28 November 2026

Tak terasa sudah empat bulan lebih aku mengejar hati Eloussa. Syukurlah saat ini Eloussa sudah mulai membuka dirinya padaku setelah sekian lama aku berjuang keras. Hubunganku dengannya saat ini bisa dibilang sedang hangat-hangatnya, meskipun kami belum juga resmi berpacaran.

Sedangkan Aldon akhir-akhir ini sering banget mampir ke apartemenku karena kebosanan. Kasihan dia, seharusnya saat ini Aldon sedang menikmati hari-hari bahagia bersama Eloussa kalau saja aku tidak merebutnya.



1 Oktober 2026—18:00

Saat ini aku sedang berendam air hangat di bak mandiku yang mewah dan luas. Ah nikmatnya, aku jadi berimajinasi membayangkan berendam bersama Eloussa saat ini. Aku semakin tidak sabar ingin segera resmi berpacaran dengannya. Namun aku tidak boleh terlalu agresif, aku tidak boleh melakukan kesalahan.

Kurasa kencanku dengan Eloussa selama ini berjalan sempurna. Setiap kali aku melakukan kesalahan kecil—seperti salah kata atau kurang romantis—aku selalu mengulang waktu untuk memperbaikinya.

Seperti misalnya pada saat awal-awal kencan, dimana aku lupa membukakan pintu mobil hingga Eloussa turun sendiri. Aku segera tersadar atas kesalahanku dan langsung mengulang momen tersebut, lalu dengan romantis membuka pintu mobil untuknya. Atau ketika di lain waktu aku juga pernah tak sengaja bersendawa keras ketika kami makan malam bersama, hal itu membuat Eloussa tertawa. Aku merasa sangat malu, segera kuulang waktu dan menghindari hal tersebut. Bagiku, penting untuk selalu tampil sebagai sosok pria sempurna di hadapan Eloussa.

Tapi meski saat ini aku sedang jatuh cinta dengan Eloussa, aku masih seringkali memikirkan Cherish dan juga Verlice. Mereka berdua selalu menggentayangi pikiranku. Entah mengapa mereka begitu spesial, juga mungkin karena aku masih merasa bersalah karena pernah berlaku jahat pada mereka.

Begitu sampahnya diriku, seorang pria dengan tiga sosok wanita di hatinya: Cherish, Verlice, dan Eloussa. Ah, andai saja aku bisa berpoligami dan menikahi ketiganya sekaligus. Pastinya hidupku sangat bahagia dan sempurna. Namun ketiganya sudah pasti bukan tipe wanita yang mau diduakan, apalagi ditigakan! Hahaha, kurasa pikiran liarku sudah mulai kemana-mana!



17 Oktober 2026

Hari ini Eloussa mengabarkan bahwa dia tengah sibuk dengan kerja kelompoknya, yang berarti ini waktu yang sempurna bagiku untuk mengunjungi kosan Verlice.

Setelah memarkir mobil di depan kos Verlice seperti biasa, aku menghampiri kamarnya. Lalu, kuketuk pintunya perlahan.

Tok tok tok

"Verlice, ini aku . . ."

CKLEK! Tiba-tiba terdengar suara pintu dikunci dari dalam. Ah sial, Mengapa dia terang-terangan mengunci pintunya seperti itu. Sebegitu bencikah dia padaku?

"Aku hanya membawakan makanan untukmu, Verlice—"

Klontang! Tiba-tiba terdengar suara dari arah ruang tamu. Seolah déjà vu, aku merasa pernah mengalami hal ini sebelumnya. Aku menoleh ke arah sumber suara tersebut, dan melihat bayangan seseorang yang buru-buru kabur ke luar kosan. What the hell, apa aku sedang dikuntit lagi? Dengan berani aku mengejarnya. Aku pernah menjadi juara MMA dunia, mana mungkin aku takut pada siapapun.

Aku melihat sosok itu berlari dan bersembunyi di balik pos keamanan depan kosan Verlice. Aku terus mengejarnya dan . . .

"Maaf, Kak Luno," sosok itu muncul dari persembunyiannya. Terlihat muncul gadis muda yang tak asing bagiku, si bibir monyong dengan rambut ombre pinknya yang mencolok.

"Wah, lo lagi!?" Aku melabraknya dengan geram. "Lo ngikutin gua kemana-mana?"

"A—Aku suka banget sama Kak Luno. Aku nggak bisa berhenti mikirin Kak Luno." kata gadis itu dengan wajah memelas.

"Saya butuh privasi! Saya kan sudah kasih kamu foto bareng kemarin?!" Aku memelototinya dengan jengkel. "Mau kamu apa sih? Siapa nama kamu?"

Gadis itu terlihat ketakutan dan panik.

"Siapa nama kamu? Sini KTP kamu?" tanyaku lagi.

"Larbey," katanya sambil menyerahkan KTP-nya.

"Larbey Danetta." Aku membaca nama di KTP tersebut, lalu mengambil foto dengan ponselku. "Sekali lagi saya lihat kamu menguntit, akan saya bawa kamu ke kantor polisi. Paham?"

Larbey mengangguk, tampak gemetar ketakutan. Aku melemparkan KTP itu ke tanah, Larbey segera memungutnya lalu buru-buru meninggalkanku.

Ah sial! Kirain hanya artis luar negeri saja yang punya penggemar fanatik semacam ini, ternyata di sini ada juga. Kalau cantik mah nggak masalah, aku ajak pacaran saja sekalian! Lah ini? Cih! Suasana hatiku jadi rusak dan mengurungkan niatku untuk mengunjungi Verlice, lalu aku pun pulang ke rumah.



20 Oktober 2026

Beberapa hari setelah kejadian itu, aku mendengar kabar yang mengejutkan bahwa Verlice telah meninggal dunia karena bunuh diri di malam yang sama, tanggal 17 Oktober. Berarti kejadiannya bertepatan dengan kehadiran stalker bernama Larbey yang menguntitku. Apakah ada kaitannya dengan kematian Verlice? Pikiranku dihantui pertanyaan dan rasa penasaran.

Namun ah sudahlah, aku lelah! Lagipula, saat ini aku sedang fokus untuk merebut hati Eloussa. Aku juga sudah sangat muak dengan percobaan bunuh diri Verlice yang terus berulang. Sudah berkali-kali aku menyelamatkannya hingga muak rasanya!

Jadi, terserah kamu saja lah Verlice! Aku juga sudah tidak membutuhkanmu lagi. Jika ingin mati ya sudah matilah saja sana!



13 November 2026—18:25

Hari ini adalah hari bersejarah dimana aku menyatakan cintaku pada Eloussa. Aku mereservasi sebuah restoran perancis ternama hanya untuk kita berdua, tanpa pengunjung lain. Malam itu kita makan makanan mewah bersama lalu aku mengajaknya ke taman restoran tersebut.

Di sana, sudah disiapkan banyak sekali bunga mawar bertebaran dan ratusan cahaya lilin yang menghangatkan suasana. Ditambah lagi alunan musik romantis untuk menciptakan suasana yang sempurna.

Ketika Eloussa terpesona oleh keindahan taman itu, aku berlutut di hadapannya dan dengan penuh keyakinan menyatakan perasaanku. "Maukah kamu menjadi kekasihku?"

Eloussa mengangguk dan tersenyum, aku segera memeluknya dengan bahagia. Sejak saat itulah, kami resmi berpacaran.



20 November 2026—19:25

Dan inilah akhir dari segala flashback memoriku. Seminggu setelah aku resmi berpacaran dengan Eloussa, peristiwa mengerikan yang sama sekali tidak kusangka itu terjadi. Hari di mana Eloussa memberiku surprise terbesar dalam hidupku, dimana dia menghunuskan sebilah pisau tajam menembus tubuhku.

Membunuhku!