loveismynameAvatar border
TS
loveismyname
You Are My Destiny


2008

“SAH!”

Serta merta, kalimat Tahmid bergema ke seluruh ruangan musholla di pagi yang cerah ini. Begitu banyak wajah bahagia sekaligus haru terlihat. Proses akad nikah memang seharusnya menjadi sesuatu yang sakral, yang membawa kebahagiaan bagi setiap orang yang melaluinya.

Aku termasuk orang yang berbahagia itu. Di hadapan seorang laki-laki yang barusan menjabat tanganku, yang selanjutnya, beliau secara resmi akan kupanggil Papa, aku tidak bisa menyembunyikan rasa haruku. Di sampingku, seorang wanita yang telah kupilih untuk mendampingiku seumur hidup, terus menerus menutup mukanya dengan kedua tangan, mengucap syukur tiada terkira.

Hai Cantik, semoga kamu bahagia juga di sana. Tunggu kami ya.




Spoiler for PERHATIAN !!:




Spoiler for DISCLAIMER !!:


Enjoy emoticon-thumbsup

Note : Gue akan berusaha agar cerita ini bisa selesai. Update, sebisa dan semampu gue aja, karena cerita ini sebenarnya sudah gue selesaikan dalam bentuk Ms.Word. Tapi maaf, gue gak bisa setiap hari ngaskus. mohon pengertiannya.

Index
prolog
part 1 the meeting
part 2 how come?
part 3 why
part 4 swimming
part 5 second meeting
part 6 aku
part 7 love story
part 8 mbak adelle
part 9 got ya!!
part 10 third meeting
part 11 kejadian malam itu
part 12 4th meeting
part 13 family
part 14 putus
part 15 comeback
part 16 morning surprise
part 17 we are different
Intermezzo - behind the scenes
Intermezzo - behind the scenes 2
part 18 aku di sini untukmu
part 19 a morning with her
part 20 don't mess with me 1
part 21 don't mess with me 2
part 22 my life has changed
part 23 mati gue !!
part 24 old friend
part 25 kenapa sih
Intermezzo - behind the scenes 3
part 26 halo its me again
part 27 balikan?
part 28 happy independent day
part 29 duet
part 30 sorry, i cant
part 31 night call
part 32 preparation
part 33 lets get the party started
part 34 sweetest sin
part 35 late 2001
part 36 ramadhan tiba
part 37 itu hurts
part 38 sebuah nasihat
part 39 happy new year
part 40 ombak besar
part 41 don't leave me
part 42 my hero
part 43 my hero 2
part 44 desperate
part 45 hah??
part 46 goodbye
part 47 ombak lainnya
part 48 no party
part 49 self destruction
part 50 diam
part 51 finally
part 52 our journey begin
part 53 her circle
part 54 my first kiss
part 55 sampai kapan
part 56 lost control
part 57 trauma
part 58 the missing story
part 59 akhirnya ketahuan
part 60 perencanaan ulang
part 61 komitmen
part 62 work hard
part 63 tembok terbesar
part 64 melihat sisi lain
part 65 proud
part 66 working harder
part 67 shocking news
part 68 she's gone
Intermezzo behind the scenes 4
part 69 time is running out
part 70 one more step
part 71 bali the unforgettable 1
part 72 bali the unforgettable 2
intermezzo behind the scenes 5
part 73 a plan
part 74 a plan 2
part 75 ultimatum
part 76 the day 1
part 77 the day 2
part 78 the day 3
part 79 judgement day
part 80 kami bahagia
part 81 kami bahagia 2
part 82 we are family
part 83 another opportunity
part 84 new career level
part 85 a gentlemen agreement
part 86 bidadari surga
part 87 pertanyaan mengejutkan
part 88 new place new hope
part 89 cobaan menjelang pernikahan 1
part 90 cobaan menjelang pernikahan 2
part 91 hancur
part 92 jiwa yang liar
part 93 tersesat
part 94 mungkinkah
part 95 faith
part 96 our happiness
part 97 only you
part 98 cepat sembuh sayang
part 99 our journey ends
part 100 life must go on
part 101 a new chapter
part 102 Bandung
part 103 we meet again
part 104 what's wrong
part 105 nginep
part 106 Adelle's POV 1
part 107 a beautiful morning
part 108 - terlalu khawatir
part 109 semangat !!
part 110 kejutan yang menyenangkan
part 111 aku harus bagaimana
part 112 reaksinya
part 113 menjauh?
part 114 lamaran
part 115 good night
part 116 satu per satu
part 117 si mata elang
part 118 re united
part 119 hari yang baru
part 120 teguran keras
part 121 open up my heart
part 122 pelabuhan hati
part 123 aku akan menjaganya
part 124 masih di rahasiakan
part 125 surprise
part 126 titah ibu
part 127 kembali
part 128 congratulation 1
part 129 congratulation 2
part 130 you are my destiny
epilog 1
epilog 2
epilog 3
epilog 4
epilog 5
side stry 1 mami and clarissa
side story 2 queen
side story 3 us (adelle's pov 2)
tamat
Diubah oleh loveismyname 03-06-2023 04:22
buyan28
percyjackson321
risqigun
risqigun dan 63 lainnya memberi reputasi
62
79.7K
945
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
loveismynameAvatar border
TS
loveismyname
#265
Part 111 - Aku Harus Bagaimana
Hari jum’at, aku memakai mobil stok ke kantor.

Biasalah, Sanwani. Hahahah.
Lagian, mobil kantor belum turun.


Aku berencana langsung ke Bandung sehabis pulang kerja. Pacul dan Trixie sudah kuberitahu, bahwa aku sudah menemukan Mbak Adelle.

Mereka girang sekali.

Tadinya mereka ingin ikut, tapi aku tahan dulu. Aku tau kondisi rumah Mbak Adelle seperti apa, aku takut membuat repot Tante Birdie. Nanti, akan aku bicarakan dulu ke tante Birdie, bahwa ada beberapa teman komplek yang ingin menjenguk Om Birdie, sekaligus kangen dengan Mbak Adelle. Jadi mereka bisa bersiap-siap. Pacul dan Trixie bisa mengerti. Aku kembali menyerahkan garasi ke pacul. Dia tidak keberatan dengan itu.

Jam 5 teng, aku langsung absen dan langsung turun ke parkiran. Entah kenapa, aku bersemangat sekali. Ada sedikit rasa tidak sabar di hatiku. Di perjalanan, aku merasa aneh.

Aku kenapa bisa sesenang ini? Ada apa dengan perasaanku?

Aku menelepon Mbak Adelle ketika sudah setengah perjalanan

“Halo Mbak? Aku ganggu gak? lagi jaga ya?” Aku bertanya.

“Eh nggak kok. Aku tadi izin ke toilet. Hihihi.” Suara Mbak Adelle terdengar berbisik.

“Yah maaf ya Mbak. Aku cuma mau tanya, kamu masih jaga di Swalayan kan? Sampe jam 8?” Aku bertanya memastikan.

“Iya masih sama. Hari ini terakhir. Aku minta di kosongin jadwal sabtu minggu ke agency. Jadi anter papa kan?” Dia bertanya.

“Insya Allah.” Aku menjawab singkat.

“Ya udah. Kamu hati-hati pulangnya ya. Jangan lupa berdoa.” Aku mengingatkannya.

“Iya. Kamu besok pagi-pagi ya. aku… aku… ka..ngen.” Mbak Adelle berkata pelan sekali.

“Aku juga kangen kok.” Aku menjawab dan tersenyum.

Kenyataannya, aku memang kangen dengannya. Aku juga bingung dengan rasa ini. Aku tidak bisa mencegah sebuah rasa rindu yang muncul begitu saja di hatiku. Tapi, sejauh ini aku berusaha keras untuk yakin, bahwa ini bukan rasa rindu, hanya rasa khawatir.  

“Alhamdulillah. Ya udah dulu ya Gol. Assalammualaikum.” Mbak Adelle berkata.

“Waalaikum salam.” Aku pun mengakhiri pembicaraan.

Aku sudah berada di samping rumahnya, sekitar jam 9. Aku berkendara agak ngebut tadi, karena aku berencana memberinya kejutan. Samping rumahnya ini tanah kosong, seperti lapangan kecil. Sewaktu aku menginap seminggu yang lalu, aku perhatikan tidak ada aktivitas di tanah ini, namun ada sekitar 2 mobil yang parkir. Aku sudah tau siapa pemiliknya dan malam ini, aku sudah izin untuk parkir di sini.

Di sekitar rumahnya sudah sepi dan gelap. Aku tidak akan berlebihan mengejutkannya. Aku tahu dia pasti ketakutan dengan suasana gelap begini. Aku akan menunggu di dalam mobil saja.

Jam 9 lewat sedikit, ada sebuah motor lewat di depan mobilku.

Mbak Adelle.

Dari tarikan gasnya, aku tahu Mbak Adelle agak terburu-buru. Dia pasti ketakutan.

Kasihan sekali kamu Mbak.

Dari suara pagar yang dibuka pun, aku tahu dia tergesa. Suaranya berisik sekali. Setelah tidak ada suara lagi, baru aku turun dari mobil.

Aku melihat ke arah rumahnya dan melihat pintu depan sudah tertutup.

Eh, tapi di depan warung sudah ada lampu, jadi sedikit terang suasananya.

“Assalammu’alaikum.” Aku memberikan salam, dan mengetok pintu.

“Waalaikum salam. Iya sebentar.” Ada suara menjawab.

Suara Mbak Adelle.

Klik, pintu pun terbuka.

Aku berlagak sok cool, dengan menyender di tembok samping pintunya.

Mbak Adelle sempat melongo sebentar.

Lalu..

“DOGOOLLLL!!!” Dia langsung memelukku erat.

“Hey…hey..jangan gini ah.” Aku berusaha melepaskan pelukannya.

“Gooll… huhuhuhuu…hiks…huhuhuhu.”

Lah dia kok menangis?

“Kenapa Mbak?” Aku bertanya lembut.

“Tadi..aku kayak ada yang ngikutin, di jalanan situ. Yang sepi itu. Aku udah takuutt banget.. huhuhuhu.” Mbak Adelle menangis di pelukanku.

“Astaghfirullah. Kamu gak apa-apa kan? Gak ada yang aneh-aneh kan?” Aku bertanya panik.

“Hiks.. i..iya..aku gak papa. Aku berdoa terus daritadi. Aku juga agak ngebut. Huhuhuh.” Mbak Adelle masih terisak.

“Alhamdulillah. Mungkin cuma orang biasa kali. Kamu aja mungkin yang trauma, jadi mikir yang macem-macem. Kamu sering kayak gini?” Aku bertanya.

Mbak Adelle mengangguk.

Aku menghela nafas.

Kemungkinan memang khayalannya saja. dia takut gelap, jadi berfikir macam-macam.

“Ya udah. Alhamdulillah kamu selamat. Gimana hari ini? lancar kan?” aku bertanya, dan melepaskan pelukannya. Kami duduk di kursi ruang tamu, bersebelahan.

“Alhamdulillah. Rezeki ku bagus hari ini. seminggu ini sih. Alhamdulillah banget.” Mbak Adelle tersenyum. Ada air mata yang masih tersisa di pipinya.

“Alhamdulillah. Aku seneng.”

“Ada berita bagus lagi. Aku masih di situ seminggu ke depan. Seneng banget aku. Tempatnya deket, jadi pulangnya ga terlalu malem, terus seragamnya sopan, customernya kebanyakan cewek, terus produknya laku. Aku nyaman banget kerjanya. Bersyukur banget aku Gol.” Dia bercerita panjang lebar dengan heboh.

“Ditambah, pas pulang, kamu kasih kejutan gini. Aku pikir besok baru dateng. Aku seneeenggg banget. Yeeeeaaayy..” Mbak Adelle merentangkan tangannya ke atas dan tersenyum lebar. Aku tertawa melihatnya.

Tiba-tiba, ada rasa berdebar di jantungku.

Rasa ini….

kok bisa muncul? Ada apa denganku?


“Ehh, aku jadi lupa buatin minum. Maaf Gol. Hahahaha. Bentar ya.” Mbak Adelle berjalan tergesa ke arah dapur.

Klik..

Pintu kamar utama tiba-tiba terbuka, dan Tante Birdie keluar dari kamar itu. Dia tersenyum menatapku.

“Daru. Alhamdulillah kamu udah sampe. Gimana? Keluargamu sehat?” Tante birdie bertanya, lalu duduk di depanku.

Seperti biasa, aku cium tangannya.

“Alhamdulillah sehat Tan. Tante dan Om gimana?” Aku balik bertanya.

“Tante baik banget. Om juga, abis ketemu kamu kemarin, Om semangat lagi. Apalagi ada kursi roda baru dari kamu tuh. Tante jadi gak susah dorongnya. Om dan Tante bisa jalan agak jauh. Om kayaknya seneng akhirnya bisa keluar rumah. Makasih banyak ya Daru. Tante ga bisa bales apa-apa. Maaf ya.” Tante Birdie berkata.

Aku langsung merasa senang. Aura rumah ini sudah berbeda. Waktu awal aku datang, pekat sekali. Sekarang, sudah lebih hangat.

“Jangan gitu tante. Aku jadi ga enak.” Ujarku.

Tante Birdie lalu bersandar di kursi. Matanya melirik ke arah dapur, tempat di mana Mbak Adelle berada.

“Adelle sering begitu Ru. Sering banget nangis kalo pulang kerja. Kadang di kamar, kadang di kamar mandi. Tante sebenarnya ga tega, tapi mau gimana lagi?” Ujar Tante Birdie. Lagi-lagi ada kesedihan di nada suarnya.

“Tante, mulai sekarang jangan terlalu mengkhawatirkan Mbak Adelle. Jangan jadi beban pikiran, nanti tante malah parno. Anggap aja, ini fase pendewasaan Mbak Adelle.”

Anjrittt !! Sok tua banget gue !!

Keren kagak, kedengeran tua iya !!


“Eh, Tante besok ikut kan terapi si om? Kita sekalian jalan-jalan.” Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Iya Tante ikut. Adelle juga udah minta off tuh. Ya udah, Tante istirahat lagi ya.” tante Biride berdiri, dan berjalan pelan menuju kamarnya.

“Maaf ya Tante, ganggu malem-malem.” Aku berkata.

“Ga papa Daru.” Sahut Tante Birdie lembut, dan kemudian menutup pintu.

Aku dan keluarga Mbak Adelle sudah di mobil siang itu. Kami baru selesai melakukan terapi ke Om Birdie. Tempat terapinya tidak terlalu ramai, jadi bisa cepat selesai. Om Birdie tertidur sepanjang perjalanan. Sedangkan aku, Mbak Adelle dan Tante Birdie ngobrol.

Mbak Adelle tidak berhenti mengoceh sejak tadi. Dia nampak riang. Senang sekali aku melihat raut bahagia di wajahnya.

“Daru, langsung pulang aja ya? Kasian om kayaknya kecapekan. Nanti, boleh lanjut jalan-jalan kok sama Adelle. Tante izinin.” Tante Birdie memberitahuku.

Aku mengangguk. Mbak Adelle menatapku sambil tersenyum lebar.

“Kenapa kamu, senyum-senyum gitu? Kering ntar giginya.”

“Biarin wleee.” Mbak Adelle menjulurkan lidahnya.

Duh memang dasarnya cantik, mau berbuat apa saja ya tetap cantik.

“Mau jalan-jalan?” Aku bertanya.

Mbak Adelle mengangguk cepat dan tertawa.

Tak lama, kami sudah sampai kembali ke rumahnya. Kami melaksanakan sholat berjamaah dulu, sebelum lanjut berjalan-jalan.

“Ma…kasih..da..lu.” Om Birdie berkata, sehabis kami melaksanakan sholat.  

 “Om, efek terapinya mungkin ga langsung terasa. Kata terapisnya juga harus 3 sampe 4 kali, baru keliatan hasilnya. Om sabar ya. tetap berdoa dan semangat. Kita kesana 2 minggu lagi. Nanti aku anterin.” Aku berkata pada om Birdie di tepi ranjang.

Om Birdie mengangguk dan tersenyum padaku.

“Ya udah. Om istirahat ya. Aku izin mau jalan sama Mbak Adelle boleh?” Aku bertanya.

Om Birdie lagi-lagi tersenyum dan mengangguk.

“Ba..ha giain..Adelle ya da..lu.” Ujarnya pelan.

Aku tersentak. Aku tak sanggup menjawabnya.

Setelah memastikan semua baik-baik saja, aku akhirnya berjalan-jalan dengan Mbak Adelle. Tujuan kami adalah pusat kota Bandung.

Apa? Lembang??

No Way !!


Weekend ke Lembang itu adalah Ide buruk !!

“Mau kemana Mbak Cantik?” Aku bertanya pada Mbak Adelle yang duduk di sampingku.

“Kemana aja asal sama kamu.” Dia menjawab.

Aku pun tertawa.

Aku berniat membawanya ke sebuah mall di tengah kota bandung, namun belum sampai ke tempat tujuan, ponselku berbunyi. Aku melihat nama salah satu customerku di layar ponsel, Pak Darmo namanya.

Aku mengangkat dan berbincang ringan.

Ternyata pak Darmo mau menjual mobilnya. Jadi, Pak Darmo ini adalah salah satu karyawan sebuah perusahaan, yang sering berhubungan denganku kalau perusahaannya ingin menjual mobil operasionalnya. Perusahaan tempat kerja Pak Darmo lumayan besar.

Entah takdir atau bagaimana, Pak Darmo di pindahkan ke cabang Bandung, dan naik menjadi branch manager. Dia ingin mengganti mobil lamanya dengan mobil baru yang sudah terparkir di garasinya. Pak Darmo langsung semangat begitu mengetahui kalau aku aku juga sedang ada di Bandung

Aku bertanya pada Mbak Adelle, apakah dia mau mampir sebentar ke rumah customerku itu.

Mbak Adelle tidak keberatan, malah dia tambah senang, karena bisa lebih lama berjalan-jalan. Ya sudah, mobil langsung kuarahkan ke lokasi Pak Darmo.

“Mas Daru!! Apa kabar.” Pak Darmo langsung menyapa kami, begitu kami sampai rumahnya.

“Kebetulan banget ini bisa langsung ketemu. Loh ini siapa?” Pak Darmo menunjuk Mbak Adelle.

“Saya Adelle Pak. Mmm, pacarnya Daru.” Mbak Adelle menjawab.

Aku terkejut.

Duuhh, dari dulu, selalu aja nyusahin!!

Aku hanya bisa diam tidak berkutik.


“Walah beruntung banget kamu mas. Pacarmu kayak bidadari khayangan gini. Hahahaha.” Pak Darmo bercanda.

“Yuk, lihat dulu mobilnya.”

Aku segera menginspeksi Honda Accord tahun 2000 tersebut. Mobil itu benar-benar mulus, namun, aku mendapatkan ada beberapa part di kaki-kakinya yang sudah harus ganti. Untuk kondisi mesin, masih bagus bahkan kilometernya saja masih rendah untuk ukuran mobil berumur 7 tahun.

Aku segera bernegosiasi, dan deal di sebuah nominal. Aku puas, harganya rendah, jadi masih ada margin untuk di jual lagi. Aku menjelaskan bahwa aku hanya bisa mentransfer uang di hari kerja, tapi Pak Darmo tidak masalah.

Aku akhirnya memberikan DP sebagai pengikat. Pak Darmo mempersilahkanku untuk langsung membawa mobilnya, sekalian bpkbnya, transfer bisa belakangan.

“Lah yang bener Pak? Ntar saya bawa kabur loh !!” Aku bertanya kaget.

“Huahahahahah. Mas, dulu kamu pernah mempercayakan uang ratusan juta sama saya, untuk mobil yang belum kamu bawa dan mobilnya gak ada di kantor karena penyalahgunaan dari pic internal, hanya untuk menyelamatkan saya dari audit. Kayaknya, saat ini juga saya harus percaya penuh sama kamu. Kita saling jaga aja mas, kepercayaan yang udah kita bangun dulu.” Ujar Pak Darmo.

Quote:


Setelah negosiasi dan uang DP selesai, Pak Darmo mengajakku berbincang di teras rumahnya. Mbak Adelle ikut nimbrung.

Tiba-tiba, aku teringat sesuatu.

“Pak, punten kalo saya lancang. Ini te.. eh pacar saya, lagi butuh kerjaan. Di kantor Bapak ada ga?” Aku memberanikan diri bertanya.

Mbak Adelle langsung terkejut dengan itu. Aku pun menceritakan latar belakang Mbak Adelle dan pendidikannya. Jujur juga aku bilang, kalau dia sedikit bermasalah dengan kuliahnya.

“Wah, komunikasi ya? pengalaman sales juga? Bagus itu!! Kebetulan, kami lagi butuh CRO. Mau di posisi itu Mbak? Soalnya kalau sales atau account manager sudah full.” Pak Darmo langsung menawarkan ke Mbak Adelle.

Mbak Adelle yang masih terkejut, hanya bisa mengangguk.    

“Ya udah, senin bawa lamaran ya. Ini kartu nama saya. Alamat kantor ada di situ. Kasih aja ke sekretaris saya nanti. kalo udah, kabari saya langsung. Biar saya aturin. Masalah kuliah tenang aja. nanti bisa saya atur. Mbak punya kelebihan kok. Mbak cantik, dan timbre suaranya bagus, lembut. Apalagi ada pengalaman sales, pasti udah ga kaget kan sama complain customer? Hahahah. Cocok untuk CRO.”

Mbak Adelle lagi-lagi mengangguk. Dia nampaknya masih kebingungan.

“Lagian, Mbak ngapain kerja? Ini pacarmu udah tajir. Bisnisnya bagus. Punya jabatan juga di perusahaan besar. Jadi ibu rumah tangga juga tenang kamu. hahahahah.” Pak Darmo kembali bercanda.

Aku dan Mbak Adelle hanya bisa tersenyum menanggapinya.

“Kayaknya, banyak yang aku ga tau dari kamu Gol. Aku lumayan kaget tadi.” Mbak Adelle berkata ketika kami sudah di sebuah tempat wisata yang indah.

Mbak Adelle tidak mau ke Mall.

Dasar ! tadi katanya kemana aja.

“Pasti aku ceritain Mbak. Sabar ya. Sekarang, kita nikmatin waktu dulu. Aku pengen nyenengin kamu. Boleh kan?” Aku bertanya.

Mbak Adelle mengangguk senang.

“Tapi, jangan berlebihan ya. Aku ga mau di sangka manfaatin kamu.” Mbak Adelle mengingatkan.

Mbak Adelle nampaknya sensitive dengan itu. Wajar saja sih, selama ini dia sampai di fitnah jual diri. Aku bisa memaklumi jalan pikirannya.

Kami benar-benar menikmati hari itu. bercanda, tertawa, bercerita. Walau berkali-kali dia ngambek karena tidak kuizinkan memelukku.

Hihihihi. Biarkan saja deh. Aku suka melihat bibir manyun nya.  

Setelah makan malam dan sholat Isya di sebuah tempat makan tradisional, kami beranjak pulang. Wajah Mbak Adelle nampak bahagia.

“Aku suka jalan-jalan kayak gini Gol. Ga terlalu banyak jajan, dan gak lebay. Jadi kerasa senengnya.” Mbak Adelle berkata.

Deg !!

Aku langsung teringat istriku.

Entah kenapa, Mbak Adelle semakin terlihat seperti Afei.

Mbak Adelle yang dulu adalah shopping maniak. Terlalu sering keluar masuk mall. Sekarang, dia sudah sangat bahagia, dengan jalan-jalan ke tempat wisata alam, dan jajan makanan sederhana. Mbak Adelle juga sering mengingatkanku kalau aku sudah berlebihan.

Gak usah Gol. Itu gak perlu.” Ujarnya saat aku ingin membelikan sebuah topi untuknya.

Mbak Adelle saat ini juga lebih teliti soal uang. Perubahan-perubahan itu membuatku semakin kagum. Mbak Adelle memang dipaksa berubah oleh keadaan. Dia tidak lagi hedon dan boros.

Cobaan hidup yang menimpanya, membuat dia tidak bisa rileks. Setiap hari ketakutan. Jadi ketika santai dan rileks seperti ini, dia sangat bersyukur.

“Gol. Aku sayang banget sama kamu. Sayanggg banget.” Mbak Adelle berkata pelan saat kamu sudah berjalan di dalam mobil. Pandangannya di arahkan ke luar jendela.

“Ga papa ya, aku pelihara terus rasa ini di hati aku. Aku udah ga mau tau, gimana tanggapan kamu tentang itu. Yang pasti, aku bahagia.”

“Kamu ga usah terbebani dengan itu Gol. Biarin aja aku begini. Aku udah bilang dulu kan, kamu tuh selalu hadir dalam kondisi yang membuat aku malah makin cinta sama kamu. Makin sayang sama kamu.”

“Aku juga bingung. Kamu tuh lebih muda dari aku, 3 tahun Gol!! Bukan jarak yang deket. Aku kok bisa segitu jatuh cintanya sama kamu? Padahal, kamu udah bilang berkali-kali, ada orang lain di hati kamu, tapi hati aku susah di kasih taunya !! Tiap aku jatuh dan terpuruk, lagi-lagi kamu yang hadir. Kalau emang ini takdir Tuhan, ini menyakitkan Gol!! Hiks. Huhuhuhuhu…”

Akhirnya air matanya tumpah.

Aku mengelus pundaknya perlahan. Aku biarkan dia menumpahkan uneg-unegnya.

“Pas aku lagi down banget 3 tahun kemarin, aku tuh sempet berharap, ada orang lain yang bisa ngisi hati aku. Ga perlu yang kaya, cukup yang bisa ngertiin aku. Tapi, yang datang selalu cowok yang kebanyakan omong. Sok manis di depan. Muak aku!! Dia ga tau, aku udah kenyang sama cowok-cowok kayak gitu. Aku udah tau mereka kayak apa. Aku udah tau apa yang mereka mau. Tapi, akhirnya aku malah ketemu kamu lagi.”

“Inget apa yang udah kamu lakukan ke aku? Kamu maksa nganter aku, padahal kamu sendiri ga tau kondisinya kayak apa. Kamu ga bawa apa-apa, ninggalin barang di hotel, dan akhirnya ga tau mau tidur dimana. Tapi kamu kayak ga mikir ke sana. Yang penting nganterin aku. Itu yang ada di pikiran kamu kan?” Lanjutnya, masih menangis. Lelehan air mata semakin deras di pipinya.

“Terus, kamu beliin aku hape, benerin motor aku, beliin kursi roda buat papa. Gol !! kita baru 2 hari ketemu lagi, dan kamu udah buat papa dan mama bahagia banget !! Aku udah lama gak liat mereka berdua sumringah kayak kemarin, pas dapet kursi roda baru. Mereka jalan bareng walau cuma ke tukang sayur. Ketawa ketiwi nyeritain apa yang mereka temuin di jalan. Gooolllll… aku seneeeng banget..huhuhuhuh.”

 “Itu makanya Gol, aku akhirnya mutusin kemarin, biarin rasa ini tumbuh di hati aku. Bodo amat deh, kalo emang makin besar. Mau kamu udah punya istri juga biarin aja deh!! Aku gak peduliiiii!!! Huaaa…”

Akhirnya, dia histeris juga. Aku langsung menepikan mobil, membiarkan dia menubruk badanku, memelukku dan menangis keras di bahuku.

“Maaf ya Mbak. Aku juga bingung sebenernya.” Ujarku.

“Ga usah di fikirin Gol. Aku cuma mau ngeluarin apa yang ada di hati aku selama ini. Udah aku bilang kan, ga usah peduliin itu. Kita kayak biasa aja. Kamu yang emang dasarnya perhatian, dan aku yang emang dasarnya jatuh cinta sama kamu. Udah biarin aja begitu.” Mbak Adelle tersenyum menatapku.

Kami kemudian saling bertatapan.

Ada sebuah rasa yang….

Aku….

Sudah lama tidak merasakan perasaan seperti ini.

Aku….

Tidak mengira kalau perasaan ini bisa hadir lagi dalam hatiku.

Aku fikir…

Hanya dengan Afei, aku bisa merasakan ini. Tapi ternyata tidak.

Semakin lama, rasa ini semakin dalam masuk ke dalam hatiku, ketika aku berdua dengannya.


Mbak Adelle kemudian mendekatkan wajahnya ke arahku. Aku yang sudah tau gelagatnya, langsung menghentikan gerakannya.

Aku tersenyum.

“Gak boleh, belum halal.” Aku bekata sambil menjauhkan tubuhnya.

“Halalin dong !! Hahahahahah…”

Mbak Adelle malah tertawa riang, seolah menggodaku.

Kami pun melanjutkan perjalanan.

Quote:
limdarmawan
delet3
ilesha
ilesha dan 31 lainnya memberi reputasi
30
Tutup