Selama tiga minggu setelah pemakaman Nelven Algoris, aku mencoba mendekati Verlice perlahan-lahan. Verlice selalu mengurung diri di kamar kosannya dah hampir tidak pernah keluar.



22 April 2023

Hari ini adalah ulang tahun Verlice, aku tahu dari chat history Verlice dan Nelven bahwa seharusnya mereka saat ini merayakan acara ini di Bali bersama. Ah, kasihan deh semuanya aku gagalkan. Aku tidak berani membelikannya hadiah karena dia sedang berduka. Mana mungkin dia ingat ulang tahunnya di saat seperti ini.

Aku sering mengirimkan makanan ke kosan, juga mengirimkan pesan ke ponsel Verlice seperti: 'jangan sedih', 'stay strong', 'kalau butuh apa-apa hubungin aku', dan sejenisnya. Tapi Verlice tidak pernah menggubrisku. Verlice berasa kini hidupnya hampa dan suram, tanpa harapan.

Aku mulai frustasi, ditambah lagi sifatku yang tidak sabaran. Lalu tiga minggu kemudian, tepatnya 1 Mei 2023. Verlice ditemukan tewas bunuh diri overdosis obat penenang di kosannya.



2 Mei 2023—17:17

"Lo sudah menghabisi nyawa tiga orang, Luno!" Aldon melipat tangannya.

"Ya, dan nggak usah coba-coba menceramahi gua!" Aku cukup sedih dan marah.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan, mengulang waktu?" tanya Aldon lagi.

"Pastinya. Gimana, lo udah dapat data-datanya? Jam berapa perkiraan Verlice meninggal?" tanyaku.

"Diperkirakan Verlice mulai meminum obatnya pukul 8 malam, tanggal 30 April. Lalu nggak lama kemudian dia meninggal."

"Baiklah kalo gitu." Aku kembali memfokuskan diriku. "See you, brother!"

BZZT!



30 April 2023—18:00

Aku tiba di kosan Verlice, dan langsung mendobrak pintu kamar Verlice tanpa ragu. Terlihat Verlice yang sedang duduk murung kasur dan seketika terkejut. "Apa-apaan ini, Pak?"

BZZT!



30 April 2023—17:30

Aku mengulang waktu setengah jam sebelum aku mendobrak kamar Verlice. Ok, brarti pada pukul 18:00, Verlice belum meminum obat penenang tersebut. Lalu kuhabiskan waktu di mal terdekat hingga pukul 20:00.



30 April 2023—20:00

Lalu aku datang ke kosan dan mendobrak kamar Verlice, lagi. Terlihat Verlice yang sedang duduk murung kasur dan seketika terkejut. "Ada apa, Pak?"

Aku masuk dan memeriksa kamar Verlice seketika. Hmm, belum ada tanda-tanda dia mencoba bunuh diri. Mungkin sebentar lagi ya, baiklah! Aku tersenyum ke Verlice lalu . . . Reverse!

BZZT!



30 April 2023—19:45

Aku kembali menunggu di mal lalu kuputuskan untuk mendobrak kamar Verlice lagi, pukul sembilan malam.



30 April 2023—21:00

Lalu aku mendobrak kamar Verlice lagi, untuk ketiga kalinya! Ah, kali ini aku melihat Verlice terkapar di lantai. Para tetangga mulai berkerumun karena dobrakan pintuku. Lalu mencoba menolong Verlice.

Lalu aku menganalisa sekilas. Jadi Verlice belum mencoba bunuh diri pukul 20:00, sedangkan pukul 21:00 dia sudah terkapar. Verlice masih bisa diselamatkan jika dibawa rumah sakit saat ini, tapi ada solusi yang lebih baik yaitu mencegahnya minum obat tersebut. Jadi, kuperkirakan dia meminum obat itu sekitar pukul 20:30.

Lalu setelah berkali-kali mengulang waktu, aku berhasil mendobrak pintu pada menit dan detik yang tepat, yaitu sesaat sebelum Verlice meminum obat tersebut.



30 April 2023—20:44

Lalu aku mendobrak kamar Verlice lagi, untuk kesekian kalinya, dan menemukan Verlice sedang memegang botol obat penenang itu dan hendak meminumnya. Aku langsung berteriak menghentikannya. "Berhenti, Verlice!"

Verlice terlihat kaget dan bingung, lalu dia menangis. Para tetangga mulai berkerumun karena dobrakan pintuku. Aku langsung menutup pintunya dan menghampiri Verlice, mengampirinya

"Kenapa bapak bisa tiba-tiba berada di sini?" tanya Verlice sambil mencoba menahan tangisnya.

Perlahan aku menyeka air matanya dengan tissue. "Saya sangat khawatir makanya datang, lalu tiba-tiba firasat saya nggak enak waktu berada di depan kamar kamu. Maaf sudah lancang mendobrak pintu kamu."

Verlice mencoba menenangkan dirinya.

"Nyawamu terlalu berharga, Verlice," kataku dengan hati-hati dan pengertian. "Kenapa kamu mecoba bunuh diri?"

"Hidupku sudah tidak ada artinya lagi, Pak." jawab Verlice lirih. "Senyumku, usahaku, mimpiku, semua ada pada Nelven."

"Apa kekasihmu itu akan bahagia melihatmu seperti ini? Apalagi sampai coba bunuh diri? Tentu dia ingin kamu bahagia, Verlice!" kataku dengan lembut.

Verlice terlihat bingung, lalu dia menangis. Lalu aku perlahan-lahan menghiburnya dan memberinya pengertian. Hampir sejam aku berusaha menenangkannya.

"Berjanjilah agar kamu tidak melakukan ini lagi, Verlice. Ya?" Aku menatap Verlice dengan lembut. "Demi Nelven."

Demi aku, tentu saja! Kataku dalam hati. Lalu, aku meninggalkan Verlice sekitar pukul tiga pagi.

Lalu setelah itu, bersusah payah aku mendekati Verlice. Setiap hari aku rajin mengirimnya pesan di chat,memberinya semangat hidup, mengirim pesan-pesan yang menguatkan dan motivasi, juga perhatian dan kasih sayang,

Kulakukan banyak sekali hal romantis, aku selalu mengirimkan makanan, vitamin, juga barang-barang favoritnya seperti novel, skincare, dan sebagainya.

Lima bulan lamanya aku berjuang mati-matian. Dan dalam lima bulan itu, dia pernah hampir coba bunuh diri lagi selama tiga kali dan aku terus menggagalkannya dengan kekuatan waktuku.

"Kenapa Bapak bisa selalu tahu tiap kali aku mau mengakhiri hidupku?" Itulah yang Verlice tanyakan padaku pada percobaan bunuh dirinya yang keempat dengan penuh keheranan. Aku sampai bingung bagaimana menjawabnya.

"Entah kenapa tiap saat sebelum kamu mencoba bunuh diri, malam sebelumnya aku memimpikannya. Percaya nggak? Seolah Tuhan menyuruhku menghentikanmu bunuh diri." Itulah karangan terindah yang bisa kupikirkan untuknya. "So, please stop, Verlice. Kumohon."

Hingga hari itu, 5 Oktober 2023, dimana aku sudah mulai lelah mengejar Verlice. Aku sudah berusaha sekeras tenaga selama lima bulan, tapi Verlice sama sekali tidak membuka hatinya untukku. Baiklah kalau begitu, waktunya aku melakukan misi terakhir yang sudah aku tunggu-tunggu selama ini.

Jika aku tidak bisa mendapatkan hatinya, minimal kunikmati tubuh Verlice sepuasnya!