22 Februari 2024—16:35

Para pengunjung yang panik mencoba menabrak kami, dan aku harus mempertahankan diri dengan memukul mereka yang berusaha untuk menyentuhku atau Aldon.

Seorang ibu tua mencoba mendorongku dalam keadaan panik. Tanpa berpikir panjang, aku memukulnya hingga jatuh dan wajahnya berdarah-darah. Ibu tua itu kemudian mengutukku dalam bahasa Jepang. "くたばれ!"

Sementara Aldon meneriakiku lagi. "Luno! Kamu bisa mengulang waktu, kan?!"

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Lalu kami berusaha melarikan diri namun badai salju terlalu kuat. Tubuhku semakin menggigil kedinginan dan lemah tak berdaya menghadapi serangan badai tersebut.

Kami akhirnya pasrah, terperangkap dalam badai salju yang semakin memburuk, mendadak aku kehilangan kesadaranku.



22 Februari 2024—17:14

"Luno! Bangun Luno!" Aldon mencoba membangunkanku. Rupanya aku pingsan sesaat dan Aldon mencoba berusaha menyadarkanku. Badai itu rupanya belum berlalu.

Lalu aku mengumpulkan tenaga dan berusaha kabur dari situ. Sudah tidak banyak orang yang tersisa, sebagian sudah tertimbun salju dan sebagan lagi sudah berhasil menyelamatkan diri.

"Tolong, Kak!" Tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil kami. Ah, ternyata Tovah. Cewek sialan itu tertimpa pohon besar rupanya.

Aku menghampirinya segera. Aldon mencoba menolongnya tapi aku menghentikannya.

"Ah, Kakak yang tadi, kan?" Tovah ingat tadi aku sempat menyebut namanya. "Dari Indonesia juga ya? Tolong aku, Kak!"

Aku jongkok mendekati Tovah yang terlihat lemah dan kesakitan itu di bawah pohon, lalu aku manarik keras rambutnya dan berbisik. "Membusuklah di neraka!"

"Apa salahku, kak. Apa kita perna kenal?" Tovah kebingungan dan menggigil.

Aku menyeringai lalu pergi meninggalkannya. Lalu kami kembali berjalan melawan badai, aku hampir pingsan lagi, sebelum aku kehilangan kesadaran, aku melihat sekelompok orang menghampiri kami. Syukurlah, mereka adalah tim penyelamat.



22 Februari 2024—19:45

Aku terbangun dalam keadaan berselimut tebal dan cukup hangat. Kuamati keadaan sekitar. Banyak orang berlalu lalang di sana. Ah, rupanya ini gedung tempat evakuasi.

"Syukurlah lo udah bangun, Luno. Tadi kata perawat, lo terkena hipotermia," Aldon berada di sebelahku, mencoba menjelaskan. "Nih sup hangat!"

Aku segera melahap sup hangat itu, aku sungguh kelaparan.

"Lo tadi kenapa, Luno? Bukannya lo punya kekuatan super?"

"Gua nggak tau, Aldon. Kenapa gua tiba-tiba nggak bisa ngulang waktu lagi." Aku tiba-tiba teringat akan fakta mengerikan itu. "Gimana ini, Aldon? Tanpa kekuatan ini, gua . . . Bukan siapa-siapa"

Aku mulai cemas. Apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba ada badai salju dan aku tidak bisa menggunakan kekuatanku lagi. Aku yang sudah terbiasa dimanja dengan kekuatan waktu ini, apakah bisa menjalani hidup dengan normal setelah ini?

Untungnya aku sudah memiliki segala kekayaan ini, aku tidak perlu bekerja seumur hidupku. Namun, tetap saja aku sudah sangat bergantung pada kekuatan waktu ini. Aku merasa aku belum rela kehilangannya.

"Lo udah coba lagi belum? Siapa tau keadaan itu hanya sementara? Mungkin sekarang lo udah bisa?" tanya Aldon.

"Baiklah, gua coba ya!" kataku.

Aku begitu tegang, dan berdoa sesaat sebelum melakukannya. 'Tuhan, please izinkan aku menggunakan kekuatan ini lagi.'

Aku berkonsentrasi, memerintahkan diriku kembali ke seminggu yang lalu, dan . . . Reverse!

BZZT!



15 Februari 2024—20:00

Syukurlah! Aku bisa mengulang waktu! Saat ini aku berada di apartemen mewahku. Aku harus mencoba sekali lagi. Reverse!

BZZT!



10 Februari 2024—20:00

Aku berhasil. Lalu aku segera menghubungi Aldon dan memberitahunya bahwa akan ada badai salju mengerikan di Sapporo, dan membatalkan janji tersebut. Namun aku tidak memberitahunya tentang bagaimana aku sempat kehilangan kekuatanku, cukup aku saja yang tahu rahasia sebesar ini.

Lalu aku mulai mengevaluasi semua ini. Apa yang sebenarnya terjadi, mengapa aku tidak bisa menggunakan kekuatanku tadi. Apakah itu semua karena badai salju tersebut? Ah, aku mencoba mengkerucutkan pikiranku pada hal yang lebih spesifik dan masuk akal: aku belum pernah menggunakan kekuatanku dalam suhu dingin yang ekstrim. Baiklah, waktunya eksperimen.

Aku mencoba merendam diriku di bak mandi yang terisi air es, yang sangat dingin. Lalu aku mencoba mengulang waktu. Berkonsentrasi keras dan . . .

Aha! Sudah kuduga, inilah penyebabnya. Entah kenapa, ketika tubuhku dalam keadaan suhu seekstrim ini, aku tidak bisa memakai kekuatan waktuku. Apa pada kondisi tersebut, terjadi semacam reaksi dalam tubuh atau otakku sehingga kekuatan ini tidak bekerja?

Wah, ini sungguh bahaya! Mulai sekarang aku tidak akan pernah menyentuh hal-hal yang bersifat dingin lagi. Salju, atau es, atau apapun itu. Aku tak akan pernah lagi pergi ke suatu daerah yang bersalju.

Apakah ada hal yang lain lagi yang belum aku ketahui? Apakah ada keadaan lain yang bisa membuatku kehilangan kekuatanku lagi? Aku sungguh cemas karena belum pernah kualami ini sebelumnya. Tapi ini seharusnya sungguh baik, karena aku sudah tau sekarang jadi aku bisa mencegah dan menghindarinya di kemudian hari.

Aku tidak akan memberitahu orang lain mengenai kejadian hari itu, bahkan termasuk Aldon yang sangat kupercaya sekalipun. Itu terlalu beresiko.

Tidak boleh ada satupun orang yang mengetahui rahasia kelemahanku ini!