pungcrayAvatar border
TS
pungcray
Diiringi Air Mata Bung Karno, Heldy Djafar Pamit Sambil Bilang 'Saya Tidak Kuat'

Heldy Djafar istri Bung Karno. ©2023 Merdeka.com/buku Heldy Cinta Terakhir Bung Karno

Merdeka.com - Heldy Djafar adalah cinta terakhir Bung Karno. Saat Bung Besar menyatakan perasaannya, Heldy sempat menolak. Alasannya karena jarak umur yang sangat jauh. Heldy bahkan meminta Sukarno untuk menikahi orang lain.

"Bapak menikah dengan yang lain saja, yang lebih dewasa," ucap Heldy yang tertulis dalam buku Heldy Cinta Terakhir Bung Karno.

Heldy merasa tak pantas. Usia Sukarno hanya berbeda satu tahun dibanding ayah Heldy. Tak heran dia menganggap Sukarno seperti ayahnya sendiri. Namun, perlakuan dan perhatian yang diberikan Sukarno berupa materil yang tidak tanggung-tanggung membuat Heldy merasa tidak bisa menolak sang Bung Besar. Dengan berat hati Heldy meninggalkan kekasihnya saat itu. Dia memutuskan menjadi Istri orang nomor satu Indonesia.

"Heldy harus menerima melepaskan sang kekasih, ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia harus menerima kehadiran seorang presiden dalam hidupnya. Seorang pria berusia 64 tahun hampir seusia ayahnya. Ia harus membuka diri menerima segala perhatian presiden," tulis Ully dan Peter dalam buku Heldy Cinta Terakhir Bung Karno.

Kebersamaan yang Singkat
Setelah resmi menjadi istri Presiden, semua kehidupan Heldy berubah drastis. Di depan rumahnya, kini dipenuhi penjaga. kemanapun Heldy pergi, harus dikawal. Awalnya dia merasa kagok. Namun pada awalnya, namun lama-lama terbiasa.

Beberapa bulan setelah pernikahannya, situasi politik kacau. Bung Besar tidak lagi diperbolehkan mengunjungi kediaman Heldy. Kondisi politik yang memanas antara tahun 1966—1967 itu mengharuskan Bung Besar tinggal di Cimpedak, Polonia. Rumah yang ditempati Yurike engasr, istrinya yang lain.

Meskipun tinggal di rumah Yurike, Bung Besar tetap meminta Heldy selalu menemuinya. Ajudan Bung Karno, Sidarto Danusubroto menyampaikan pesan itu kepada Heldy.

"Ibu jangan lupa bahwa bapak nanti malam datang ke Polonia. Jadi Ibu harus datang," pesan yang selalu disampaikan Sidarto kepada Heldy.

Kecemburuan Diantara Kedua Istri Sukarno
Akhirnya Heldy mau memenuhi permintaan itu. Dia menemui sang suami di rumah Yurike. Awalnya Heldy masih belum menyadari ketidaknyamanan sang nyonya rumah. Tapi, lama-kelamaan Heldy mulai merasa bahwa Yurike tidak senang dengan kehadiran dirinya.

Bung Karno kerap kali membandingkan keduanya. Bahkan selalu memuji Heldy di depan Yurike. Kondisi ini membuat Heldy tak nyaman. Apalagi Yurike semakin menunjukan ketidaksukaannya terhadap dirinya.

Karena pujian-pujian Sukarno kepada Heldy, membuat Yurike kerap kali mengikuti gaya berpenampilan Heldy. Namun, lagi-lagi Sukarno justru mengomentari penampilan Yurike.

"Cara masang kondemu tidak tepat. Lihatlah cara berkonde Heldy, itu yang benar," komentar Sukarno.

Pujian untuk Heldy di depan Yurike itu menambah kecemburuan Yurike. Beberapa kali Heldy selalu mendapat telepon dari rumah Yurike yang memintanya untuk tidak datang ke Polonia.

"Ibu Heldy harus mengerti perasaan ibu yang di sini," begitulah ucapan si penelepon.

Heldy menjadi bimbang untuk datang menemui Sukarno. Ditambah lagi ia sering mendapatkan teror melalui telepon. Hal-hal itu membuat Heldy tidak memenuhi lagi undangan suaminya untuk bertemu.

Keputusan Terakhir
Akhirnya, pada suatu hari Heldy datang sendiri ke rumah Polonia tanpa diundang suaminya. Heldy meminta izin pada Yurike untuk masuk ke kamar dan bertemu Bung Besar.

"Mas, saya sayang sekali dengan Mas. Saya terima kasih sekali atas semua yang Mas berikan pada saya. Tentang perubahan dalam hidup saya sampai jadi begini," ucap Heldy.

"Kondisi kita tidak bisa sering bersama. Mas maafkan saya kalau saya boleh menjauh dari mas untuk melepaskan diri. Karena kondisi dan suasana seperti ini sangat menyakitkan hati saya. Saya tidak bisa begini terus, Mas. Harus bertemu mas di rumah orang lain," jelas Heldy.

Air mata Heldy membasahi telapak tangan Bung Besar. Sambil membuka matanya perlahan, Bung Besar pun meneteskan air mata. Dia berbicara pelan.

"Dik kau itukan orangnya yang sering salat. Biasanya orang yang salat itu tabah dan tawakal, tolong doakan aku sampai di mana keadaanku. Aku tidak mau pisah sama kau, kau cinta terakhirku, kecuali pulang ke Rahmatullah," bisik Sukarno pada Heldy.

"Kau pasti itu ada yang suka," tambah Sukarno lirih.

Heldy diam, mendengar kata-kata Bung Besar. Namun, sampai kapan ia harus terus disakiti hatinya, diteror untuk tidak boleh datang dan bertemu dengan suaminya. Heldy enggan menceritakan itu semua kepada Bung Besar, ia merasa beban sang suami sudah sangat banyak.

Dengan keberaniannya, Heldy memutuskan perjalanan hidupnya yang sekarang untuk melihat ke depan. Meskipun dia belum memutuskan apakah akan beralih ke lain hati. Sekali lagi Heldy mencium tangan Bung Besar dan mengucapkan terima kasih.

"Mas…, saya pergi," kata terakhir yang Heldy ucapkan.

Reporter Magang: Ita Rosyanti

https://www.merdeka.com/histori/diir...at.html?page=4

Kisah istri Bung Karno

essholl
seokarno
viniest
viniest dan 6 lainnya memberi reputasi
7
2.7K
119
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
richard.parkerAvatar border
richard.parker
#4
Borjuis tua yg bermimpi menaklukan komunis
scorpiolama
bukan.bomat
bhagarvani
bhagarvani dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup