?? Mei 2025—??:??

Tiba-tiba, sebuah lampu sorot lain menyala di depanku. Tampaklah enam sosok misterius yang mengenakan jubah hitam dan bertopeng, duduk di hadapanku dengan jarak yang cukup jauh. Mereka sepertinya sudah berada di sana sejak lama dan akulah objek tontonan mereka sejak lama.

"Siapa kalian? Apa mau kalian, hah?" Aku memberanikan diri bertanya. "Sekte sesat, atau apa? Jawab!"

Mereka hanya diam saja tanpa suara. Mereka tampak begitu misterius sekaligus menyeramkan.

"Kumohon, hentikan permainan ini! Cukup sebutkan saja apa mau kalian? Uang?"

Suasana tetap hening.

"Apapun akan kuberikan! Uang atau apapun! BERAPAPUN YANG KALIAN MAU!"

Kenapa mereka tetap diam saja? Aku mulai menganalisa lagi, menerka-nerka. Apakah mereka adalah kelompok teroris, atau semacam organisasi kultus? Mengapa mereka merendamku dalam air es, seolah mereka paham kekuatan waktuku dan juga kelemahannya? Atau mungkinkah mereka semua punya kekuatan super juga sepertiku?

"Kumohon. Apapun yang kalian inginkan, akan kukabulkan. Please . . ." Aku mulai memohon lagi. Saat ini hanya satu rencana dalam pikiranku, apapun yang terjadi: aku hanya perlu keluar dari air es ini, menghangatkan diriku secepat mungkin, lalu kabur ke waktu sejauh yang bisa kucapai. Bahkan ke waktu ketika aku masih balita pun tidak masalah. Pikiranku sudah sangat kacau!

"Terdakwa Lunario Lexter, usia 26 tahun. Usia pada saat menerima kekuatan waktu: 45 tahun. Benar demikian?" tanya seseorang yang ada di tengah. Suaranya aneh terdistorsi dan menakutkan, seolah bukan suara manusia—kemungkinan menggunakan alat pengubah suara. "Selamat datang di Pengadilan Waktu."

Aku terdiam, bagaimana mereka bisa mengetahui semuanya, siapa mereka sebenarnya? Apakah mereka adalah malaikat maut atau semacamnya? Pengadilan waktu, lelucon macam apa ini?

"Kekuatan waktu? Pengadilan waktu? Apa maksudmu?" Aku pura-pura tidak paham, meski kurasa itu sia-sia. Mereka semua tampaknya sudah mengetahui kekuatan waktuku dengan pasti, buktinya mereka dengan jelas merendamku dalam bak es.

"Kami adalah hakim bagi mereka yang bermain dengan waktu. Waktu sudah berputar terlalu lama sejak pertama kali Anda bermain waktu, dan kini saatnya Anda mempertanggungjawabkan segala tindakan Anda selama menggunakan kekuatan tersebut," ujar sosok misterius itu lagi.

"J—Jangan bilang kamu . . . Eloussa?!" pekikku. Instingku mengatakan demikian, meski suaranya berbeda dan menyeramkan, aku mengenali gaya bicaranya. Seseorang yang akhir-akhir ini menghantui dan mempermainkanku hingga trauma, siapa lagi kalau bukan wanita iblis itu?!

"Surprise—!" sahut sosok tersebut sembari melepas topengnya, dan ternyata dugaanku tepat!

"Kamu lagi?!!" teriakku.

"Sudah kubilang kan? I'm your nemesis! Kita bertemu lagi, sayangku!" balas Eloussa dengan senyum manis khasnya.

"Kamu ini siapa sebenarnya? Please, Eloussa! Kenapa kamu terus-terusan berusaha membunuhku?" tanyaku lagi. "Sebenarnya apa maumu? Aku bahkan tidak pernah berbuat jahat padamu. Cintaku tulus padamu, Eloussa!"

"Kenapa kamu panik, Luno sayang? Kamu tinggal mundurin waktu dan kabur seperti biasanya, kan?" jawab Eloussa mempermainkanku.

Aku meneteskan air mata. Mengapa wanita ini bisa mengetahui segalanya tentangku? Kekuatan waktuku, juga kelemahannya? Aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan.

"Ah jadi kasihan," kata Eloussa lagi sambil melipat tangannya. "Jangan cengeng, Luno sayang!"

"Please, Eloussa! Sebutkan saja apa mau kamu, mengapa kamu begini padaku?" Aku kembali memohon belas kasihannya. "Kumohon, sebutkan saja apa salahku! Apapun itu aku akan meminta maaf dan menebus kesalahanku. Please—?"

Eloussa hanya tertawa.

"Enam bulan itu, saat-saat kita bahagia bersama. Apa itu tidak ada artinya bagimu?" tanyaku lagi.

Eloussa tidak menjawab apapun, hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Kasih aku jawaban, Eloussa! Lalu siapa mereka? Kalian ini kelompok atau organisasi apa?" tanyaku lagi.

Sosok bertopeng yang ada di tengah, sebelah kanan Eloussa tiba-tiba berkata. "Aku penggemar beratmu Kak Luno."

"Penggemar apaan?" tanyaku bingung.

"Aku suka sekali peran Kak Luno di Roach-Man!" kata sosok bertopeng itu lagi dengan suaranya yang terdistorsi.

"FILM ITU SAAT INI BELUM TAYANG!!!" jeritku penuh frustrasi.

"Ohya—?" kata sosok itu lagi, sambil membuka topengnya. Lalu tampaklah sosok yang kukenali, gadis monyong berambut ombre pink.

"Aku Larbey! Inget, Kak?"

"Kau stalker itu! Kau menguntitku di masa depan! KITA BELUM PERNAH BERTEMU SAAT INI!" Aku kembali bingung dan frustasi dengan segala keadaan ini. "Kau sebenarnya siapa?! Kau teman Eloussa? Atau kalian rekan satu organisasi?!"

Aku makin kebingungan dan mereka hanya menyeringaiku.

"Jadi kalian sudah lama bekerjasama?" Aku benar-benar ketakutan. "Apa kalian bisa menjelajah waktu? Kelompok Sekte Penjelajah Waktu? ATAU APA?"

Aku makin merasa kedinginan dan muak dengan segala permainan ini. Aku terus memutar otak, bagaimana caranya aku bisa kabur dari situasi ini.

"Kalian apakan Aldon, temanku?" tanyaku lagi. Saat ini aku benar-benar membutuhkannya, hanya dia partnerku yang selalu berhasil membantuku dalam segala hal. "Dimana dia? Apa kalian sekap dia juga?? Jawab!"

"Oh Luno, kau begitu peduli sama sahabatmu?" tanya Eloussa mengejekku.

"Dimana Aldon? Kau apakan dia, Eloussa!!!"

"Apa kau benar-benar peduli padanya, Luno? Atau kau hanya berharap dia datang menyelamatkanmu?"

"Jangan macam-macam, Eloussa! Jangan kau lukai Aldon!"

"Hahahaha!" Eloussa tak mampu menahan tawa, lalu menoleh ke sosok bertopeng di sebelah kirinya. "Mungkin teman di sebelahku ini tahu bagaimana nasib sahabatmu?"

Eh—!?

Lalu perlahan, sosok bertopeng di sebelah kanan Elousa membuka topengnya.

Mataku terbelalak, tidak ingin mempercayai apa yang kulihat di balik topeng tersebut. Tidak mungkin . . . TIDAK MUNGKIN—!!!

Tak kuasa lagi aku menahan bendungan air mata yang langsung membanjiri wajahku.

"Al . . . don?"