini, sedikit banyak om menilai, kamu lelaki baik. Kamu juga udah mapan dan punya pekerjaan. Double malah sama bisnis. Kamu sudah cukup layak berumah tangga, walaupun usia kamu masih muda sekali.” ujar Om Yohan sambil menatapku tajam.

“Kalau kamu mau menikahi Connie, Om restui. Om tau kok, Connie sayang sama kamu. Om hanya minta tolong, bimbing Connie untuk jadi lebih baik. Connie hidupnya terlalu bebas, apalagi sejak di tinggalkan lelaki brengsek itu. Sejauh ini kamu sudah melakukannya, Ru.”

“waktu Om telat ngirim uang, dia santai aja. Katanya masih pegang uang. Dia cerita abis dapet komisi jual motor. Om kaget banget, karena sebelumnya dia mana pernah mau begitu. Ya akhirnya dia cerita tentang kamu.”

“Dia juga cerita, kalo kamu sering nginep di kost nya. Om awalnya marah. Om sampe mau nyamperin kamu tadinya. Tapi Om juga ga bisa apa-apa. Connie terlalu bebas dan keras kepala. Akhirnya Om hanya bisa menasihati agar jangan kebablasan. Apalagi sampe punya anak di luar pernikahan. Itu memalukan.”

“Tapi, dia bilang, kamu setia banget sama istri kamu almarhumah Afei. Kalo ga belajar, kalian cuma bercanda atau ngobrol aja. Sejak saat itu, yang om dengar cuma nama kamu, kalau dia cerita ada teman laki-laki menginap di kostnya. Om sebenarnya sudah lama mau ketemu kamu, namun baru kesampaian sekarang.” Om Yo mengakhiri ceritanya dengan isapan dalam pada rokoknya.

Aku hanya bisa termenung.

Bingung.

“A..aku.. ga sebaik itu Om. Mu..mungkin aku terlalu focus sama sesuatu, jadi gak menanggapi Connie. Tapi beneran deh, aku ga sebaik itu. Kalau misalnya Om minta aku gak boleh nginep lagi, aku gak keberatan kok. bener!”

Aku sungguh tidak enak dengan Om Yohan.

Kalau aku jadi seorang Ayah, aku juga tidak akan rela anak gadisku menginap dengan laki-laki yang bukan siapa-siapanya.

“Om cuma akan ngebuat Connie kembali liar kalau melarang kamu menginap Ru. It’s oke. I’m fine with that. Om cuma pesan, tolong jaga Connie dengan baik. Om akan lebih senang, jika kamu mau menikahi Connie. Om terkesan dengan kisah cinta kamu dan Afei. Seperti denger kisah dongeng. Terlalu indah untuk jadi nyata.” Om Yo tersenyum, dan mematikan rokoknya yang sudah habis.

“Pikirin baik-baik ya Ru.” Ujar Om Yohan, sambil berdiri dan menepuk bahuku.

Dia berjalan ke arah kamar Connie.

Aku terdiam.

Ini menjadi rumit sekali, Fei

Beberapa jam kemudian, aku sedang duduk di kursi yang ada di dalam kamar Connie. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Om Yohan sekeluarga sudah kembali ke Hotel. Mereka akan bertolak ke kota mereka besok subuh dengan pesawat.

Aku melihat ke arah sesosok wanita cantik yang sedang tidur di atas kasurnya.

Connie….

Dia memang cantik

Dia memang menyenangkan

Tapi…


“Lu belum tidur Gol?” Connie tiba-tiba terbangun dan bertanya padaku yang masih duduk di kursi sambil menatapnya.

Aku menggeleng sambil tersenyum. Entah apa yang ada di fikiranku saat itu.

Quote:


Connie menghampiriku, dengan wajah yang masih mengantuk, rambut acak-acakan, namun wajahnya masih kelihatan cantik. Dia duduk di sebelahku, menyandarkan kepalanya di bahuku, dan menggenggam tanganku.

Aku kembali membeku.

“Ada yang lu pikirin?” Connie berkata lembut. “Bab 4 tadi? Udah ga usah terlalu dipikirin itu sih. Jalanin aja, ikutin saran gue.” Lanjutnya.

“Ah nggak krim. Tau nih, gue ga bisa tidur.” Aku mencoba berkilah.

“Papi ngomong sesuatu sama lu ya? bilang aja.” Connie berkata dan membuatku terpojok.

Aku terdiam.

“Krim, seandainya, gue berubah pikiran, dan mau sama lu, lu mau ngikutin gue?”

Mulutku berbicara tanpa bisa aku control. Aku sendiri kaget kata-kata itu bisa keluar.

Arrghhh, apa sih yang aku pikirkan!!

Connie pun sama terkejutnya. Mata sipitnya yang sedari tadi sayu karena mengantuk, jadi melotot karena kaget. Dia langsung menegakkan tubuhnya, dan menatapku tajam.

Namun tak lama, setelah beberapa detik, dia seperti bisa mengontrol keterkejutannya, wajahnya kembali menjadi lembut.

Dia tersenyum manis.

“So..sorry krim. Duh, mulut gue nih !!” Aku menyesal sekali telah mengeluarkan kata-kata itu.

“Kenapa emangnya Gol? Lu ngomongin itu tadi sama papi? Udah, omongan papi ga usah terlalu lu pikirin Gol. Gue tau, lu butuh waktu untuk menerima kematian Tina. Jalani hidup lu seperti biasa, sampai bayangannya, nggak lagi mengikuti langkah lu. Tapi, dia udah pindah ke hati lu, dan jadi sebuah kisah paling indah, yang akan kekal selamanya. Saat lu sampai titik itu, lu akan menyadari, lu perlu melangkah dan butuh orang lain. Bukan untuk gantiin Tina, tapi untuk menambah satu lagi kisah indah yang akan terukir di hati lu. Tina ga akan keberatan. Gue yakin itu.” Connie menasihatiku.

Wanita ini, walaupun barbar tidak karuan, tapi otaknya yang cerdas mampu merangkai kata-kata motivasi yang indah. Aku terpana dengan itu. Aku segera tersenyum ke arahnya.

Sedikit banyak dia benar, aku tidak akan bohong, aku lega mendengar kata-katanya.

“Tapi Gol…”

“Gue juga cuma wanita biasa, yang butuh kepastian. Mungkin selama ini, lu udah terlalu nyaman sama persahabatan kita. Jujur aja, hal itu ngebuat gue nyoba buka hati buat cowok lain. Gue ngerasa, lu butuh waktu lebih lama buat ngelupain Tina.”

“Ada cowok deketin gue Gol. Namanya Roni. Dia baik, dan mapan. Yah walaupun ga semapan lu sih. Hahahaha.”

“Gue… tertarik sama dia Gol. Kemarin gue nyoba jalan sama dia, dan dia bisa buat gue terkesan. Tapi ….” Ucapan Connie terpotong, air matanya mulai menetes.

 “Gue gak tau, kenapa gue masih kebayang lu terus. Huhuhuu….” Connie akhirnya menangis.

Aku segera membelai lembut pundaknya.

“Krim.. Go ahead. Gue gak keberatan kok kalo lu mau jalanin hubungan sama cowok lain. Lu bener krim, gue masih gak bisa buka hati buat cewek lain. Lu gak harus nunggu gue. Gue bukan cowok yang layak lu tunggu sampe selama itu krim !!”

“Gue cuma minta, lu tetep jadi sohib gue ya?” Aku bertanya pelan.

Connie mengangguk yakin. Dia lalu menyandarkan kepalanya di bahuku.

“Kenalin ke gue cowoknya. Biar bisa gue hajar kalo dia macem-macem sama lu !!” Ucapku serius.

Connie tertawa, dan memukul pelan perutku.  

“Jangan ngasih gue perhatian kayak gitu Gooolll. Gue malah gak bisa nerima dia nanti.” Ucap Connie merajuk.

“Gue cuma gak mau ada orang macem-macem sama cewek yang udah banyak ngebantu gue. Itu aja kok.” Aku menjelaskan.

“ya udah, sekarang kita lanjut tidur. Gue gak mau kita berdua kesiangan besok pagi terus berebut ke kamar mandi !” Aku kembali mencoba bercanda.

“Hahahahahaha… sialan !!” Connie terbahak-bahak dan menendang kakiku.

Tak lama, kami sudah di posisi masing-masing untuk tidur.

“Good night sweetie. Love you.” Connie berkata pelan sambil memandangku, sebelum akhirnya dia tertidur.

Good Night, my best friend.
limdarmawan
delet3
ilesha
ilesha dan 23 lainnya memberi reputasi
24
Tutup