"Terbang di angkasa?" tanyaku.

Aldon mengangguk.

"Lo sakit bro?" tanyaku memastikan.

"Lebih masuk akal mana, manusia yang terbang di angkasa atau manusia yang bisa mengulang waktu?" Aldon bertanya. "Maksud gua skydiving (terjun payung), brother! Inilah salah satu impian fantasiku sejak kecil, gimana rasanya terbang di udara. Lalu setelah aku mengetahui ada yang namanya skydiving, aku ingin sekali melakukannya tapi nggak pernah berani. Nah sekarang karena ada lo yang bisa ngulang waktu, kekhawatiran gua jauh lebih berkurang."

Ah, itulah permintaan Aldon yang pertama. Sebagai sahabat sejati tentu saja aku akan menurutinya, ditambah lagi sebagai bentuk balas budiku atas kerja kerasnya dalam misi mendapatkan Verlice, alias Project V.

"Hmm . . . " Aku bergumam menimbang-nimbang. "Boleh aja sih, gua nggak pernah kepikiran hal seru kayak gitu. Ada-ada aja ide lo, boleh juga!"

"Ya kan kan kan? Pasti seru banget!" Aldon terlihat antusias. "Kalo ada apa-apa, kita tinggal ngulang waktu."

"Baiklah, let's go!"



13 Oktober 2023 —09:30

Pagi itu, aku dan Aldon berangkat dari Jakarta ke Bali menggunakan helikopter pribadi. Setelah tiga jam terbang, pilot pribadiku mengkonfirmasi bahwa kami sudah mencapai ketinggian 5000 kaki di atas Pulau Bali.

"Yeah, sampai juga kita di atas pulau Bali!" teriakku sambil menepuk badan Aldon. "Nanti kita akan skydiving dari ketinggian ini, brother!"

"Wah . . . " Aldon terlihat antusias. "Jadi nanti kita naik helikopter ini juga atau pakai pesawat orang lain?"

"Nanti kita pakai jasa operator skydiving, brother! Bisa solo or tandem. Kita naik pesawat yang mereka sediakan!"

Kita bersama melihat tampak atas Pulau Bali, sungguh mempesona.

"Wah, ini pertama kalinya gua lihat Bali dari atas! Thanks banget Luno, udah kabulkan permintaan pertama gua!"

"Yeah, sama-sama brother! Apapun bakal gua lakuin buat lo!" sahutku.

"Gua jadi nggak sabar banget kita terbang bareng nanti. Gimana yah rasanya? Rasanya pingin banget deh lompat sekarang. Hahaha."

"Kenapa nggak? Hahaha!" jawabku.

"Gila aja lo! Hahaha!" Aldon tertawa.

"Nggak, gua serius, brother!" jawabku lagi.

"Eh!?" Aldon kebingungan.

Aku langsung menendang Aldon dari helikopterku. Tanpa mengenakan parasut atau pengaman apapun, seru banget kan!

"AAARGH!" Aldon berteriak histeris. Lalu aku segera melompat menyusulnya.

Aldon menoleh ke arahku dan berteriak histeris. "Apa-apaan ini, LUNO?!!"

Aku hanya tertawa ngakak sambil menikmati rasanya terbang di udara.

"WOI! baik LO, LUNO!!! APA-APAAN INI!? NGGAK LUCU!" jerit Aldon lagi, dia terlihat sangat panik seperti orang gila.

"Hahahaha! Aduh ngakak!" Aku mentertawakan Aldon hingga sakit perut. "Udah tenang aja! Nanti gua bakal ngulang waktu!"

"NGGAK LUCU! WOI!!! NGGAK LUCU baik!!!" Aldon terus memakiku dengan amarah yang meledak-ledak.

Aku hanya bisa tertawa sambil menikmati indahnya langit. Kulihat indahnya lautan awan di sekitarku, lalu aku menembus menerjangnya. Wah seru sekali, inikah rasanya terbang di udara? Aku sungguh sangat bahagia, tidak seperti Aldon yang terlihat sama sekali tidak menikmatinya. Haha!

"WOI!" jerit Aldon histeris. "ULANG WAKTU SEKARANG!"

"Berisik lo!"

"LUNO ANJING! PLEASE!"

"Katanya pingin terbang? Ini baru terbang yang sesungguhnya, Aldon!" Aku kembali tertawa terbahak-bahak. "Udah nikmatin aja! Nanti juga gua pasti ulang waktu! Hahaha!"

"AAARGH!! NYESEL GUA NGAJAK LO!!!"

Aku mengeluarkan ponselku dan merekam momen Aldon yang teriak-teriak seperti orang gila.

"Gua bunuh lo, Luno! Sumpah, GUA BUNUH LO!"

Aldon berusaha menerjang ke arahku, berusaha menerkamku. Saking semangatnya hingga kacamatanya terlepas dan melayang di udara.

"Liat ekspresi lo, Don! Asli gua ngakak!" Aku menunjukkan layar ponselku sambil tertawa.

Seru banget ya rasanya mempermainkan Aldon. Dia terus-terusan berteriak memakiku seperti "LUNO GILA", "STOP PLEASE", "baik LO LUNO", dan sebagainya tapi aku tetap acuh tak acuh.

Kita terus meluncur ke bawah, kita sudah hampir menabrak laut. Lalu beberapa saat sebelum kita benar-benar terjatuh, aku mengulang waktu. Reverse!

BZZT!

Lalu kuulang waktu dari sebelum aku menendang Aldon dan semua itu tidak terjadi. Lalu beberapa saat kemudian aku benar-benar melakukan skydiving yang sesungguhnya bersama Aldon dan kita bersenang-senang. Aldon sungguh bahagia dan berterimakasih aku mau menemaninya.

Lalu apa permintaan Aldon yang kedua?

"Gua pingin ikut festival salju di Sapporo!"

"Sapporo, Jepang? Wibu sejati lo ya!

"Lo harus temenin gua pokoknya! Ya ya ya?"

"Ada-ada aja lo!"



22 Februari 2024—15:30

Sebenarnya aku benci sekali musim dingin. Ini demi Aldon, jadi aku menurutinya. Ya sudahlah ayok kita bersenang-senang. Sore itu kita masuk ke festival tersebut bersama. Kami menggunakan jaket yang sangat tebal, terutama aku yang tidak kuat dingin.

"Wah keren banget ya saljunya bisa dibentuk kayak gini!" Aldon terlihat antusias melihat salju yang dipahat berbagai macam bentuk. Lalu dia memandangi pahatan salju berbentuk Pochita, karakter Chainsaw Man itu. "Fotoin gua, Luno!"

Lalu aku memfoto Aldon dengan ponselnya. Aldon hobi sekali berfoto. Lalu kita melewati pahatan istana es dengan lampu LED di dalamnya, Aldon lagi-lagi minta foto. "Kali ini kita foto bareng! Kita suruh orang fotoin kita."

"Iye-iye, apa sih yang nggak buat lo . . ."

"Kok lo keliatannya nggak antusias, bro." Raut wajah Aldon terlihat agak kecewa. Dia ingin sekali bersenang-senang denganku.

"Kagak, gua cuman kedinginan. Hayuk lah kita foto!" kataku lagi, berusaha bikin Aldon bahagia hari itu. Aku nggak boleh egois, Aldon sudah berbuat banyak untukku.

Lalu kita berjalan lagu bersama menikmati berbagai macam karya seni yang terbuat dari salju atau es di sana. Aku mengamati perubahan yang terjadi, angin berhembus semakin kencang, suhu semakin rendah. Firasatku tidak enak, ada apa ini? Tiba-tiba aku melihat seseorang yang sangat . . . familiar?

"Tovah?" Aku tidak sengaja latah menyebut namanya, ketika berpapasan dengan cewek tomboy itu. Dia sedang sendirian di sana, sudah lama nggak kulihat wajahnya yang memuakkan itu.

"Ya? Siapa ya?" tanya Tovah kepadaku, terlihat bingung.

Aku menggelengkan kepala sambil buru-buru pergi.

"Temen lo?" tanya Aldon penasaran.

"Lebih tepatnya musuh," jawabku. "Bajingan itu adik istri gua di masa depan."

"Hah!?" Aldon terkejut.

Lalu aku menceritakan segalanya.

"Buset. Lo udah punya anak segala? Lo belum pernah cerita ini ke gua." kata Aldon terheran-heran. "Berarti lo sudah nggak mungkin bisa ketemu anak lo lagi donk?"

"Udah deh nggak usa bahas. Inget-inget Eriel, gua jadi sedih nanti."

Ah sial! Gara-gara bertemu tomboy sialan itu, aku jadi teringat Eriel. Wajahnya tiba-tiba menghiasi benakku. Aku jadi rindu padanya, sosok yang eksistensinya tidak mungkin lagi ada di dunia ini karena aku mengulang waktu. Ini konsekuensi yang harus kujalani atas pilihan yang kutempuh.

Aku juga langsung teringat Cherish. Gimana kabar Cherish saat ini? Apakah dia punya pacar atau masih single? Ah sial, mengapa aku jadi penasaran dengan masa lalu? Biarlah itu berlalu!

"Luno, kayaknya ada badai salju deh!" ucap Aldon tiba-tiba, membuyarkan lamunanku. Segera aku menyadari bahwa angin kian memburuk dan salju turun semakin deras menyelimuti area itu. Para pengunjung lainnya mulai panik dan berlarian ke segala arah.

Namun, dalam sekejap badai salju itu menjadi semakin ganas dan sangat mengerikan, para pengunjung semakin panik dan saling tabrak satu sama lain dengan histeris. Aku memfokuskan diriku untuk mengulang waktu dan . . .

Eh!?

Kenapa tidak bisa? Aku mulai panik. Kucoba lagi dan lagi, tapi tidak terjadi apapun.

"Luno! Ulang waktu aja!" Aldon meneriakiku.

Apa yang terjadi?! Aku . . . tidak bisa mengulang waktu?