Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
story keluarga indigo.

Quote:



KKN Di Dusun Kalimati

Quote:


Kembali ke awal tahun 1990an . Dusun Kalimati kedatangan sekelompok mahasiswa yang hendak KKN. Rupanya salah satu peserta KKN adalah Hermawan, yang biasa dipanggil dengan nama Armand. Dia adalah Kakek Aretha, yang tidak lain adalah ayah Nisa.

Bagai de javu, apa yang dialami oleh Armand juga sama mengerikannya seperti apa yang Aretha alami Di desa itu. Di masa lalu, tempat ini jauh lebih sakral daripada saat Aretha tinggal di sana. Berbagai sesaji diletakkan di beberapa sudut desa. Warga masih banyak yang memeluk kepercayaan memberikan sesaji untuk leluhur. Padahal leluhur yang mereka percayai justru seorang iblis yang sudah hidup selama ribuan tahun.

Banyak rumah yang kosong karena penghuninya sudah meninggal, dan Armand bersama teman temannya justru tinggal di lingkungan kosong itu. Rumah bekas bunuh diri yang letaknya tak jauh dari mereka, membuat semua orang was was saat melewatinya. Apalagi saat malam hari.








INDEKS

Part 1 sampai di desa
Part 2 rumah posko
part 3 setan rumah sebelau
Part 4 rumah Pak Sobri
Part 5 Kuntilanak
Part 6 Rumah di samping Pak Sobri
Part 7 ada ibu ibu, gaes
Part 8 Mbak Kunti
Part 9 Fendi hilang
Part 10 pencarian
Part 11 proker sumur
Part 12 Fendi yang diteror terus menerus
Part 13 Rencana Daniel
Part 14 Fendi Kesurupan lagi
Part 15 Kepergian Daniel ke Kota
Part 16 Derry yang lain
Part 17 Kegelisahan Armand
Part 18 Bantuan Datang
Part 19 Flashback Perjalanan Daniel
Part 20 Menjemput Kyai di pondok pesantren
Part 21 Leluhur Armand
Part 22 titik terang
Part 23 Bertemu Pak Sobri
Part 24 Sebuah Rencana
Part 25 Akhir Merihim
Part 26 kembali ke rumah



Quote:


Quote:


Saat hari beranjak petang, larangan berkeliaran di luar rumah serta himbauan menutup pintu dan jendela sudah menjadi hal wajib di desa Alas Ketonggo.

Aretha yang berprofesi menjadi seorang guru bantu, harus pindah di desa Alas Ketonggo, yang berada jauh dari keramaian penduduk.

Dari hari ke hari, ia menemukan banyak keganjilan, terutama saat sandekala(waktu menjelang maghrib).

INDEKS

Part 1 Desa Alas ketonggo
Part 2 Rumah Bu Heni
Part 3 Misteri Rumah Pak Yodi
Part 4 anak ayam tengah malam
part 5 dr. Daniel
Part 6 ummu sibyan
Part 7 tamu aneh
Part 8 gangguan
Part 9 belatung
Part 10 kedatangan Radit
Part 11 Terungkap
Part 12 menjemput Dani
Part 13 nek siti ternyata...
part 14 kisah nek siti
part 15 makanan menjijikkan
Part 16 pengorbanan nenek
Part 17 merihim
Part 18 Iblis pembawa bencana
Part 19 rumah
Part 20 penemuan mayat
Part 21 kantor baru
Part 22 rekan kerja
Part 23 Giska hilang
part 24 pak de yusuf
Part 25 makhluk apa ini
Part 26 liburan
Part 27 kesurupan
Part 28 hantu kamar mandi
Part 29 jelmaan
Part 30 keanehan citra
part 31 end





Quote:


Quote:



INDEKS

Part 1 kehidupan baru
Part 2 desa alas purwo
part 3 rumah mes
part 4 kamar mandi rusak
part 5 malam pertama di rumah baru
part 6 bu jum
part 7 membersihkan rumah
part 8 warung bu darsi
part 9 pak rt
part 10 kegaduhan
part 11 teteh
part 12 flashback
part 13 hendra kena teror
part 14 siapa makhluk itu?
part 15 wanita di kebun teh
part 16 anak hilang
part 17 orang tua kinanti
part 18 gangguan di rumah
part 19 curahan hati pak slamet
part 20 halaman belakang rumah
part 21 kondangan
part 22 warung gaib
part 23 sosok lain
part 24 misteri kematian keisha
part 25 hendra di teror
part 26 mimpi yang sama
part 27 kinanti masih hidup
part 28 Liya
part 29 kembali ke dusun kalimati
part 30 desa yg aneh
part 31 ummu sibyan
part 32 nek siti
part 33 tersesat
part 34 akhir kisah
part 35 nasib sial bu jum
part 36 pasukan lengkap
part 37 godaan alam mimpi
part 38 tahun 1973
part 39 rumah sukarta
part 40 squad yusuf
part 41 aretha pulang

Konten Sensitif


Quote:

Kembali ke kisah Khairunisa. Ini season pertama dari keluarga Indigo. Dulu pernah saya posting, sekarang saya posting ulang. Harusnya sih dibaca dari season ini dulu. Duh, pusing nggak ngab. Mon maap ya. Silakan disimak. Semoga suka. Eh, maaf kalau tulisan kali ini berantakan. Karena ini trit pertama dulu di kaskus, terus ga sempet ane revisi.

INDEKS
part 1 Bertemu Indra
part 2 misteri olivia
part 3 bersama indra
part 4 kak adam
part 5 pov kak adam
part 6 mantra malik jiwa
part 7 masuk alam gaib
part 8 vila angker
part 9 kepergian indra
part 10 pria itu
part 11 sebuah insiden
part 12 cinta segitiga
part 13 aceh
part 14 lamaran
part 15 kerja
part 16 pelet
part 17 pertunangan kak yusuf
part 18 weding
part 19 madu pernikahan
part 20 Bali
part 21 pulang
part 22 Davin
part 23 tragedi
part 24 penyelamatan
part 25 istirahat
part 26 hotel angker
part 27 diana
part 28 kecelakaan
part 29 pemulihan
part 30 tumbal
part 31 vila Fergie
part 32 misteri vila
part 33 kembali ingat
part 34 kuliner malam
part 35 psikopat
part 36 libur
part 37 sosok di rumah om gunawan
part 38 sosok pendamping
part 39 angel kesurupan
part 40 Diner
part 41 diculik
part 42 trimester 3
part 43 kelahiran
part 44 rumah baru
part 45 holiday
part 46nenek aneh
part 47 misteri kolam
part 48 tamu



Quote:


Quote:


INDEKS

part 1 masuk SMU
part 2 bioskop
part 3 Makrab
part 4 kencan
part 5 pentas seni
part 6 lukisan
part 7 teror di rumah kiki
part 8 Danu Dion dalam bahaya
part 9 siswa baru
part 10 Fandi
part 11 Eyang Prabumulih
part 12 Alya
part 13 cinta segitiga
part 14 maaf areta
part 15 i love you
part 16 bukit bintang
part 17 ujian
part 18 liburan
part 19 nenek lestari
part 20 jalan jalak
part 21 leak
part 22 rangda
INDEKS LANJUTAN
Diubah oleh ny.sukrisna 18-05-2023 14:46
ferist123
kemintil98
arieaduh
arieaduh dan 22 lainnya memberi reputasi
21
19.7K
306
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#213
37 Bayangan
POV YUSUF

Kuparkirkan motorku di garasi rumah. Sudah pukul 00.00 lewat. Rumah sudah sepi, beberapa lampu juga sudah dimatikan. Pasti Rahma sudah tidur.  Aku berjalan gontai memasuki rumahku.

"Abi udah pulang?" tanya Rahma yg ternyata sedang membaca alquran di kamar. Dia lalu melepas mukena yg masih dia pakai, dan menutup alquran miliknya.

"Umi belum tidur? Udah malem ini lho?" tanyaku sambil mendekat padanya.

"Udah kok tadi, terus kebangun. Jadi mending tahajud sekalian. Eh, gimana tadi, Bi? Aretha ketemu?" tanyanya.

Aku menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan.
"Udah kok, umi."

"Abi kenapa? Ada masalah?" tanya Rahma, sambil menatap wajahku terus.
Dia memang sangat paham tentang diriku. Tidak bisa sedikit pun aku berbohong atau menyembunyikan hal sekecil apa pun darinya.

"Iya, ini soal ... Azis."

"Azis? Dia bikin ulah apa lagi, Bi?"

"Dia hampir mencelakai Aretha dan Arden."

"Ya Allah... Terus gimana? Mereka gak papa, kan?" tanya Rahma agak panik.
Karena Azis pernah juga mencelakai Aisyah, dengan membawa Aisyah ke alam gaib. Untung arif juga membantuku saat itu. Sehingga aku dengan mudahnya membawa kembali Aisyah.

"Alhamdulillah, mereka baik baik aja umi. Besok abi bakal ke tempat dia. Abi sudah tidak bisa terus diam," kataku dengan mengatupkan rahang.

Rahma membelai punggungku sambil tersenyum.
"Umi yakin, abi tau apa yg harus abi lakukan," katanya lembut.
Aku mengangguk lalu kupeluk dia. Rasanya aku selalu menemukan kedamaian jika memeluk nya.
Wanita sholehah yg kini menjadi istri dan ibu dari anakku.

Aku berwudhu kemudian masuk ke ruangan pribadiku.
Kutunaikan salat isya terlebih dahulu. Jika sedang gelisah seperti ini, aku selalu berada di ruangan pribadiku.
Entah sekedar, membaca buku buku koleksiku atau berdzikir hingga hatiku lebih tenang.
Alhamdulillah selalu berhasil.

Kuraih ponsel ku, yg kuletakkan di bufet tempatku menyimpan buku buku koleksiku.

"Assalamualaikum, Rif?"

"Wa alaikum salam. Ada apa, Suf?"

"Maaf, aku ganggu malem malem gini. Aku mau minta tolong."

"Soal apa?"

"Azis!"

"Dia bikin ulah apa lagi?"
Arif sudah paham tentang kelakuan Azis selama ini.

Kuceritakan semua yg terjadi tadi pada Arif.
Ya, Arif adalah sahabatku satu satunya, dia juga sering membantuku, bahkan kami sudah seperti saudara. Walau dia tinggal di kota sebelah, namun aku masih tetap terus menjaga tali silaturahmi dengan nya.

Dan Azis..
Dia salah 1 sahabatku juga selain Arif. Kami satu angkatan, dan sering bersama sama saat di pesantren dulu. Bersama Arif, Azis, Iman dan Habibi. Kami banyak menghabiskan waktu bersama. Dari mengaji, menghafal ayat ayat, bahkan berlatih pun kami selalu bersama sama.

Namun, persahabatan kami retak. Terutama antara aku dan Azis. Secara diam diam, Azis juga mencintai Rahma.
Bahkan, sebenarnya Azis dan Rahma sudah lebih dahulu saling mengenal sebelum aku mengenal Rahma.

Saat aku mengkhitbah Rahma, Azis tidak terima bahkan sempat menantang ku sehari sebelum acara lamaran berlangsung.
Dan akhirnya itu pertama kalinya kami berkelahi.
Sebenarnya jika Rahma juga mencintai Azis, aku pun akan rela melepaskan nya dan bersanding dengan Azis.
Bagiku, jodoh tidak akan tertukar, dan jika Rahma bahagia, aku juga insya Allah akan berbahagia juga untuk nya.
Namun Rahma tidak mencintai Azis dan lebih memilihku.
Sifat Azis yg terkadang arogan itulah, yg membuat Rahma berfikir ulang untuk memilihnya.

Setelah perkelahian ku dengan Azis, dia sudah jarang sekali berkumpul dengan kami.
Dan menurut penuturan Habibi, dia kini menjadi pengikut iblis.
Dia terus saja berusaha menghancurkan pernikahanku dengan Rahma, namun selalu saja dapat ku gagalkan.
Bahkan kejadian tadi, bukan kali pertamanya Azis mengirim iblis untuk menghancurkan ku.

Aku pernah bertarung melawan nya dibantu aarif dan eyang.
Alhamdulillah kemenangan ada dipihak ku.
Kulepaskan dia agar dia segera bertaubat dan kembali ke jalan Allah. Namun ternyata, dia menyusun rencana baru untuk menyerang ku melalui Arden dan Aretha.

"Ya udah, Suf. Besok kita datangi dia."

"Makasih ya,.Rif."

Kuletakkan kembali ponselku di meja bufet, lalu aku kembali ke kamarku untuk beristirahat.

=======

Paginya selepas salat subuh, aku segera meluncur ke tempat biasa aku dan Arif  bertemu.
Tak sampai 30 menit, ku lihat Arif sudah duduk di atas motornya sambil membaca sebuah buku.

Saat sampai di dekatnya, dia tersenyum padaku, kemudian menutup bukunya.

"Assalamulaiakum, Udah lama, Rif?" sapaku.

"Waalaikum salam. Baru kok, Suf," sahutnya santai.

"Ya udah, kita pergi sekarang aja."

Arif mengangguk. Segera dia menyalakan mesin motornya, dan kami sekarang menuju ke tempat Azis biasanya bersembunyi.

Sampailah hamparan kebun dan pohon pohon yg luas.
Kami memarkirkan motor kami dan mengunci nya, bahkan kami kunci ganda. Karena kami akan masuk ke dalam rimbunan pepohonan ini.
Tempat ini memang jarang dilalui orang.

Setelah pergi dari pesantren dan memilih untuk menjadi budak iblis, Azis memang tinggal di tempat yg jauh dari keluarga dan teman teman nya.

Aku masih tidak habis pikir dengan jln pikiran nya.

"Itu, Suf!!" tunjuk Arif ke sebuah rumah gubug di ujung jalan.
Jalanan memang masih setapak yg belum di aspal.

Kami berjalan mengendap endap ke gubug itu.
Sampai di gubug itu, kulihat Azis sedang melakukan ritual ritual aneh dengan banyak lilin dan bunga bunga, ada lambang trisula juga di sana.

Saat sedang mengamati, tanpa sengaja aku menginjak ranting pohon yg ada di tanah.
Aku dan Arif saling pandang.

"Siapa?" teriak Azis dari dalam. Terdengar langkah kakinya berjalan keluar.

Saat sudah di luar, Azis terkejut melihat kami yg ada di sini.

"Kalian???!!!"

"Zis!! Kamu lagi ngapain?" tanyaku.

"Bukan urusan mu!!" katanya dengan nada mengejek.

Dia berdiri dengan merentangkan kedua tangan nya, sambil menggumam sesuatu. Tiba tiba datang angin yg cukup kencang.
Bahkan aku dan Arif sampai menutup wajah kami karena banyak nya debu yg beterbangan di sekitar kami.

Azis tertawa keras sekali.
Arif mengeluarkan tasbih nya begitu juga denganku.
Kami berdzikir dan terus merapalkan doa doa.
Angin kencang terus berhembus di sekitar ku dan Arif, namun kini tidak sampai menyentuh kami berdua. Hanya berputar di sekitar kami dengan cukup kencang.

Aku dan Arif terus mendekat ke Azis, dia makin aneh. Dia terus menatap tajam kami.
Suaranya berubah. Agak lebih berat dengan menggumam dalam bahasa Latin.

Diraihnya sebuah trisula yg dekat dengan nya.
Dia berteriak keras sekali bahkan sampai beberapa barang di dekat kami bergetar. Azis benar benar sudah sesat.

Azis berlari ke arah kami yg masih berdiri sambil mengangkat trisulanya dan mengarahkan pada kami.

Dengan cekatan, aarif meraih balok kayu yg ada di dekatnya lalu menghantamkan ke Azis.

Buggg!!!
Azis terpental namun hanya dengan hitungan detik, dia bangkit kembali seperti tanpa merasakan sakit sedikit pun.

Dia melayangkan tinju padaku, namun dapat kutangkis dan kuputar tangan nya ke belakang.
Ku pegang kuat kuat Azis yg terus meronta lalu Arif meraih tali yg sudah kami bawa tadi, kemudian mengikatnya di sebuah kursi.

Azis teriak teriak.
Namun, kami dengan gerakan cepat merapalkan doa doa untuknya.
Ku buang jin jin yg merasukinya. Semua rajah yg ada di dalam dirinya kuambil lalu ku bakar saat itu juga.

Terakhir Arif menarik ilmu yg dimiliki Azis.
"Aarghh!" dia berteriak keras sekali.

Dengan satu tarikan, Arif berhasil menarik ilmu yg Azis miliki dan kini, dia sudah lemah tidak berdaya.
Keringat menetes deras di dahi kami bertiga.
Azis tertunduk lemas. Bahkan sepertinya dia benar benar kehabisan tenaga.

Kusalurkan tenaga dalam ku untuk nya, setidaknya dia harus bisa jalan dengan kaki nya sendiri agar kami bisa pergi dari tempat ini.
Tidak mungkin juga aku atau Arif menggendongnya.

"Yuk balik," ajak Arif.

Aku hanya mengangguk sambil menatap Azis di depanku.

"Maaf, Suf." suaranya pelan sekali.

"Pasti, Zis. Aku akan memaafkan kamu, asal kamu mau berubah. Kembalilah menjadi Azis yang dulu. Bukan seperti sekarang," kataku.

Azis menangis tergugu. Arif menatap kami berdua bergantian, lalu menjauh.

Sekalipun perbuatan nya di luar batas, namun aku yakin dia sudah menyesal kini.
Rasa iri dengki membuatnya mudah dikendalikan iblis.

Semoga ini menjadi pembelajaran untuk nya, juga untuk ku.
Kami pulang bersama.
Kuantarkan Azis dulu untuk pulang ke rumahnya.

POV ARDEN

Semalaman aku mengalami demam dan terkadang meracau tidak jelas.
Itu pun kata Radit, karena aku sama sekali tidak merasakan apa pun, atau bahkan mengingatnya.

Namun pagi ini aku merasa tubuhku sangat ringan. Radit sedang mandi, dan aku masih tiduran saja di atas kasur. Bayangan kejadian semalam masih teringat jelas di memory otakku.
Kuraba dadaku yg sakit.
Masih ada sedikit lebam di sana, namun sepertinya tidak separah kemarin.

"Den... Mandi kagak?" tanya Radit yg sedang mengeringkan kepalanya dengan handuk.

"Enggak ah. Nanti aja, agak siangan."

"Eh, si Alya udah dikabarin kamu sakit?" tanya Radit lalu duduk di tepi ranjang sampingku.

Ku tatap layar ponselku yg sengaja kumatikan dari semalam.
"Gak usah ah, Dit. Nanti dia malah kepikiran."

"Hm. Kasihan kali, Den. Pasti di nungguin kabar kamu. Hape pakai dimatiin pula. Nggak ngerti sih, cewek kayak apa," omelnya.

"Emang cewek kayak apa sih?" tanyaku yg memang tidak paham maksud perkataan nya.

"Ya gitu deh, Den. Kalau kita gak ada kabar sejam aja. Beuh, ngomel nya..." Dia malah curhat.

"Emang Aretha gitu ya?"

"Dih, nggak usah ditanya deh. Masa dia pernah chat aku gini, Den. 'Radit??kamu di mana? Mati ya?' tau nggak, gara-gara nya apa?" tanya Radit serius.

Tapi, melihat wajah Radit sekarang justru malah membuatku ingin tertawa. Aku menggeleng pelan, menunggu kisah nya dengan Aretha.
"Aku ketiduran, pas aku janji mau jemput dia mau nonton."

"Terus? Ngambek Aretha??"

"Ya iyalah, pakai ditanya lagi. Bayangin aja, Den, baru sejam aku gak ada kabarnya. Reaksinya Aretha gitu. Gimana kalau sehari coba?kayaknya aku bakal dimutilasi deh."

"Tapi Alya gak gitu deh kayanya. Lagian aku sama dia juga gak pacaran," belaku.

"Heh!! Elu pikir, gue sama Aretha ada kata pacaran? Kagak."

Bener juga sih kata Radit, mereka memang tidak pernah ada kata pacaran seperti Doni dan Kiki.
Aretha pernah bilang padaku,
asal dia tau Radit sayang sama dia, dan Radit tau Aretha sayang sama Radit, itu sudah lebih dari cukup. Sekalipun mereka tidak ada kata pacaran, mereka tetap saling menjaga perasaan satu sama lain.

Dan, apakah Alya juga sama?
Apakah dia juga punya perasaan yg sama sepertiku?
Dan, apakah dia juga sedang menunggu kabar dariku?
Tapi, sudahlah. Biarkan saja.
Nanti saja aku hubungi dia.

Pintu dibuka, muncul wajah Adikku satu-satunya yang baru saja kami bicarakan. "Kak!"
"Apaan," jawabku malas malasan sambil masuk kembali ke dalam selimut.

"Dicariin tuh. Hape pakai dimatiin segala lagi! Bikin orang cemas aja. Rasain tuh, didatengin," gerutunya.

"Kamu ngomong apaan sih dek?" tanyaku cuek dan makin menenggelamkan wajahku di balik selimut. Pagi ini memang terasa lebih dingin dari biasanya. Apakah memang cuaca nya yg begini atau aku nya yg kurang sehat ya.

Saat aku menoleh kembali ke pintu, muncul lah wanita lain yg baru saja kubicarakan dengan Radit.
Radit ikut melongo lalu menyenggol ku, tak lama dia berdiri dan pindah ke dekat pintu bersama Aretha seperti mengisyaratkan Alya untuk mendekat padaku.

Alya!!

Dia masuk kamarku dengan raut wajah yg tidak bisa ku tebak.
Dia terus diam dan mendekat padaku. Aku yg awalnya ingin tidur kembali, kini membetulkan posisi duduk ku.

Alya duduk di tepi ranjang sampingku sambil terus menatapku.
"Kamu kok ke sini. Al?" tanyaku basa basi.

Dia masih terdiam, namun tiba tiba dia menangis.

"Lho, kamu kenapa? Kok nangis? Kamu ada masalah? Ada apa? Cerita sama aku," pintaku agak panik.

Namun Alya malah memelukku erat. Melihat itu, Radit dan Aretha keluar dari kamarku diam-diam dengan wajah yang menyebalkan. Pasti mereka sengaja memberikan privacy untukku dan Alya.

"Kamu gak papa kan, Den? Aku khawatir banget tadi. Waktu aku telepon Aretha, dia bilang kamu habis kena musibah. Ya ampun, Den. Muka kamu kok gini.. Kamu kenapa sih?kamu berantem? Sama siapa kok sampai gini bentuk nya??" tanya Alya beruntun sambil terus mengamati wajahku.

"Aku gak papa kok, Al. Beneran."

"Ceritain deh kamu kenapa!" paksanya.

Akhirnya kuceritakan saja apa yg terjadi kemarin padanya. Percuma juga kalau bohong, karena aku tidak bisa bohong dari dia.
Dan rasa nyaman saat bersamanya itulah, yg membuatku selalu ingin menceritakan semua hal yg kualami. Aku ingin dia tau kegiatanku, bagaimana aku menjalani hariku, dan aku juga ingin dia tau, kalau dia adalah prioritasku.

"Udah sarapan belom?" tanya Alya menyelidik.

Aku makin masuk ke dalam selimut sambil tersenyum.
"Ya belom lah, Al. Baru juga melek tadi. Habis salat subuh masuk lagi ke selimut. Dingin."

Dia menatap tajam padaku yg cengengesan. Aku senang, dia ada di sini sekarang.

"Ya udah, tunggu bentar. aku liat dulu ke dapur. Bunda mu udah masak belum." lalu dia berdiri dan keluar dari kamarku.

Tak lama dia kembali lagi dengan sepiring roti bakar dan segelas susu hangat.
"Makan dulu deh. Kata nya kamu biasa sarapan ginian ya?" tanyanya sambil menyodorkan segelas susu hangat padaku.

"Iya, kalau bangun tidur ya ini sarapanku. Cuma kalau udah siangan dikit, ya tetep aja nyari nasi. hehe"

Alya geleng geleng kepala sambil senyum senyum.

Dan seharian ini, Alya ada di rumahku bersama Radit juga Aretha.
Mereka ngobrol di kamarku, kadang kami juga nonton film juga.

"Diit," panggilku saat kami sedang menonton film horor di DVD player yg ada di kamarku.
Walau aku sudah baik baik saja, tapi aku belum boleh banyak bergerak dulu kata bunda.
Dan sejak pagi tadi, aku sudah minum banyak air doa dari pak de Yusuf.

"Hm?" sahutnya masih fokus nonton film di depan sambil memeluk boneka beruang milik Aretha.

"Kamu nggak pulang?" tanyaku.

"Eh eh eh... Ngusir nih ceritanya?" gerutunya.

"Ya bukan gitu. Ganti baju kek sana, pakein baju ku terus. Udah gitu milih nya yg bagus bagus lagi."

"Pelit amat deh, Den? Kan gak tiap hari inih. Lagian pak de yg nyuruh aku nginep sini kan?"

"Ih, berisik. Diem napa. Aku gak konsen nonton nya," protes Aretha.

"Kalian sukanya berantem terus ya." sahut Alya.

"Enggak kok ,Al.. Kita ini cinta damai kok," kata Radit.

"Eeh, aku lupa. Si Dion nyuruh kita nginep sana besok," kata Aretha tiba tiba.

"Tumben? Kenapa?" tanyaku heran.

"Katanya rumahnya agak gimana gitu kak.. "

"Ortunya juga pergi keluar kota kayanya deh, kemaren dia cerita. Jadi dia sendirian. Ah, paling dia takut tuh sendirian di rumah," ejek r
radit.

"Kayak sendirinya gak gitu," timpal ku .

"Eh, enggak dong. Aku kan nginep disuruh pak de."

"Bisa aja jawabnya."

"Terus gimana kak? Tapi kak Arden masih sakit gini.. Nggak usah aja ya.."

"Iya, Den, kamu tuh harus banyak istirahat. Nggak boleh kelayapan dulu. Bentar lagi kita sekolah lho," larang Alya.

"Ya udah deh.. Gak usah aja. Besok aja kalau aku udah sembuh," kataku agar mereka diam.

Sebenarnya aku khawatir dengan Dion. Pasti memang terjadi sesuatu di rumahnya.
Dia ini bukan penakut.
Kecuali hal itu sangat mengerikan untuk nya, baru dia ketakutan.

Pintu kamar kembali dibuka, dan orang yg kami bicarakan muncul di kamarku.
"Buset. pada couple gini ya. Wah, salah kamar gue," katanya cekikikan.

"Ganggu aja lu!" Radit menjitak kepala Dion yg kini duduk di sampingnya sambil menyambar cemilan di depan nya.

"Eh, Yon. Kok bawa tas?" tanya Aretha.

"Iya, gue mau ikut nginep sini ya," jawabnya cuek.

"Elu pikir penginapan!! Hu!" Radit mulai berisik.

"Lah, elu juga nginep sini kan..huu... Sama aja juga." alhasil mereka akhirnya adu mulut, yg bakal bikin Aretha murka.
Benar saja, tak lama bantal pun melayang menimpa wajah mereka berdua.

"Berisik!! Aku gak denger itu ngomong apaan," gerutu Aretha sambil menunjuk film yg sedari tadi fokus dia tonton.
Dia ini maniak film horor, jadi jangan heran kalau reaksinya seperti ini.
Makanya kalau dia lagi nonton film horor, mending aku gak deket deket deh. Soalnya dia bakal lebih horor dari film nya.

"Maaf sayang. Dion tuh yg mulai "bujuk Radit.

"Sama aja juga," gerutu Aretha sambil memajukan bibirnya.

Akhirnya, berakhir dengan drama romantis mereka berdua.
"Heh! Pacaran mulu." kali ini Dion yang kesal.

"Salah sendiri jomlo," ucap Aretha, dan disambut dengan riuh tawa Radit.

"Yon," panggil Alya.

"Eh, ya kenapa, Al?"

Alya memperhatikan Dion secara seksama. Kadang sampai mengernyitkan kening sambil berfikir.
"Kenapa sih? Ngeliatin nya gitu amat. Awas, Arden cemburu," gurau Dion.
Namun Alya tak bergeming, dia terus menatap Dion dengan tatapan aneh.

Kusentuh bahunya pelan, karena dia duduk di sampingku," Al... Kenapa?" tanyaku.

Dia menoleh padaku dengan wajah aneh lalu menunjuk Dion.
"Itu apaan, Den?" tanyanya membuat kami bingung.

"Itu apa? Mana?" tanyaku.

Aretha dan Radit juga ikut heran melihat alya.

"Di belakang Dion, kayak ada bayangan. Ku pikir bayangan dia. Tapi kok gak ilang ilang ya," kata Alya heran.

Dan baru kusadari memang ada bayangan hitam yg mengikuti Dion. Aretha menoleh padaku.

Dion yg mendengar itu jadi ngeri lalu menekan tengkuknya sambil tengak tengok.
"Duh, kok di ikutin sampai sini juga sih. Den, Tha. Gimana dong," rengek Dion ketakutan.

Sebenarnya ada apa sih di rumah Dion, dan kenapa sampai dia terus diikuti, bahkan sampai ke sini.

======
3.maldini
johny251976
theorganic.f702
theorganic.f702 dan 2 lainnya memberi reputasi
3