17 Mei 2025—19:00

Sudah seminggu lamanya aku hidup dalam ketakutan dan rasa curiga yang berlebihan. Aku terus mengurung diri di apartemen sejak kejadian itu, dimana Eloussa berusaha membunuhku tiga kali dan aku berhasil kabur dari kematian dengan terus mengulang waktu.

Aku sudah berulang kali memeriksa catatan diariku, mencari petunjuk apa yang mungkin telah kulewatkan. Namun tidak ada yang aneh, karena pastinya akulah yang pertama mendekati Eloussa duluan, merebutnya dari Aldon. Lalu bagaimana mungkin bisa wanita itu berencana membunuhku, semuanya tidak masuk di akal.

Malam ini aku menikmati semangkok mie instan, peduli setan dengan makanan sehat. Selama seminggu ini aku memasak sendiri semua makananku, aku benar-benar takut keluar dan berhubungan dengan siapapun. Aku bahkan memindahkan seluruh asisten rumah tangga ke mansionku, karena aku mulai tidak percaya lagi pada siapa pun.

Namun hanya ada satu orang yang bisa kupercaya saat ini, siapa lagi kalau bukan Aldon. Tapi aku jadi cemas akan keselamatannya, bagaimana kalau ternyata Eloussa juga mengincar nyawanya? Kurasa sudah waktunya aku bekerjasama dengan Aldon, lama-lama aku bisa menjadi gila jika aku terus menerus sendiri dalam keadaan paranoid seperti ini.

Kemudian aku mengambil ponselku yang sudah seminggu lebih kumatikan dan langsung menghubungi Aldon.

"Hey, Luno!"

"Lo lagi dimana bro?"

"Lagi di rumah aja, kenapa? Lo kemana aja?! Beberapa hari yang lalu gua chat kok nggak masuk semua?!"

"Gua lagi dalam keadaan darurat bro. Please help me!"

"Hah, darurat gimana?" Aldon terdengar kaget. "Lo kenapa?"

"Gua nggak bisa jelasin di telpon, please ke rumah gua sekarang. Please, sekarang juga!" Aku segitu paranoidnya sampai takut pembicaraan ini disadap.

"Waduh, gua lagi nggak enak badan bro, besok malam gimana? Atau sorean deh setelah gua enakan—"

"Malam ini, DON! PLEASE! Nyawa gua terancam, gua serius!" Aku mulai panik dan egois. "Lo istirahat di rumah gua aja, bawa obat-obatan lo. Gimana?"

"Kalo gitu lo aja yang ke sini nginep tempat gua?" tanya Aldon lagi. "Ada apa sih sebenernya? Gua jadi ikutan takut."

"Nggak bisa, Aldon! Gua nggak berani keluar intinya, gua serius!!"

"Bener-bener nih anak. Ya udah deh gua nginep sana, tungguin gua yak."

"Thanks banget brother! Love you so much bro! Buruan!"

"Iye iye!"



17 Mei 2025—22:22

Malam itu Aldon datang ke apartemenku. Setelah memastikan dia benar-benar sendiri, aku buru-buru menyuruhnya masuk.

"Lo kenapa brother? Kayak dikejar-kejar setan?"

"Ya, ada setan yang ngejar gua! Sini gua ceritain."

Lalu Aldon duduk di sofa dan aku mencoba menjelaskan segala peristiwa mengerikan ini.

"Wah serem banget, man! Jadi intinya satu tahun dari sekarang lo bakal punya pacar cantik yang membunuh lo tiga kali, trus lo bahkan mengulang waktu sebelum lo kenal tuh cewek, dia tetap menemukan lo terus bunuh lo lagi dan lagi. Gitu kan?" Aldon mengambil kesimpulan.

"Iya! Sumpah brother! Please selidiki siapa dia! Tapi lo harus super hati-hati, takutnya dia punya kekuatan waktu kayak gua."

"Wah kalo misal ada dua orang yang punya kekuatan waktu gimana tuh? Gua nggak bisa bayangin." Aldon memasang wajah serius. "Lo ngulang waktu, dia juga bisa ngulang waktu. Kalau lo ngulang waktu seharusnya dia nggak sadar dong? Dan sebaliknya lo juga nggak bakal sadar kapan dia ngulang waktu? Pusing gua mikirinnya!"

"Apalagi gua! Gua juga sudah pernah memikirkan teori itu, Don! Kalau nggak, bagaimana mungkin dia bisa ngebunuh gua di saat kita belum saling kenal? Tapi di sisi lain, kalau dia beneran bisa ngulang waktu: seharusnya waktu dia gagal ngebunuh gua, dia tinggal mengulang waktu sebentar lalu coba membunuh gua lagi."

"Mungkin siapa yang lebih cepat mengulang waktu duluan?" sahut Aldon.

Kita mulai berdebat tanpa arah dan tidak ada satupun yang masuk di akal.

"Atau teori lainnya, dia punya superpower lain!" kata Aldon.

"Ya, tapi apa? Membaca pikiran?"

"Atau mungkin dia malaikat pencabut nyawa! Atau atau mungkin alien!"

"Buset, imajinasi lo kemana-mana! Gua juga sempet berimajinasi liar kemana-mana, tapi nggak logis lah. Malaikat pencabut nyawa, alien, ya kali!"

"Memangnya kekuatan waktu lo, menurut lo logis bro?" timpal Aldon lagi.

"Ya nggak juga sih! Tapi alien jauh lebih nggak masuk akal!" sahutku.

"Lo punya foto si Eloussa, nggak? Kalau cuman nama ya susah."

"Kagak ada bro. Bahkan gua nggak tahu saat ini dia berada di Jakarta atau nggak, atau malah sedang berada di luar negeri? Semuanya misterius."

"Atau mungkin dia bahkan belum ada di bumi, brother!"

"Udah lah, stop! Bukan waktunya bercanda, Don!" sahutku kesal. "Stop dengan teori-teori alien dan lainnya yang di luar nalar."

"Gua tapi nggak bisa melakukan apapun tanpa petunjuk lain. Mau nggak mau ya kita bikin pertahanan aja mulai besok. Sewa bodyguard, bangun benteng atau semacamnya."

"Bisa juga kita sewa pembunuh bayaran buat bunuh tuh jalang!" kataku lagi.

"Selama lo pacaran, lo nggak tau gitu dia sekolah atau kuliah dimana gitu?"

"Sumpah bodohnya, gua nggak tau bro! Eloussa orangnya misterius banget. Dia pelit sekali memberi info, jarang sekali membocorkan informasi tentang dirinya. Yang kutahu dia usia 17, ah sori, berarti 16 tahun ini. Itupun kalo dia nggak bohongin gua!"

"Baiklah, kalau begitu kita tinggal cari seluruh nama siswi yang masih SMA dan juga kuliah beserta fotonya. Apalagi kalau namanya benar Eloussa, tinggal cari di database sekolah." sahut Aldon.

Wah syukurlah, kejeniusan Aldon selalu memenuhi ekspetasiku. Benar-benar bisa diandalkan!

"Ok, berarti ini resmi jadi misi kedua kita. Ini misi yang jauh lebih penting daripada Project V," kataku dengan raut wajah yang sangat serius. "Jangan sampai gagal, Aldon. Nanti setelah tuh jalang gua eksekusi, lo minta apapun juga bakal gua kasih."

"Ya sudah besok gua cari datanya. Sekarang kita istirahat dulu lah. Gua kan lagi nggak enak badan."

"Iya bro, lo jagain gua ya, please! Lindungi gua, Don! Sumpah gua ketakutan." kataku lagi.

"Yang lagi nggak enak badan gua, malah gua yang harus jagain lo. Buset!" timpal Aldon.

"Jagain gua ya bro! Jujur . . . gua takut banget. Belum pernah gua seketakutan ini di hidup gua, brother."

"Iya gua paham. Tenang, Luno! I'm robin? Remember?" sahut Aldon menenangkanku.

Aku tersenyum lega. Senang sekali punya sahabat yang bisa diandalkan. Lalu malam itu, Aldon tidur di kamarku. Aku merasa sedikit lega karena ada yang menemaniku malam ini. Selama beberapa hari terakhir, aku tidur sendirian dan sering dihantui mimpi buruk: seolah-olah Eloussa ada di bawah ranjang, di dalam lemari, atau di luar jendela. Hari ini aku merasa tenang. Terima kasih, Aldon!

Akupun terlelap dengan tenang dan damai malam itu.







Tiba-tiba, aku merasakan dingin yang sangat luar biasa, menusuk tulang!

Perlahan-lahan aku membuka mataku dan mencoba mengumpulkan kesadaran. Kepalaku pusing sekali rasanya.

Aku mencoba menganalisa apa yang sedang terjadi padaku saat ini: tubuhku sedang terikat erat pada sebuah kursi dalam sebuah kotak kaca, dimana aku tidak mengenakan apapun selain boxer, setengah tubuhku terendam dalam air es yang begitu dingin. Mataku silau oleh cahaya lampu sorot yang mengarah padaku di tengah ruangan yang gelap.

Apakah aku sedang bermimpi? Kurasa tidak. Lagi-lagi, aku berada dalam kondisi dimana aku tidak bisa menggunakan kekuatan waktuku. Makin kebingungan dan panik, aku mulai berteriak. "TOLONG!! INI DIMANA? TOLONG LEPASKAN AKU!"

Hening, tidak ada jawaban. Aku mencoba mengingat kembali memoriku yang masih kacau. Tadi sebelumnya kan aku masih tidur bersama Aldon. "ALDON? HALOOO! TOLONG GUA!"

Masih hening, apakah tidak ada orang di sini? Aku merasa terisolasi dalam kegelapan, rasa frustrasi dan paranoia mulai memenuhi pikiranku. Ada apa ini, mengapa akhir-akhir ini aku terus terjebak dalam situasi-situasi aneh?

Tiba-tiba, sebuah lampu sorot lain menyala di depanku, menyoroti enam sosok misterius yang mengenakan jubah hitam dan topeng.

Situasi macam apa ini?!