Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
story keluarga indigo.

Quote:



KKN Di Dusun Kalimati

Quote:


Kembali ke awal tahun 1990an . Dusun Kalimati kedatangan sekelompok mahasiswa yang hendak KKN. Rupanya salah satu peserta KKN adalah Hermawan, yang biasa dipanggil dengan nama Armand. Dia adalah Kakek Aretha, yang tidak lain adalah ayah Nisa.

Bagai de javu, apa yang dialami oleh Armand juga sama mengerikannya seperti apa yang Aretha alami Di desa itu. Di masa lalu, tempat ini jauh lebih sakral daripada saat Aretha tinggal di sana. Berbagai sesaji diletakkan di beberapa sudut desa. Warga masih banyak yang memeluk kepercayaan memberikan sesaji untuk leluhur. Padahal leluhur yang mereka percayai justru seorang iblis yang sudah hidup selama ribuan tahun.

Banyak rumah yang kosong karena penghuninya sudah meninggal, dan Armand bersama teman temannya justru tinggal di lingkungan kosong itu. Rumah bekas bunuh diri yang letaknya tak jauh dari mereka, membuat semua orang was was saat melewatinya. Apalagi saat malam hari.








INDEKS

Part 1 sampai di desa
Part 2 rumah posko
part 3 setan rumah sebelau
Part 4 rumah Pak Sobri
Part 5 Kuntilanak
Part 6 Rumah di samping Pak Sobri
Part 7 ada ibu ibu, gaes
Part 8 Mbak Kunti
Part 9 Fendi hilang
Part 10 pencarian
Part 11 proker sumur
Part 12 Fendi yang diteror terus menerus
Part 13 Rencana Daniel
Part 14 Fendi Kesurupan lagi
Part 15 Kepergian Daniel ke Kota
Part 16 Derry yang lain
Part 17 Kegelisahan Armand
Part 18 Bantuan Datang
Part 19 Flashback Perjalanan Daniel
Part 20 Menjemput Kyai di pondok pesantren
Part 21 Leluhur Armand
Part 22 titik terang
Part 23 Bertemu Pak Sobri
Part 24 Sebuah Rencana
Part 25 Akhir Merihim
Part 26 kembali ke rumah



Quote:


Quote:


Saat hari beranjak petang, larangan berkeliaran di luar rumah serta himbauan menutup pintu dan jendela sudah menjadi hal wajib di desa Alas Ketonggo.

Aretha yang berprofesi menjadi seorang guru bantu, harus pindah di desa Alas Ketonggo, yang berada jauh dari keramaian penduduk.

Dari hari ke hari, ia menemukan banyak keganjilan, terutama saat sandekala(waktu menjelang maghrib).

INDEKS

Part 1 Desa Alas ketonggo
Part 2 Rumah Bu Heni
Part 3 Misteri Rumah Pak Yodi
Part 4 anak ayam tengah malam
part 5 dr. Daniel
Part 6 ummu sibyan
Part 7 tamu aneh
Part 8 gangguan
Part 9 belatung
Part 10 kedatangan Radit
Part 11 Terungkap
Part 12 menjemput Dani
Part 13 nek siti ternyata...
part 14 kisah nek siti
part 15 makanan menjijikkan
Part 16 pengorbanan nenek
Part 17 merihim
Part 18 Iblis pembawa bencana
Part 19 rumah
Part 20 penemuan mayat
Part 21 kantor baru
Part 22 rekan kerja
Part 23 Giska hilang
part 24 pak de yusuf
Part 25 makhluk apa ini
Part 26 liburan
Part 27 kesurupan
Part 28 hantu kamar mandi
Part 29 jelmaan
Part 30 keanehan citra
part 31 end





Quote:


Quote:



INDEKS

Part 1 kehidupan baru
Part 2 desa alas purwo
part 3 rumah mes
part 4 kamar mandi rusak
part 5 malam pertama di rumah baru
part 6 bu jum
part 7 membersihkan rumah
part 8 warung bu darsi
part 9 pak rt
part 10 kegaduhan
part 11 teteh
part 12 flashback
part 13 hendra kena teror
part 14 siapa makhluk itu?
part 15 wanita di kebun teh
part 16 anak hilang
part 17 orang tua kinanti
part 18 gangguan di rumah
part 19 curahan hati pak slamet
part 20 halaman belakang rumah
part 21 kondangan
part 22 warung gaib
part 23 sosok lain
part 24 misteri kematian keisha
part 25 hendra di teror
part 26 mimpi yang sama
part 27 kinanti masih hidup
part 28 Liya
part 29 kembali ke dusun kalimati
part 30 desa yg aneh
part 31 ummu sibyan
part 32 nek siti
part 33 tersesat
part 34 akhir kisah
part 35 nasib sial bu jum
part 36 pasukan lengkap
part 37 godaan alam mimpi
part 38 tahun 1973
part 39 rumah sukarta
part 40 squad yusuf
part 41 aretha pulang

Konten Sensitif


Quote:

Kembali ke kisah Khairunisa. Ini season pertama dari keluarga Indigo. Dulu pernah saya posting, sekarang saya posting ulang. Harusnya sih dibaca dari season ini dulu. Duh, pusing nggak ngab. Mon maap ya. Silakan disimak. Semoga suka. Eh, maaf kalau tulisan kali ini berantakan. Karena ini trit pertama dulu di kaskus, terus ga sempet ane revisi.

INDEKS
part 1 Bertemu Indra
part 2 misteri olivia
part 3 bersama indra
part 4 kak adam
part 5 pov kak adam
part 6 mantra malik jiwa
part 7 masuk alam gaib
part 8 vila angker
part 9 kepergian indra
part 10 pria itu
part 11 sebuah insiden
part 12 cinta segitiga
part 13 aceh
part 14 lamaran
part 15 kerja
part 16 pelet
part 17 pertunangan kak yusuf
part 18 weding
part 19 madu pernikahan
part 20 Bali
part 21 pulang
part 22 Davin
part 23 tragedi
part 24 penyelamatan
part 25 istirahat
part 26 hotel angker
part 27 diana
part 28 kecelakaan
part 29 pemulihan
part 30 tumbal
part 31 vila Fergie
part 32 misteri vila
part 33 kembali ingat
part 34 kuliner malam
part 35 psikopat
part 36 libur
part 37 sosok di rumah om gunawan
part 38 sosok pendamping
part 39 angel kesurupan
part 40 Diner
part 41 diculik
part 42 trimester 3
part 43 kelahiran
part 44 rumah baru
part 45 holiday
part 46nenek aneh
part 47 misteri kolam
part 48 tamu



Quote:


Quote:


INDEKS

part 1 masuk SMU
part 2 bioskop
part 3 Makrab
part 4 kencan
part 5 pentas seni
part 6 lukisan
part 7 teror di rumah kiki
part 8 Danu Dion dalam bahaya
part 9 siswa baru
part 10 Fandi
part 11 Eyang Prabumulih
part 12 Alya
part 13 cinta segitiga
part 14 maaf areta
part 15 i love you
part 16 bukit bintang
part 17 ujian
part 18 liburan
part 19 nenek lestari
part 20 jalan jalak
part 21 leak
part 22 rangda
INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 18-05-2023 14:46
ferist123
kemintil98
arieaduh
arieaduh dan 22 lainnya memberi reputasi
21
19.7K
306
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#256
30 Titik Terang
Kami menyusuri setapak demi setapak halaman rumah Nenek Lasmi. Semilir angin yang berhembus malam ini cukup dingin hingga terasa menusuk tulang. Beberapa kali bulu kudukku meremang. Kondisi halaman serta rumah ini sungguh gelap, ditambah listrik memang sedang padam malam ini. Untung sinar bulan masih bersinar cukup terang dan sedikit membantu jarak pandang kami yang terbatas.

Kiki terus berjalan di belakangku sambil terus memegangi ujung bajuku.
Sampai di teras, kami berhenti sambil menarik nafas dalam dalam untuk mengisi rongga paru paru dengan lebih banyak oksigen.

Braaakkk!!!

Pintu terbuka dengan kasar secara tiba tiba. Aku menoleh ke arah Kiki, dan Kiki melotot lalu mengedikkan bahunya.

Kuisyaratkan mengajaknya masuk kedalam rumah ini. Kami nyalakan terlebih dahulu senter dari ponsel masing masing. Langkah demi langkah mulai kami pijak dengan perlahan. Seolah takut menghasilkan bunyi yang berisik, kami berjalan dengan mengendap endap.

Saat masuk ke dalam, tercium aroma apek, khas debu yang sudah menebal cukup lama.
Dingin.

Ada beberapa foto di dinding. Foto Nenek Lasmi, seorang anak laki laki sebayaku dan dua orang pria dan wanita paruh baya. Hmm, mungkin itu Ergi dan orang tua Ergi.

" Mak.. ayok cari Ester. Malah bengong." bisik Kiki.

" Ya udah yuk."

Kembali kami masuk ke dalam rumah ini lagi, ruang tamu sudah, kini ruang keluarga. Keadaan rumah ini kacau sekali.
Perabotannya hancur, rusak, mungkin karena terlalu lama di biarkan begitu saja disini.

" Esteeeeeeer!!!" teriak Kiki lantang.

Aku langsung menutup telingaku karena teriakan Kiki cukup cumakan telinga. Jadi buat apa sedari tadi kami berjalan mengendap endap, kalau pada akhirnya dia berteriak seperti ini?

" Heh!! Brisik!! Gilak!!" umpatku kesal.

" Kelamaan ah Ta! Horor tau ni rumah. Buruan cari. "

Kriiiieeeet...

Salah satu pintu kamar terbuka sedikit. Ada sebuah pergerakan dari dalam kamar itu.

" Ester bukan yah?" gumamku.

" Dilihat lah.. "

" Ayok bareng.."

" Elu aja dah Mak. Aku dimari aja sambil liat keadaan sekitar. hehe" kata Kiki cengengesan.

" Ah, dasar!!" umpatku.

Perlahan mulai ku langkah kan kaki ku menuju kamar itu. Saat sampai didepan kamar ini, aku berhenti sejenak mengumpulkan keberanianku.

Kudorong pelan pintu di depanku.

Krriiieeeet!!!

Semilir angin menerpa wajahku tiba tiba. Dan wangi ini, ada bau wangi yang cukup menyengat..

Arkana muncul. Dan kini di berdiri di sampingku.

" Oh kamu.."

"Rumah ini penuh aura jahat. Kamu harus hati hati. "

" Ester di mana sih?"

" Di gudang belakang rumah ini!"

" Ngomong ama siapa Ta?" bisik Kiki sambil mendekat padaku.

" Ssssssttttt....,"

Dia lalu mengangguk sambil berlagak mengunci mulutnya pertanda mengerti.

Kami segera pergi ke gudang belakang rumah ini. Sesampainya di gudang itu, kami segera melangkahkan kaki masuk ke dalam.

Pengap.

Itulah kesan pertama yang kurasakan saat melangkahkan kakiku ke dalam. Sambil terus mengamati sekitar, kami masuk ke dalam gudang ini dan terus berjalan kedalam. Kiki terus mengikutiku dari belakang.

Diujung sana ada sebuah tangga yang menuntun ke bawah. Awalnya aku ragu untuk turun, tapi kulihat Arkana sudah ada di bawah sana. Dengan langkah pelan, aku turun juga ke lantai bawah ini.

Deg!

Di sudut tangga, ada sosok wanita yang diam menunduk.
Aku berhenti sejenak sambil menelan ludah berkali kali.

'Aretha!! cepat!!'

Suara Arkana menggema di sekitar, akhirnya kuberanikan diri melewatinya dengan cara mepet mepet ke tangga dan terus menatapnya tajam. Kiki menatapku bingung.

"Ta? kenapa sih?" sambil tengak tengok ke sana ke mari.

"Hah? Nggak apa apa kok.hehe" jawabku.

Aku takut, dia melakukan pergerakan tiba tiba yang bisa membuatku terkejut.
Aku paling tidak suka dengan kemunculan Mereka yang tiba tiba.

Setelah melewati sosok tadi, akhirnya sampai di lantai bawah. Arkana tidak juga terlihat. Ruangan ini kotor sekali, Gelap, dan dingin. Bau anyir dan busuk kerap beberapa kali tercium.

Ku langkahkan kakiku kembali.
Samar samar kudengar suara berisik. Kucari suara itu dengan terus menajamkan pendengaran ku.
Dibawah sini banyak sekali barang barang bekas yang kebanyakan ditutupi kain. Ada beberapa patung dan perabot juga. Patung patungnya aneh. Mirip sekali seperti manusia dilihat dari setiap detil lekuk tubuhnya.

" Awww" aku tersandung sesuatu hingga terjatuh. Bahkan ponselku sampai terlempar ke lantai dan saat aku melihat apa penyebabku terjatuh, aku sedikit terbelalak melihat di hadapanku ada tangan di lantai.

Aku mundur seketika, sambil meraih ponselku dan menerangi sudut tadi.

" Astaga!! ESTER!!!" pekikku.

" Eh iya!!" kata Kiki juga.

Kami pun segera mendekat ke Ester yang sudah terbaring tak sadarkan diri.

" Ester!!! Ter!! Bangun!!! Heiii!!" kutepuk tepuk pipinya dan tak lama dia mulai mengerjap ngerjapkan matanya.
Hingga saat dia membuka mata sepenuhnya, dia menjerit sambil mendorongku hingga kepalaku terantuk meja di belakangku.

"Awwwww!!! Sakit !! " runtukku.

" Ealah Taaaaa.." pekik Kiki heboh. " Gimana sih elo!! kalo temen gue gegar otak gimana coba??!!" maki Kiki sambil membantuku berdiri.

" Lho Aretha!!!" serunya.

" Iya, Aretha!! kamu ngapain sih di sini??" tanyaku sambil mengelus kepala belakangku dibantu Kiki yang terus menatap Ester sebal.

" Setan!! ada setan Ta!!" jeritnya sambil mendekat padaku lalu memeluk tanganku erat.

" Ih ngapain lagi deket deket!!" usir Kiki.

" Di mana setannya?"

Wajahnya panik sambil terus melihat sekitar kami dengan ekspresi yang ketakutan.

" Di sini!" bisiknya.

Badanku masih gemetaran sedari tadi. " Ya udah, kita balik yuk!!" ajakku lalu menarik tangannya pergi.

" Eh tunggu Ta!!" Ester menahan tanganku lalu seperti teringat sesuatu.

" Apa lagi?"

" Kalau nggak salah, aku tadi liat ada temen kalian deh di sini . Siapa tuh? dua orang!!" katanya penuh keyakinan.

" Tyas sama Didi??!!!"

"Iya tuh.. mereka berdua!! "

" Di mana?"

" Di sana deh kalo nggak salah. " tunjuk Ester ke ujung ruangan ini.

Saat aku menoleh ke sana ada Arkana juga. " ya udah yuk. Kita liat ke sana." ajak ku.

Kami berdua menuju ke tempat Arkana berdiri. Sekilas kulihat Arkana menaikkan sudut bibirnya. " Tyas disini??" tanyaku ke Arkana.

Arkana mengangguk dan Ester menatapku heran. Sedangkan Kiki yang sudah paham hanya mengerucutkan bibirnya lalu menatap sekeliling.

" Ngomong sama siapa sih Ta??"

" Berisik ah.. Bawel banget!!" gerutu Kiki.
Kubiarkan saja mereka berdebat. Pusing rasanya jika harus ikut meladeni mereka. Kami masuk ke sebuah ruangan dengan pintu berwarna hitam dengan banyak ukiran tubuh manusia didepannya.

Saat kubuka pintu ini, hatiku berdesir tak karuan melihat Tyas dan Didi sedang terikat di sebuah pilar di tengah ruangan itu. Dan ada banyak alat alat pahat dan beberapa tanah liat juga.

Kami mendekat ke Tyas dan Didi yang masih terikat dengan mulut yang disumpal. Mereka berdua menangis saat melihat kami.

Kubuka kain yang menyumpal mulut mereka dibantu Kiki.

" Kalian nggak apa apa?" tanya Kiki.

Wajah mereka lebam lebam dan banyak luka sayatan yang sudah mengering.

" Nggak apa apa.. Buruan pergi dari sini!! Sebelum Dia dateng!!" kata Didi panik.

" Dia? Dia siapa?"

" Nggak tau Ta. Dia orang gila pastinya!!"

Spontan aku diam membeku.
Siapa yah?

" Maksudnya apa sih?" tanya Kiki.

Tap...Tap... Tap...

Kami mendengar langkah kaki seseorang. Semua melotot dan saling pandang. Lalu diam tak bergerak sedikitpun sambil menajamkan pendengaran masing masing. Mengetahui keadaan makin gawat aku segera melepas ikatan Mereka berdua.

Setelah ikatan Didi dan Tyas terlepas, kami segera bersembunyi di balik patung patung itu.

Semua patung di sini di tutupi kain putih. Sepertinya pemilik tempat ini adalah seniman. Mungkin dia yang membuat semua patung ini.

Langkah kaki itu makin terdengar jelas dan sepertinya sedang menuju kemari.
Aku masih bertanya tanya, siapa orang itu. Dia pasti orang yang menyekap Didi dan Tyas, dan kemungkinan dia penduduk desa ini. Tapi siapa? Ini rumah Nenek Lasmi dan seluruh keluarganya juga sudah meninggal bukan?

Bayangan seseorang mulai terlihat di lantai, dari postur tubuhnya, sepertinya dia seorang pria. Di tangan kanan nya ada golok panjang yang diseretnya dilantai. Dia memakai penutup wajah, sehingga aku tidak mengetahui seperti apa wajahnya.

Tyas dan Didi terlihat ketakutan sekali, sebenarnya apa yang mereka alami hingga terlihat sangat kacau seperti ini? tidak hanya penampilan mereka tapi seperti nya kondisi mental mereka juga tidak baik.

Pria itu berhenti saat melihat tempat Didi dan Tyas di ikat. Dia terlihat kesal tapi tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Karena dia kehilangan targetnya, Dia menoleh ke sana ke mari dan berjalan menyusuri tiap sudut ruangan ini. Kami makin panik, jika seperti ini pasti kami akan mudah di ketemukan.

Untung listrik masih padam, hanya ada sinar bulan dari jendela jendela disekitar sini. Senter juga sudah kami matikan sedari kami bersembunyi tadi.

Pria itu mendekat ke patung di depanku. Aku pun makin menunduk agar tidak terlihat oleh nya. Dan di sini aku sedikit terkejut saat melihat kepala patung ini dari bawah.

Kuraih rambutnya dan kurasakan tekstur nya sambil berfikir... 'Kok kayak rambut beneran ya?' batinku.

Braaaakkk!!!

Salah satu patung di ujung sana tiba tiba jatuh sendiri.

Kami melotot melihatnya, karena di balik tanah liat yang melapisinya ternyata patung itu benar benar tubuh manusia.
Otomatis kami melihat patung di depan kami dan sedikit mundur karena ngeri.

Braaaaakkk!

Patung di depan Ester jatuh dan mengalami hal yang sama seperti patung sebelumnya.

Pria tadi menoleh dan terkejut melihat kami ada di sini.

" Aaaaaakkkkkhhhhh!!" teriak kami bersamaaan.

" Lari!!!!" ajak Didi.

Kami semua berlari dan naik ke atas. Lalu keluar dari gudang itu.
Tiba tiba ada burung hitam di depan kami dan otomatis kami berhenti. Kami ada di antara pria mengerikan itu dan burung besar ini.

" Mampus kita!! " runtuk Kiki.

" Gimana doooong!" rengek Ester.

Namun aneh, burung itu diam saja, dan yang makin membuat aneh, burung itu malah terbang tinggi entah ke mana.

Srriiing!

Bunyi golok dari pria itu makin jelas, dan rupanya dia sudah berdiri tak jauh dari kami. Tiba tiba saja dia berlari ke arah kami.

" Aaakkkhhhh..." pekik kami bersama sama lalu berlari ke halaman depan.

Buggg!!

Didi tersandung akar pohon hingga dia jatuh terguling. Sementara Tyas, Ester dan Kiki masih terus berlari ketakutan, aku kembali lalu mambantu Didi berdiri.
Kiki berhenti berlari lalu menatap kami. " Balik aja Kii!! Cari bantuan!!" teriakku.

Dia mengangguk lalu terus berlari keluar.

" Ayok Di!! Lariii!!" sambil kutarik tangan Didi.

" awww.. Sakit Ta!! Kaki luka deh kayaknya." ucapnya pasrah.

" Apa?? Ya udah aku papah!" ku tarik tangannya dan kuletakan di bahuku.

" Gak usah Ta.. aku cuma memperlambat kamu aja. Kamu pergi!! Selamatkan diri kamu Ta!!" suruhnya.

Aku menggeleng cepat, " Nggak bakal aku tinggalin kamu!!"

" Tapi Aretha!! dia udah deket!! Biar aku yang hambat dia! kamu pergi!! PERGI!!" bentak Didi.

" ENGGAK!!"

Dan pria itu pun sudah dekat sekali. Sambil melayangkan pedangnya dia hampir saja mengenai kami. Kudorong Didi menjauh. Pria itu diam saja, tidak mengeluarkan suara apa pun. Wajahnya juga tertutup rapat.

" Dasar PSIKOPAT!!" runtukku.

Dia berjalan mendekat padaku sambil menyeret goloknya. Aku diam saja sambil terus menatapnya tajam. Dan saat dia makin dekat, dia jongkok lalu mendekatkan wajahnya padaku dan saat itu juga kulempar matanya dengan pasir yg kugenggam.

" Aaakkkhhhh!! " teriaknya kesakitan sambil terus mengucek ucek matanya.

Kutendang kemaluannya dan dia makin mengerang kesakitan. Aku berlari ke arah Didi lalu membantunya berdiri.
Kupapah dia berjalan ke halaman depan.

" Aakkkhhhh!!" teriak pria itu yang sepertinya sudah dapat melihat kembali lebih jelas.

" Lebih cepet Di, Larinya!!"

Pria itu makin kencang berlari dan makin dekat, aku menoleh dengan jantung yang berdebar kencang sekali.

Saat dia sudah dekat dan melayangkan goloknya pada kami, jantungku serasa berhenti berdetak, namun....

Tiiiiiing!!

Seperti ada kaca besar yang menghalanginya mengenai kami.
Perlahan aku melihat Arkana ada di belakang kami, membuat sebuah pagar tak kasat mata sehingga dia tidak dapat menembusnya.

Kupikir pagar semacam ini hanya berlaku untuk makhluk gaib, tapi ternyata bisa untuk manusia juga.

" ARETHA!!!!"

" DiDi!!" teriak teman teman kami yang lain dari arah halaman depan. Mereka berlari menghampiri kami.
Sepertinya mereka sudah kembali.

" Astaga Aii.. Kamu nggak apa apa kan sayang?" tanya Radit panik. Aku malah terus menoleh ke belakang.

Kemana orang itu? dia lenyap. Arkana juga sudah tidak ada.

" Hei.. sayang.." Radit menangkupkan kedua tangannya ke wajahku.

" Eh.. iya , kenapa?"

" Kamu ada yang luka?"

Aku menggeleng.
Kulihat Didi dipapah Kak Arden dan Dedi. Kami segera pulang ke rumah diiringi adzan subuh yang baru saja berkumandang.
Radit menggandeng tanganku dan terus menatap ku iba.

Sampai di rumah, aku segera di gandeng Radit lalu duduk di ruang tamu. Semua berkumpul di sini dengan wajah serius.

" Sholat subuh dulu yuk," Ajak Radit.

Selepas sholat subuh, kami kembali berkumpul di ruang tamu.

" Kalian tau, siapa orang itu?" Tanya Rizal sambil menatap Didi dan Tyas serius.

Kami pun ikut melihat mereka, menunggu jawaban yang terlontar dari mulut mereka berdua.

Namun, mereka kemudian menggeleng.

" Tunggu, kok kalian bisa sih ada di rumah itu, perasaan kalian waktu itu ditangkep sama burung besar itu?" tanya Danu.

" Ya pasti komplotannya lah Dan!" sahut Radit.

" Tapi anehnya tadi itu burung malah pergi, kirain kita bakal di tangkep lagi gitu loh" ujar Kiki.

Kak Arden menatapku terus sedari tadi. Karena menyadari keanehanku " Dek-- kamu kenapa?"

Otomatis semua orang menoleh padaku.

" Aku? aku... Aku nggak apa apa." kataku sedikit gugup.

Radit mendekatkan wajahnya dekat sekali padaku. " Aii ? Kenapa?"

" Aku... aku cuma.. Hm, patung patung itu......"

" Patung apa?" tanya Radit.

" Iya bener. Patung manusia!!" seru Kiki membenarkan perkataanku.

" Hah??" Serempak semua membulatkan mulutnya.

" Patung manusia? Maksudnya gimana Ai?"

" Di gudang itu, ada banyak patung manusia. Dan mereka ternyata jasad manusia yang di lapisi tanah liat.." sahutku.

Semua terkejut.

"Gila..."

" kalau gitu mending kita liat aja yuk ke sana!!" Ajak Dedi.

Dengan langkah seribu kami berjalan ke rumah Nenek Lasmi. Kami langsung segera ke halaman belakang tepat di mana gudang itu berada.

KRIEEET

Pintu dibuka oleh Rizal. Satu persatu dari kami masuk kedalam. Hingga saat sampai di lantai bawah, aku terkejut karena tidak ada satupun patung di bawah sini. Kiki, Tyas, Didi pun ikut melongo seperti ku.

" Lah pada raib ke mana ini patung?" Celetuk Kiki sambil tengak tengok.

" wah kita kalah cepet, harusnya tadi kita langsung ke sini!!" Seru Rizal.

" Tapi tadi kondisi Didi sama yang lain kan kacau banget bro.. Masa iya kita kudu nyergap ini gudang? Nggak mungkin lah!!" Tutur Danu.

" sudah sudah.. mending kita balik aja. Terus kita lanjutin kegiatan aja dulu ya. Nanti kita bahas lagi masalah ini. " saran Kak Arden.

Akhirnya kami kembali ke rumah dan akan melanjutkan kegiatan kami masing masing.

Aku sedang membuat kopi agar pagi ini lebih segar. Rasanya badanku lemas, rasa kantuk pun makin kuat kurasakan. Saat sedang berkutat dengan kopi, aku sedikit melamun, rasanya aku sangat letih memikirkan misteri di desa ini.

Sebuah tangan kokoh memeluk pinggangku dan melingkarkan tangannya sampai perut, dia juga menyandarkan kepalanya di bahuku.

"Kamu kenapa Ai? " ucapnya berbisik di telingaku.

" hmm.. "
Nyaman.. Itu yang kurasakan saat ini.

" Ada yang ganggu pikiran kamu, Ai?"

Aku diam beberapa saat, " Aku masih penasaran sama orang itu. Mayat yang aku lihat, yang dia jadiin patung itu mahasiswa yang dulu, Ay. "

Radit ikut diam, namun tak lama memelukku lebih erat. " Aku nggak akan ninggalin kamu lagi. Aku nggak mau kami ngalamin hal hal buruk kayak gitu lagi Ai. "

Kubelai kepalanya, "aku nggak apa apa kok, Ay"

Dia lalu membalikkan tubuhku dan menatapku dalam dalam, " Jangan pernah bilang nggak apa apa kalau kamu kenapa kenapa! Inget itu sayang.. " ucapnya sambil menyematkan anak rambutku ke telinga.

Aku tersenyum lalu memeluknya. Radit pun menyambutku dan mengeratkan pelukannya.

Kami lalu melanjutkan proker kami. Dan sesuai janji Radit, dia terus menemaniku seharian ini. Ester sudah pulang pagi tadi.

" Eh, nanti malem ada pasar malem loh di lapangan balai desa guys"seru Kiki.

" Nonton yuk, sekalian buang penat. Bosen nih. "Ajak Danu.

Pukul 19.00 kami sudah bersiap akan pergi ke pasar malam bersama sama.
Beberapa kali terlihat juga banyak warga yang mondar mandir menuju pasar malam juga. Dan ada pula yang sudah akan pulang ke rumah. Keadaan desa cukup ramai malam ini. Sehingga kami cukup terhibur, apalagi saat sampai di pasar malam keadaan cukup ramai.
Banyak wahana permainan di sini. Dan akhirnya kami berpencar sendiri sendiri.

Radit selalu menggandeng tanganku kemanapun kami pergi. Selain ada wahana permainan, ada juga beberapa stand aneka ragam penjual, baik makanan, pakaian, perabotan pokoknya komplit sekali.

Sampai saat aku masuk ke tenda arena sulap, aku duduk di deretan bangku depan bersama Radit, Kak Arden, Danu dan Dedi. Sambil makan popcorn kami sangat berantusias kali ini. Bahkan Danu dan Dedi sampai teriak teriak dengan tepuk tangan yang kencang.

Keluarlah seorang pria dengan memakai masker wajah yang akan melakukan atraksi, dia meminta salah satu penonton untuk naik ke panggung untuk membantu atraksinya.

Dan tiba tiba akulah yang dia pilih, mau tidak mau aku naik ke panggung diikuti sorak sorai teman temanku.
Saat bertatap mata dengannya, aku seolah tidak asing dengan sorot mata ini. Dia menyuruhku masuk ke dalam sebuah lemari, lalu entah bagaimana, saat pintu terbuka, aku ada di lemari yang lain. Entahlah, aku juga tidak paham trik yang dia pakai seperti apa.

Tepuk tangan pun mulai memenuhi tempat ini, dan diakhir pertunjukan, masker yang dia kenakan dilepasnya.

DIRGA!!

Sontak aku tersenyum melihatnya. Dia hebat juga rupanya. Danu, Dedi dan Radit ikut maju ke depan. Dan memeluk Dirga.

"wahhh.. Keren brooo! "

"Baru tau Dirga pinter sulap"

"Makasih makasih.."

Pertunjukan pun selesai, kami juga pamit ke Dirga. Ternyata sudah malam rupanya. Saking asiknya kami tidak sadar sudah pukul 23.00 malam.

Kami berkumpul di pintu masuk pasar malam ini, lalu pulang bersama sama.

Semua bercerita soal pengalaman menaiki wahana tadi, dari Kiki yang diramal, sampai Didi yang panik naik wahana roller coaster mini, hingga Dirga juga masuk ke dalam obrolan kami. Semua juga tidak menyangka kemampuan Dirga. Hingga saat sampai di halaman rumah posko kami, aku menghentikan langkahku seketika. Seolah olah aku teringat sesuatu sekarang.

ASTAGA!!
JADI DIA.....?

"Aii.. Kenapa? "Radit menatapku bingung.

"Aku baru inget. Yah.. Aku yakin sekarang.. "

"Apa sayang? "

Teman teman yang lain juga berhenti berjalan dan menatapku heran.

" Dirga.... Dia pembunuh itu!! "

" Hah? Yang bener? "

"Tau dari mana Dek? "

"Jangan asal nebak loe Ta!! "

" serius.. Aku yakin, aku hafal banget sorot mata itu. Mata pembunuh itu saat nyerang aku saat itu. "

"Dan ternyata... Dirga? "Tanya Radit lagi.

"Hmm.. Iya, Itu Dirga! Aku yakin!! "

Semua menarik nafas panjang dan seperti kesal, marah, tidak percaya, macam macam sekali ekspresi mereka yang ku tangkap.

"Kalau memang dia, kita harus cari buktinya!! " kata Radit yakin.

"Iya, Kakak tau cara nya" kata Kak Arden diikuti seringai keyakinan.

"Eh.. Gimana Den? "

"Besok aja yah.. Udah malem. Kita masuk, istirahat. "

====
3.maldini
theorganic.f702
theorganic.f702 dan 3.maldini memberi reputasi
2