Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

los.comandosAvatar border
TS
los.comandos
Bantah, Pakar Beberkan Manfaat Subsidi Kendaraan Listrik untuk Indonesia
Bantah, Pakar Beberkan Manfaat Subsidi Kendaraan Listrik untuk Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia -- Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menilai pernyataan calon presiden Anies Baswedan soal insentif mobil listrik salah kaprah.

Yannes menyatakan pemberian insentif mobil listrik justru memberi sejumlah manfaat bagi. Terlebih saat ini bukan hanya Indonesia yang tengah transisi menuju kendaraan ramah lingkungan untuk menekan jumlah emisi karbon.

"Pemberian subsidi untuk kendaraan listrik bisa memiliki beberapa manfaat, di antaranya mendorong pertumbuhan pasar kendaraan listrik," kata Yannes saat dihubungi, Kamis (11/5).

Ia mengatakan pemberian subsidi juga dapat membuat kendaraan listrik lebih terjangkau dan mengurangi hambatan finansial bagi konsumen yang ingin membeli kendaraan listrik.

Hal ini dapat meningkatkan minat konsumen terhadap kendaraan listrik dan pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan pasar kendaraan listrik.

Selain itu, pemberian insentif juga bisa meningkatkan investasi dalam produksi kendaraan listrik. Menurut Yannes pemberian subsidi juga dapat mendorong produsen untuk mengembangkan teknologi kendaraan listrik dan meningkatkan investasi dalam produksi kendaraan listrik.

"Hal ini dapat membantu mendorong pertumbuhan industri otomotif dalam jangka panjang dan dapat menciptakan lapangan kerja baru di sektor otomotif," ungkapnya.

Yannes juga menyoroti pernyataan Anies yang menyebut emisi kendaraan listrik lebih tinggi dari bus konvensional. Menurutnya kendaraan listrik menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan bertenaga bahan bakar fosil.

"Oleh karena itu, pemberian subsidi untuk kendaraan listrik dapat membantu mengurangi emisi karbon dan mendukung upaya mitigasi perubahan iklim sesuai kesepakatan internasional paris agreement yang sudah diteken pemerintah Indonesia tahun 2015," ujarnya.

Di sisi lain, Yannes mengatakan pemberian subsidi mobil listrik juga dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Ia meyakini hal ini dapat membantu memperkuat ketahanan energi nasional dan mempromosikan penggunaan energi terbarukan.

Kemudian, ia juga mengatakan bahwa pemberian subsidi dapat meningkatkan kualitas udara. Pasalnya, kendaraan bertenaga bahan bakar fosil merupakan sumber utama polusi udara di kota-kota besar di Indonesia.

"Pemberian subsidi untuk kendaraan listrik dapat membantu mengurangi polusi udara dan meningkatkan kualitas udara di kota-kota besar, yang dapat memiliki dampak positif bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat," ungkapnya.

Yannes juga berpendapat bahwa pemberian insentif mobil listrik juga bisa memperkuat citra Indonesia sebagai negara ramah lingkungan. Hal ini dapat memiliki dampak positif pada pariwisata dan investasi asing, dan dapat membantu memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara lain yang juga berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon.

Di sisi lain, pemberian insentif mobil listrik juga bisa menumbuhkan investasi pabrik baterai di Indonesia. Apalagi saat ini Indonesia merupakan penghasil 23 persen nikel dunia.

"Dengan Indonesia sebagai produsen nikel terbesar di dunia, negara ini memiliki potensi besar untuk menjadi produsen bahan baku hingga produk hilir untuk baterai kendaraan listrik yang sedang berkembang pesat di dunia. Dengan menumbuhkan industri baterai di Indonesia, akan ada potensi peningkatan investasi asing dan penciptaan lapangan kerja baru di sektor manufaktur," ungkap Yannes.

"Selain itu, mengembangkan industri baterai di Indonesia juga dapat membantu mengurangi ketergantungan negara pada impor baterai dari negara lain dan meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia," imbuhnya.

Yannes juga mengingatkan kendaraan listrik memiliki emisi karbon yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan bertenaga bahan bakar fosil, termasuk kendaraan diesel. Bahkan jika mempertimbangkan emisi dari pembangkit listrik yang digunakan untuk menghasilkan listrik yang digunakan oleh kendaraan listrik, total emisi karbon dari EV masih lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan diesel.

https://www.cnnindonesia.com/otomoti...indonesia/amp?

Mungkin ku yang pertama
'Tuk dapatkan hatinya
Apakah dia terima
Cintaku 'tuk dirinya?
odjay05
kampret.strez
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.5K
45
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
junoonAvatar border
junoon
#10
Masalahnya adalah ini contoh subsidi yang tidak tepat sasaran.

Subsidi itu hanya boleh diberikan kepada orang2 miskin, orang2 yang pendapatannya di bawah UMR. Kemudian subsidi hanya boleh diberikan dalam bentuk2 yang penting (vital) untuk kehidupan manusia, yaitu sembako, pendidikan, kesehatan, listrik, dan termasuk juga kuota internet untuk belajar misalnya.

Mobil dan motor kan tidak termasuk kriteria ini. Tanpa mobil dan motor pun manusia seharusnya tetap hidup. Kalaupun di Indonesia kelihatannya orang tidak bisa hidup tanpa motor, itu karena angkutan umumnya kurang, plus tata kota negara kita yang kacau balau. Dan untuk mobil khususnya, orang yang punya mobil sudah pasti adalah orang yang tidak miskin. Jadi untuk apa disubsidi??

Kalau mau mereka beralih ke mobil listrik, bukan subsidi yang diperlukan, tapi justru aturan hukum. Mobil yang sudah ada maksimal sekian tahun, dan ketika umurnya sudah lewat maka harus dibuang dan ganti ke mobil listrik. Kalau tidak sanggup beli mobil listrik ya tidak boleh beli mobil. Silakan beli motor atau naik transportasi umum.
0
Tutup