Aku mulai jenuh dengan rutinitas mencari wanita baru untuk bersenang-senang. Malahan akhir-akhir ini, aku terus terperangkap dalam nostalgia. Entah mengapa akhir-akhir ini hanya ada dua wanita yang kerap mengantui kepalaku: Cherish dan Verlice.

Beberapa kali aku mengunjungi toko buah Fruitopia tempat Cherish bekerja. Padahal aku tidak terlalu suka buah, aku ke sana hanya demi melihat wajahnya. Namun aku belum berani berkenalan lebih jauh dengan Cherish, mungkin karena aku masih merasa bersalah atas segala hal buruk yang pernah kulakukan padanya.

Sama halnya dengan Verlice, akhir-akhir ini aku sering mengunjunginya lagi. Aku juga merasa bersalah padanya, hingga saat ini aku masih belum juga mengulang waktu dan menghidupkan kembali Nelven. Beruntungnya, hingga saat ini belum pernah Verlice berusaha mengakhiri hidupnya lagi. Saat ini dia mulai bekerja sebagai barista di Brewtopia Jalan Tanjung Nangka, mengikuti jejak Nelven. Kurasa dia masih belum juga move on dari almarhum kekasihnya tersebut.

Ah, ada begitu banyak tragedi yang telah kuciptakan, kehidupan yang telah kuhancurkan, Itu semua akibat kekuatan waktuku—lebih tepatnya karena keegoisanku. Aku terlalu semena-mena menggunakan kekuatan ini tanpa pernah memikirkan keadaan orang lain. Kini aku mulai mempertimbangkan untuk bertobat dan berusaha untuk tidak merugikan orang lain lagi kedepannya.

Meski aku sering mengunjungi Verlice, dia tidak pernah menggubrisku. Di Brewtopia, dia hanya sekedar melayaniku sebagai customer. Di kosannya, dia tidak pernah sekalipun membukakan pintu untukku. Namun aku tetap rutin berkunjung seminggu sekali dan selalu meletakkan makanan-makanan mahal di depan pintunya sebagai bentuk penyesalanku.



21 April 2026—17:00

Hari ini aku sedang berada di mal Castopia. Aku mengelilingi mal untuk mencari hadiah untuk Verlice dimana besok, tanggal 22 April adalah hari ulang tahunnya. Setelah melihat-lihat beberapa toko, aku memutuskan untuk membelikannya sepasang sepatu Prada. Aku juga sempat singgah ke toko favoritku, Gucci, untuk membeli sepatu baru untuk diriku sendiri.



22 April 2026

Hari ini, aku menyerahkan hadiah ulang tahun yang telah kusiapkan pada Verlice di tempat dia bekerja, Brewtopia. Dia hanya berterimakasih sewajarnya sebagai seorang barista, tetap saja acuh tak acuh padaku.



6 Mei 2026—16:00

Sore itu, lagi-lagi aku sedang berada di mal. Aku jenuh dan memutuskan untuk berbelanja. Sewaktu memakan es krim, ada seorang wanita memergoki wajahku yang saat itu sedang tidak mengenakan masker.

"Kak Luno?" kata wanita itu. "Wah bener, boleh foto kak?"

"Boleh," kataku.

Ah sial, aku lagi malas meladenin penggemar. Dan benar saja, awalnya hanya satu orang, semakin lama semakin banyak dan menjadi kerumunan orang yang mengepungku.

"Kak Luno, aku juga mau foto bareng donk. Please—" ucap salah satu gadis berkacamata memohon.

"Kak Luno ganteng banget, kyaaah!" Beberapa cewek tampak histeris. Bahkan juga ada cowok kekar yang memaksa selfie denganku. Ukh!

Keadaan semakin lama semakin parah. Sial, bagaimana aku harus kabur dari sini? Seharusnya aktor sekaliber aku memiliki seorang bodyguard. Namun di satu sisi aku senang juga dikerumuni banyak penggemar seperti ini.

Baru saja aku hendak mengulang waktu, namun untunglah para sekuriti datang menolongku keluar dari situasi ini. Namun pada akhirnya para sekuriti itu juga minta foto padaku, dasar! Tentu saja aku bahagia memiliki banyak penggemar, tapi terkadang aku juga ingin hidup tenang dan punya privasi. Sejak aku dikenal luas, aku harus lebih berhati-lagi karena hidupku kini mulai terekspos media.

Lalu aku mulai merasa suntuk di Jakarta, aku ingin berlibur ke Tokyo. Aku mencoba mengajak Aldon.

"Ya, Luno?" Aldon mengangkat telponku.

"Lagi apa lo?"

"Kagak ngapa-ngapain, kenape bro?"

"Bosen gua, temenin gua ke Tokyo yok! Dua minggu lah kita have fun di sana!"

"Skip dulu lah, tanggal 15 ada Anime Festival di mal Castopia. Lo mau ikut?"

"Ah nggak dulu deh gua skip juga. Lagi nggak minat sama anime-anime gitu. Ya udah, have fun!"

"You too, brother!"

Dasar wibu, batinku seperti biasa.



10 Mei 2026—20:00

Malam ini aku sedang duduk seorang diri di sebuah kursi first class yang sangat nyaman dalam sebuah pesawat, menuju ke Tokyo. Lalu selama dua minggu ke depan aku bersenang-senang di sana. Berkencan dengan para wanita cantik, berbelanja, mencicipi berbagai makanan, dan sebagainya hingga aku bosan.



Juni 2026

Tidak ada yang spesial bulan ini, aku bingung apa lagi yang harus kulakukan untuk mengusir rasa bosan ini. Seperti biasa aku sesekali mengunjungi Fruitopia untuk melihat Cherish, juga ke tempat Verlice walaupun dia masih cuek padaku. Ya begitu-begitu saja.

Sedangkan Aldon, kabarnya sedang sangat bahagia bulan ini. Dia bercerita sedang dekat dengan seorang wanita yang sangat cantik. Katanya waktu kemarin mengikuti Anime Festival di mal Castopia, dia tidak sengaja bertemu dan berkenalan dengan wanita tersebut.

"Sumpah ni cewek cakep banget, Luno! Dia juga suka anime yang sama kayak gua, One Piece dan Chainsaw Man! Jarang-jarang ada cewek secantik itu demen gituan!" kata Aldon di telepon dengan berapi-api.

"Congrats ya bro. Congrats!" jawabku dengan tulus. Aku sudah pernah enam kali merebut wanita cantik dari Aldon, aku sudah bersumpah pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah mengganggu hubungan percintaan Aldon lagi. "Emang siapa nama tuh cewek?"

"Eloussa! Keren banget kan namanya."

"Wah iya, cakep bener namanya. Haha pokoknya congrats ya, Don! Semoga cepet jadian!"

Beberapa saat kemudian, Aldon resmi berpacaran dengan wanita itu, Eloussa. Inilah awal mula dari segala bencana mengerikan yang akan menimpaku.