TS
watcheatnsleep
AMURTI
Season 2 dari Awakening : Sixth Sense
Sinopsis :
Di saat Rama telah pulih kembali dari kecelakaan yang menimpanya, semesta seakan belum puas untuk menguji dirinya. Masalah yang baru satu-persatu menghampiri dan menghantamnya secara bertubi-tubi. Menimbulkan keretakan pada sisi keluarga, cinta, dan pertemanan dalam hidupnya. Dekapan kegelapan pun tak bisa terelakkan oleh batin Rama.
Diterpa kerasnya realita hidup akhirnya membuat Rama memutuskan untuk mengikuti Mahendra. Sesosok pria misterius yang acap kali mendorong Rama sampai ke titik nadirnya. Sebuah anomali yang intensinya tak bisa diterka oleh Rama.
Pengalaman demi pengalaman yang dialami Rama pun seakan menuntun dirinya pada rentetan kisah yang sudah lama terkubur, berharap untuk segera dihidupkan kembali. Menghadapkan Rama pada sebuah takdir yang tak akan pernah bisa dihindari.
Diterpa kerasnya realita hidup akhirnya membuat Rama memutuskan untuk mengikuti Mahendra. Sesosok pria misterius yang acap kali mendorong Rama sampai ke titik nadirnya. Sebuah anomali yang intensinya tak bisa diterka oleh Rama.
Pengalaman demi pengalaman yang dialami Rama pun seakan menuntun dirinya pada rentetan kisah yang sudah lama terkubur, berharap untuk segera dihidupkan kembali. Menghadapkan Rama pada sebuah takdir yang tak akan pernah bisa dihindari.
INDEKS :
UPLOAD SETIAP JAM 12 MALAM.
KECUALI SABTU & MINGGU
Wattpad : @vikrama_nirwasita
Karyakarsa : vikrama
Instagram : @vikrama_nirwasita
junti27 dan 14 lainnya memberi reputasi
15
8.6K
92
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
TS
watcheatnsleep
#29
CHAPTER 10
Dinding yang senyap bukan berarti tak bernyawa. Ia justru diam demi merekam jelas, apa yang tercipta di sekitarnya. Terutama pada saat energi memuncak, di mana para manusia merasakan sensasi klimaks, terlepas itu rasa nikmat ataupun rasa sakit. Penasaran? Tanyalah dinding, siapa tahu dia akan menjawab.
Matahari yang terbit di ufuk timur, mengiringi langkah seorang pria yang sedang mendorong gerobak sayur, di sepanjang rumah yang berderet. Hiruk-pikuk para ibu-ibu komplek pun segera mengerumuni pria itu. Berbelanja seraya bertukar informasi, akan aib dan desas-desus para tetangga.
Lelaki itu tersenyum ramah seraya melayani para pembeli. Suaranya yang berat bergema, membuat degup jantung kaum hawa kian berdebar-debar. Setiap tuturnya berhasil membuat imajinasi mereka melayang, seakan terhipnotis oleh figurnya. Figur itu akrab dipanggil dengan nama Darsa.
Saat itu, harga bukanlah suatu hal yang penting di mata mereka. Perhatian Darsa jauh lebih berharga dari sekedar ketersediaan dapur mereka. Dagangannya lantas laris diserbu hingga ludes dalam sekejap mata. Namun saat dagangannya telah habis, dia tak langsung pulang. Dia masih sibuk melayani celotehan dari para konsumennya.
Tak sampai di situ saja, Darsa sebenarnya memiliki intensi lain di benaknya. Oleh sebab itu, dia mulai menebarkan pesonanya pada seorang gadis paling menawan di komplek itu. Gadis yang bernama Sari. Anak dari seorang pengusaha papan atas, orang terkaya di komplek itu. Mereka kian menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi. Demi memadu kasih, tanpa perduli akan status yang terpaut jauh.
Gadis itu tak menyadari, bahwa dia telah terjerat racun mematikan. Racun yang memanipulasi hati dan pikirannya. Membuatnya berpikir bahwa mereka saling mencintai satu sama lainnya. Walau nyatanya, cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan. Kuatnya jeratan dari Darsa, membuatnya tak akan bisa kembali utuh lagi, layaknya seperti gadis yang semula.
Darsa sejak awal telah mengincar hal yang lebih besar. Bukan cinta, ataupun wanita. Dia telah memasang matanya pada harta keluarga gadis itu. Oleh sebab itu, pria yang dulunya seorang penjual sayur keliling, lantas menghentikan usahanya.
Dia mulai memperbaiki gaya berpakaiannya. Melatih intonasi suaranya agar tidak medok. Mengubah gaya rambut hingga melakukan perawatan akan wajah dan tubuhnya. Tubuhnya yang dulu kurus kering kian berubah menjadi kekar karena olahraga dan makanan yang berkualitas. Sudah jelas, semua fasilitas itu bisa didapatkan dari kekasihnya.
Hubungan mereka yang awalnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi, kini mulai berubah. Sari sudah berani memperkenalkan sosok Darsa ke orangtuanya. Sari mulai mengajak Darsa untuk datang ke rumahnya. Mereka mulai menjalin kasih dan memuaskan nafsu di sela-sela kekosongan.
Naasnya, Sari tidak mengetahui, ternyata jerat Darsa kini telah tersebar pada Bundanya. Bermula dari aksi bejat Darsa yang telah dipergoki oleh wanita paruh baya itu. Sebuah aksi bejat, di mana Darsa sedang menunggangi putrinya sendiri, di dalam kamarnya sendiri.
Namun itu adalah sebuah kesengajaan dari Darsa. Dia telah merencanakan itu sejak lama. Dia telah menanam benih-benih nafsu, sejak mereka pertama kali bertemu. Dia telah memerintahkan khodam wanitanya untuk menempel pada tubuh Bunda Sari, yang bernama Puspa.
Khodam itu membuat Puspa selalu terbayang-bayang akan sosok Darsa. Saat Puspa tertidur, dia akan selalu disusupi mimpi olehnya. Sebuah mimpi di mana dia sedang berhubungan badan dengan sosok Darsa. Ditambah lagi dengan bisikan-bisikan sesat dari khodam itu kian membuat pikirannya menjadi kacau.
Pertahanan Puspa akhirnya tertembus, saat dia menyaksikan Sari, putrinya sendiri yang sedang dirusak oleh Darsa. Bukan rasa marah yang muncul dari dalam dirinya, tetapi nafsu serta keinginan untuk diperlakukan yang sama.
Darsa menyadari kehadiran dari Puspa, tetapi dia tak memerdulikannya. Muncul senyuman tipis di bibirnya, dia malah semakin barbar melakukan aksi bejatnya. Dia sengaja melakukannya hingga membuat suara rintihan dari Sari terdengar semakin nyaring, hingga terjun ke dalam pendengaran Puspa.
Setelah puas melakukannya, Darsa menatap ke arah celah pintu, di mana Puspa sedang mengintip. Dia lalu mengedipkan sebelah matanya sembari menjilat bibirnya, seakan memberi kode. Puspa tertegun sejenak, lalu membalas senyuman Darsa dengan tatapan penuh arti.
Gelapnya langit di luar, tampak berbanding terbalik dengan situasi terang benderang di kamar hotel. Layar televisi tampak sedang menyala dengan volume yang keras. Namun tak ada satu jiwa pun yang tampak sedang menatap layarnya. Hanya ada dua insan yang sedang bergumul dengan deru nafas yang tak beraturan.
Bahkan volume maksimal dari televisi, ternyata tak sanggup untuk meredam desahan yang keluar dari bibir Puspa. Keringat kian bergulir di permukaan kulit mereka yang kini merah. Matanya yang terpejam lalu kembali melek, terjadi silih berganti seiring dengan pergerakan pinggul mereka.
Apa yang ada di pandangan Darsa saat itu bukanlah Puspa. Melainkan sosok khodam bernama Minara, yang selalu diucapkan di bibirnya tanpa mengeluarkan suara. Khodam bernama Minara itu lantas merasuki tubuh Puspa dan menggunakannya untuk memuaskan hasrat birahinya.
Hubungan gelap itu kian berlangsung lama, terjadi hingga berbulan-bulan tanpa diketahui siapa pun. Namun hubungan itu perlahan mulai tercium, sebab suami Puspa telah merasa curiga akan kondisi finansial rumah tangganya yang kian memburuk.
Dia mulai memata-matai pergerakan istrinya. Hingga suatu ketika, dia berpura-pura pergi untuk urusan bisnis ke luar kota. Padahal sebenarnya dia berniat untuk memastikan kebenarannya dengan mata kepalanya sendiri.
Pada akhirnya, hubungan gelap itu terbongkar tepat di depan matanya. Setelah dia melihat Puspa masuk ke dalam hotel. Dia mengikutinya dan menunggu hingga Puspa keluar dari kamarnya. Ternyata sesuai dugaannya, Puspa keluar kamar sembari bergandengan dengan sosok Darsa.
Seketika terjadi pertengkaran hebat di sana. Puspa langsung panik dan berusaha menghalangi jalan suaminya agar Darsa bisa melarikan diri. Namun sebaliknya Darsa tidak takut sama sekali. Dia hanya tertawa lalu pergi meninggalkan lokasi dengan berjalan santai.
Suami Puspa yang bernama Hendro lantas berteriak sembari mengancam akan membunuh Darsa. Dia berusaha mengejar Darsa, tetapi istrinya sendiri menghalanginya bahkan sampai berlutut memeluk kakinya.
Setelah kejadian itu, Darsa menghilang dan tak bisa dihubungi lagi oleh Sari dan Puspa. Walaupun Sari telah mengetahui hubungan gelap Ibunya dengan kekasihnya, dia masih tak bisa membenci Darsa. Dia masih terngiang-ngiang dan rindu akan sosoknya. Begitu juga dengan Puspa, yang berusaha sebisa mungkin mencari keberadaan Darsa.
Hari demi hari, kondisi keluarga mereka menjadi semakin kacau. Terjadi pertengkaran setiap harinya. KDRT pun tak bisa terelakkan. Wajah Puspa kini lebam akibat bekas pukulan dari suaminya sendiri. Tatapan matanya tampak kosong layaknya sudah putus asa.
Namun tatapan mata kosong itu dalam sekejap mata langsung berubah. Saat Puspa melihat sosok Darsa yang kembali menghampiri rumahnya. Puspa langsung berlari menerjang sosok Darsa dan memeluknya dengan erat. Puspa bertingkah bagaikan seorang gadis perawan yang didatangi oleh pacarnya.
Sejenak kemudian, senyuman di bibir Puspa seketika menghilang. Dia mulai menyadari bahwa suaminya sedang berada di dalam rumah. Dia lantas menarik Darsa untuk menjauh dari posisi rumahnya. Darsa hanya tersenyum, mengikuti keinginan Puspa.
Saat sudah jauh, Darsa lantas menghentikan langkahnya dan memaksa Puspa untuk berhenti. Dalam sejenak, dia menatap wajah Puspa yang lebam. Puspa sadar akan hal itu, dan dia pun menutup wajahnya sembari menangis sejadi-jadinya.
Darsa membelai halus rambutnya. Lalu perlahan dia menggeser tangan Puspa yang mencoba menutupi wajahnya. Sembari tersenyum dia memuji akan kecantikan wajah Puspa. Dan pastinya, ucapan itu lantas meluluhkan hati Puspa.
Setelah itu, Darsa mengajak Puspa ke rumahnya. Rumah Darsa yang sebenarnya hasil dari uang pemberian Puspa. Mungkin Puspa sendiri bahkan tak sadar sudah memberikan uang sebanyak itu kepada Darsa.
Beberapa saat menunggu, akhirnya mereka pergi menaiki taksi. Lampu yang redup di sepanjang jalan kian mengiringi perjalanan mereka. Hingga sampailah mereka di depan sebuah rumah pada komplek yang sepi. Rumah bertingkat dua, yang anehnya tampak seperti tak berpenghuni, karena tampak seperti tak terurus.
Mereka turun dari taksi yang mereka tumpangi dan memasuki rumah sembari bergandengan tangan. Puspa selalu menempel pada tubuh Darsa, memeganginya dengan erat layaknya tak ingin kehilangannya lagi. Lalu mereka mulai bermesra-mesraan di dalam kegelapan, seakan sedang asik di dalam dunia mereka sendiri.
Darsa perlahan menuntun Puspa menuju sebuah kamar. Sembari merangkul Puspa, Darsa memasukkan kunci ke dalam lubang pintu. Pintu itu terbuka dan aroma dupa dan kemenyan seketika mencuat hingga memenuhi indra penciuman. Puspa lantas menutup hidungnya sembari menatap Darsa dengan bingung.
Darsa tersenyum dan menariknya masuk ke dalam. Puspa pun tak memberikan perlawanan, sebab apa pun pasti akan dilakukannya demi pria bernama Darsa. Di dalam batinnya, hanya ada sosok Darsa yang memenuhi seluruh ruangnya.
Setelah Puspa masuk, tampak sebuah meja yang terdapat sebuah wadah untuk menancapkan dupa di atasnya. Lengkap dengan kembang tujuh rupa di sekelilingnya. Ada juga sebuah pisau belati di sebelah dupa. Namun yang membuatnya kaget bukanlah hal itu. Melainkan, sebuah ayam yang seluruh tubuhnya berwarna hitam, menatapnya dalam diam, seolah menunggu kehadirannya.
Darsa kemudian berjalan menuju lemari kecil di ujung ruangan. Dia membuka lemari itu dan mengambil sebuah selendang merah. Dia lalu memakaikan selendang merah itu di leher Puspa, sembari menatapnya dengan senyuman yang lebar.
Setelah itu, Darsa mencengkeram leher Ayam cemani itu dan mengikat kakinya pada dipan ranjang yang berada di ujung ruangan. Darsa lalu memegang tangan Puspa dan menuntunnya untuk duduk di tengah ruangan, membelakangi posisi Ayam cemani tersebut.
Sejenak kemudian, Darsa mulai memeluk tubuh Puspa. Bibirnya mulai bergerak dengan liar, mulai mencumbu leher Puspa. Desahan kenikmatan pun keluar dari bibir Puspa, yang langsung segera direspon oleh kecupan dari bibir Darsa.
Saat mereka sedang menikmati momen tersebut, tiba-tiba ayam cemani itu berkokok dengan keras. Dia berusaha melepas ikatan tali yang menjerat kakinya. Puspa pun sampai terkesiap oleh karenanya. Namun Darsa memegang wajahnya dan memaksanya untuk tak memedulikan ayam itu.
Waktu demi waktu bergulir, hingga beberapa saat kemudian, tampaklah pakaian yang berserakan di lantai. Begitu juga dengan sepasang pria dan wanita yang sedang memadu kasih, diiringi oleh suara ayam cemani yang tak henti-hentinya berkokok.
Sesaat mereka hampir mencapai klimaks, Darsa tiba-tiba menghentikan aksinya lalu menatap ayam cemani tersebut. Puspa kian membingung, lalu menatapnya seakan bertanya ada apa gerangan.
Namun Darsa tak memerdulikan tatapan Puspa, dia mulai beranjak dari lantai dan menghampiri ayam cemani tersebut. Tanpa basa-basi, dia langsung mencengkeram kepala Ayam itu sembari melepaskan tali pengikatnya.
Ayam itu seketika memberontak layaknya ingin menyerang sosok Darsa. Namun, Darsa hanya tersenyum lalu membawa ayam itu mendekati posisi Puspa yang masih berbaring di lantai.
Puspa kian menatap Darsa sembari bertanya, ada apa dengan ayam itu. Darsa tak menggubris omongan Puspa, mulutnya lantas sibuk berkomat-kamit mengucapkan mantra. Sejenak kemudian, dia lalu menyodorkan leher ayam itu ke arah Puspa sembari memberikan sebuah perintah.
“Patahkan!”
Bersambung …
<><><>
Matahari yang terbit di ufuk timur, mengiringi langkah seorang pria yang sedang mendorong gerobak sayur, di sepanjang rumah yang berderet. Hiruk-pikuk para ibu-ibu komplek pun segera mengerumuni pria itu. Berbelanja seraya bertukar informasi, akan aib dan desas-desus para tetangga.
Lelaki itu tersenyum ramah seraya melayani para pembeli. Suaranya yang berat bergema, membuat degup jantung kaum hawa kian berdebar-debar. Setiap tuturnya berhasil membuat imajinasi mereka melayang, seakan terhipnotis oleh figurnya. Figur itu akrab dipanggil dengan nama Darsa.
Saat itu, harga bukanlah suatu hal yang penting di mata mereka. Perhatian Darsa jauh lebih berharga dari sekedar ketersediaan dapur mereka. Dagangannya lantas laris diserbu hingga ludes dalam sekejap mata. Namun saat dagangannya telah habis, dia tak langsung pulang. Dia masih sibuk melayani celotehan dari para konsumennya.
Tak sampai di situ saja, Darsa sebenarnya memiliki intensi lain di benaknya. Oleh sebab itu, dia mulai menebarkan pesonanya pada seorang gadis paling menawan di komplek itu. Gadis yang bernama Sari. Anak dari seorang pengusaha papan atas, orang terkaya di komplek itu. Mereka kian menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi. Demi memadu kasih, tanpa perduli akan status yang terpaut jauh.
Gadis itu tak menyadari, bahwa dia telah terjerat racun mematikan. Racun yang memanipulasi hati dan pikirannya. Membuatnya berpikir bahwa mereka saling mencintai satu sama lainnya. Walau nyatanya, cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan. Kuatnya jeratan dari Darsa, membuatnya tak akan bisa kembali utuh lagi, layaknya seperti gadis yang semula.
Darsa sejak awal telah mengincar hal yang lebih besar. Bukan cinta, ataupun wanita. Dia telah memasang matanya pada harta keluarga gadis itu. Oleh sebab itu, pria yang dulunya seorang penjual sayur keliling, lantas menghentikan usahanya.
Dia mulai memperbaiki gaya berpakaiannya. Melatih intonasi suaranya agar tidak medok. Mengubah gaya rambut hingga melakukan perawatan akan wajah dan tubuhnya. Tubuhnya yang dulu kurus kering kian berubah menjadi kekar karena olahraga dan makanan yang berkualitas. Sudah jelas, semua fasilitas itu bisa didapatkan dari kekasihnya.
Hubungan mereka yang awalnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi, kini mulai berubah. Sari sudah berani memperkenalkan sosok Darsa ke orangtuanya. Sari mulai mengajak Darsa untuk datang ke rumahnya. Mereka mulai menjalin kasih dan memuaskan nafsu di sela-sela kekosongan.
Naasnya, Sari tidak mengetahui, ternyata jerat Darsa kini telah tersebar pada Bundanya. Bermula dari aksi bejat Darsa yang telah dipergoki oleh wanita paruh baya itu. Sebuah aksi bejat, di mana Darsa sedang menunggangi putrinya sendiri, di dalam kamarnya sendiri.
Namun itu adalah sebuah kesengajaan dari Darsa. Dia telah merencanakan itu sejak lama. Dia telah menanam benih-benih nafsu, sejak mereka pertama kali bertemu. Dia telah memerintahkan khodam wanitanya untuk menempel pada tubuh Bunda Sari, yang bernama Puspa.
Khodam itu membuat Puspa selalu terbayang-bayang akan sosok Darsa. Saat Puspa tertidur, dia akan selalu disusupi mimpi olehnya. Sebuah mimpi di mana dia sedang berhubungan badan dengan sosok Darsa. Ditambah lagi dengan bisikan-bisikan sesat dari khodam itu kian membuat pikirannya menjadi kacau.
Pertahanan Puspa akhirnya tertembus, saat dia menyaksikan Sari, putrinya sendiri yang sedang dirusak oleh Darsa. Bukan rasa marah yang muncul dari dalam dirinya, tetapi nafsu serta keinginan untuk diperlakukan yang sama.
Darsa menyadari kehadiran dari Puspa, tetapi dia tak memerdulikannya. Muncul senyuman tipis di bibirnya, dia malah semakin barbar melakukan aksi bejatnya. Dia sengaja melakukannya hingga membuat suara rintihan dari Sari terdengar semakin nyaring, hingga terjun ke dalam pendengaran Puspa.
Setelah puas melakukannya, Darsa menatap ke arah celah pintu, di mana Puspa sedang mengintip. Dia lalu mengedipkan sebelah matanya sembari menjilat bibirnya, seakan memberi kode. Puspa tertegun sejenak, lalu membalas senyuman Darsa dengan tatapan penuh arti.
<><><>
Gelapnya langit di luar, tampak berbanding terbalik dengan situasi terang benderang di kamar hotel. Layar televisi tampak sedang menyala dengan volume yang keras. Namun tak ada satu jiwa pun yang tampak sedang menatap layarnya. Hanya ada dua insan yang sedang bergumul dengan deru nafas yang tak beraturan.
Bahkan volume maksimal dari televisi, ternyata tak sanggup untuk meredam desahan yang keluar dari bibir Puspa. Keringat kian bergulir di permukaan kulit mereka yang kini merah. Matanya yang terpejam lalu kembali melek, terjadi silih berganti seiring dengan pergerakan pinggul mereka.
Apa yang ada di pandangan Darsa saat itu bukanlah Puspa. Melainkan sosok khodam bernama Minara, yang selalu diucapkan di bibirnya tanpa mengeluarkan suara. Khodam bernama Minara itu lantas merasuki tubuh Puspa dan menggunakannya untuk memuaskan hasrat birahinya.
Hubungan gelap itu kian berlangsung lama, terjadi hingga berbulan-bulan tanpa diketahui siapa pun. Namun hubungan itu perlahan mulai tercium, sebab suami Puspa telah merasa curiga akan kondisi finansial rumah tangganya yang kian memburuk.
Dia mulai memata-matai pergerakan istrinya. Hingga suatu ketika, dia berpura-pura pergi untuk urusan bisnis ke luar kota. Padahal sebenarnya dia berniat untuk memastikan kebenarannya dengan mata kepalanya sendiri.
Pada akhirnya, hubungan gelap itu terbongkar tepat di depan matanya. Setelah dia melihat Puspa masuk ke dalam hotel. Dia mengikutinya dan menunggu hingga Puspa keluar dari kamarnya. Ternyata sesuai dugaannya, Puspa keluar kamar sembari bergandengan dengan sosok Darsa.
Seketika terjadi pertengkaran hebat di sana. Puspa langsung panik dan berusaha menghalangi jalan suaminya agar Darsa bisa melarikan diri. Namun sebaliknya Darsa tidak takut sama sekali. Dia hanya tertawa lalu pergi meninggalkan lokasi dengan berjalan santai.
Suami Puspa yang bernama Hendro lantas berteriak sembari mengancam akan membunuh Darsa. Dia berusaha mengejar Darsa, tetapi istrinya sendiri menghalanginya bahkan sampai berlutut memeluk kakinya.
Setelah kejadian itu, Darsa menghilang dan tak bisa dihubungi lagi oleh Sari dan Puspa. Walaupun Sari telah mengetahui hubungan gelap Ibunya dengan kekasihnya, dia masih tak bisa membenci Darsa. Dia masih terngiang-ngiang dan rindu akan sosoknya. Begitu juga dengan Puspa, yang berusaha sebisa mungkin mencari keberadaan Darsa.
Hari demi hari, kondisi keluarga mereka menjadi semakin kacau. Terjadi pertengkaran setiap harinya. KDRT pun tak bisa terelakkan. Wajah Puspa kini lebam akibat bekas pukulan dari suaminya sendiri. Tatapan matanya tampak kosong layaknya sudah putus asa.
Namun tatapan mata kosong itu dalam sekejap mata langsung berubah. Saat Puspa melihat sosok Darsa yang kembali menghampiri rumahnya. Puspa langsung berlari menerjang sosok Darsa dan memeluknya dengan erat. Puspa bertingkah bagaikan seorang gadis perawan yang didatangi oleh pacarnya.
Sejenak kemudian, senyuman di bibir Puspa seketika menghilang. Dia mulai menyadari bahwa suaminya sedang berada di dalam rumah. Dia lantas menarik Darsa untuk menjauh dari posisi rumahnya. Darsa hanya tersenyum, mengikuti keinginan Puspa.
<><><>
Saat sudah jauh, Darsa lantas menghentikan langkahnya dan memaksa Puspa untuk berhenti. Dalam sejenak, dia menatap wajah Puspa yang lebam. Puspa sadar akan hal itu, dan dia pun menutup wajahnya sembari menangis sejadi-jadinya.
Darsa membelai halus rambutnya. Lalu perlahan dia menggeser tangan Puspa yang mencoba menutupi wajahnya. Sembari tersenyum dia memuji akan kecantikan wajah Puspa. Dan pastinya, ucapan itu lantas meluluhkan hati Puspa.
Setelah itu, Darsa mengajak Puspa ke rumahnya. Rumah Darsa yang sebenarnya hasil dari uang pemberian Puspa. Mungkin Puspa sendiri bahkan tak sadar sudah memberikan uang sebanyak itu kepada Darsa.
Beberapa saat menunggu, akhirnya mereka pergi menaiki taksi. Lampu yang redup di sepanjang jalan kian mengiringi perjalanan mereka. Hingga sampailah mereka di depan sebuah rumah pada komplek yang sepi. Rumah bertingkat dua, yang anehnya tampak seperti tak berpenghuni, karena tampak seperti tak terurus.
Mereka turun dari taksi yang mereka tumpangi dan memasuki rumah sembari bergandengan tangan. Puspa selalu menempel pada tubuh Darsa, memeganginya dengan erat layaknya tak ingin kehilangannya lagi. Lalu mereka mulai bermesra-mesraan di dalam kegelapan, seakan sedang asik di dalam dunia mereka sendiri.
Darsa perlahan menuntun Puspa menuju sebuah kamar. Sembari merangkul Puspa, Darsa memasukkan kunci ke dalam lubang pintu. Pintu itu terbuka dan aroma dupa dan kemenyan seketika mencuat hingga memenuhi indra penciuman. Puspa lantas menutup hidungnya sembari menatap Darsa dengan bingung.
Darsa tersenyum dan menariknya masuk ke dalam. Puspa pun tak memberikan perlawanan, sebab apa pun pasti akan dilakukannya demi pria bernama Darsa. Di dalam batinnya, hanya ada sosok Darsa yang memenuhi seluruh ruangnya.
Setelah Puspa masuk, tampak sebuah meja yang terdapat sebuah wadah untuk menancapkan dupa di atasnya. Lengkap dengan kembang tujuh rupa di sekelilingnya. Ada juga sebuah pisau belati di sebelah dupa. Namun yang membuatnya kaget bukanlah hal itu. Melainkan, sebuah ayam yang seluruh tubuhnya berwarna hitam, menatapnya dalam diam, seolah menunggu kehadirannya.
Darsa kemudian berjalan menuju lemari kecil di ujung ruangan. Dia membuka lemari itu dan mengambil sebuah selendang merah. Dia lalu memakaikan selendang merah itu di leher Puspa, sembari menatapnya dengan senyuman yang lebar.
Setelah itu, Darsa mencengkeram leher Ayam cemani itu dan mengikat kakinya pada dipan ranjang yang berada di ujung ruangan. Darsa lalu memegang tangan Puspa dan menuntunnya untuk duduk di tengah ruangan, membelakangi posisi Ayam cemani tersebut.
Sejenak kemudian, Darsa mulai memeluk tubuh Puspa. Bibirnya mulai bergerak dengan liar, mulai mencumbu leher Puspa. Desahan kenikmatan pun keluar dari bibir Puspa, yang langsung segera direspon oleh kecupan dari bibir Darsa.
Saat mereka sedang menikmati momen tersebut, tiba-tiba ayam cemani itu berkokok dengan keras. Dia berusaha melepas ikatan tali yang menjerat kakinya. Puspa pun sampai terkesiap oleh karenanya. Namun Darsa memegang wajahnya dan memaksanya untuk tak memedulikan ayam itu.
Waktu demi waktu bergulir, hingga beberapa saat kemudian, tampaklah pakaian yang berserakan di lantai. Begitu juga dengan sepasang pria dan wanita yang sedang memadu kasih, diiringi oleh suara ayam cemani yang tak henti-hentinya berkokok.
Sesaat mereka hampir mencapai klimaks, Darsa tiba-tiba menghentikan aksinya lalu menatap ayam cemani tersebut. Puspa kian membingung, lalu menatapnya seakan bertanya ada apa gerangan.
Namun Darsa tak memerdulikan tatapan Puspa, dia mulai beranjak dari lantai dan menghampiri ayam cemani tersebut. Tanpa basa-basi, dia langsung mencengkeram kepala Ayam itu sembari melepaskan tali pengikatnya.
Ayam itu seketika memberontak layaknya ingin menyerang sosok Darsa. Namun, Darsa hanya tersenyum lalu membawa ayam itu mendekati posisi Puspa yang masih berbaring di lantai.
Puspa kian menatap Darsa sembari bertanya, ada apa dengan ayam itu. Darsa tak menggubris omongan Puspa, mulutnya lantas sibuk berkomat-kamit mengucapkan mantra. Sejenak kemudian, dia lalu menyodorkan leher ayam itu ke arah Puspa sembari memberikan sebuah perintah.
“Patahkan!”
Bersambung …
erman123 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
Tutup