27 Maret 2023

Malam itu, di kondominium. Aku sedang bercinta dengan Helna. Cewek cantik yang kubayar untuk menggoda Nelven. Kupuaskan diriku di tengah perjuangan misi yang melelahkan ini.

"Gila— Kok bisa ya tuh makhluk nggak tergoda sama cewek sesempurna kamu!" Aku memuji Helna, memandangi kecantikannya sembari meremas-remas tubuhnya.

"Karena nggak semua cowok sebejat elo, brooh!" Aldon menyahutiku dari sofa.

"Sial, elo di pihak siapa sih tai?! By the way, lo mau main kaga nih ama Helna?"

"Kagak dah, gua hari ini lagi capek. Lo puas-puasin dah bro!"

Helna tiba-tiba meraba tubuhku dan mendekat dengan manja.

"Kenapa sih kamu niat banget dapetin tuh cewek, memang apa spesialnya dia, bos?" goda Helna genit sambil memainkan kupingku. "Apa aku kurang cantik?"

"Ya beda lah, Helna. Dia susah banget didapatkan. Lo sebaliknya, sangat gampang!" ledekku.

"Mak-maksud lo gua murahan gt?"

"Iya lah, dasar wanita sundal! Hahaha!"

Helna menamparku keras.

PLAK!

BZZT!

Aku pun mengulang waktu.

"Kenapa sih kamu niat banget dapetin tu cewek, memang apa spesialnya dia, bos?" goda Helna genit sambil memainkan kupingku. "Apa aku kurang cantik?"

Hahaha, seru sekali bukan mempermainkan waktu?

Kutengok Aldon ke arah sofa, sedang asyik bermain dengan laptopnya. "Lo ngapain sih Don, asyik sendiri."

"Kabar baik buat lo bro! Tuh bos Brewtopia akhirnya setuju menerima penawaran kita. Tapi dia minta kompensasi lima miliar. Karena Nelven itu aset yang sangat berharga buat mereka."

"Lima miliar?? Buat pecat cowok nggak guna kayak gitu?" Aku gusar.

"Nggak berguna bagi lo, aset bagi mereka brohh. Sebenarnya mereka nggak rela kehilangan Nelven. Awalnya gua ajuin satu miliar mereka tolak mentah-mentah." Aldon menjelaskan. "Lalu nggak lama kemudian setelah berbagai pertimbangan, mereka akhirnya setuju dengan syarat kompensasi lima kali lipat, alias lima miliar. Mereka lagi butuh dana urgent kayaknya."

"Buset dah lima miliar." Aku mengacungkan jari tengahku.

"Katanya lo rela bayar berapapun?" celetuk Aldon.

"Iya sih, duit gua mah unlimited. Orang kaya mah bebas! Tapi jengkel aja kalo gua buang tuh duit buat perusahaan tempat Nelven pernah mengabdi! Nggak rela banget gua keluarin duit buat hal yang berhubungan dengan si guguk itu!"

"Lah!? Kan duitnya masuk ke bos Brewtopia? Bukan ke Nelven?"

"Iya juga sih! Dahlah, kasih aja 10 miliar tapi minta dipercepat. Kalo bisa minggu ini! Pas banget kan awal bulan."

Lalu aku menatap Helna yang sedang duduk tanpa busana di atasku, yang sedang asyik memainkan ponselnya.

"Helna, di malam saat dia galau karena dipecat dari kafe itu, kamu samperin dia!" Aku memerintah Helna. "Dia pasti lagi labil dan hancur banget malam itu. Karir yang dia bangun bertahun-tahun runtuh, ditambah lagi harus berpisah dengan rekan-rekan kerjanya yang sudah menemani dia selama ini. Ini kesempatan emas buat kamu ngedapetin dia."

"Siap pak bos, Helna pasti goda dia maksimal!"

"Jangan cuman digodain, kasih dia perhatian. Hibur dia lalu dapatkan hatinya. Kalo berhasil, aku kasih kamu bonus super spesial di luar bayaran kamu."

"Aku mau tas yang inisialnya sama denganku!" pinta Helna manja.

"Iya iya, Hermes kan? Gampang itu."

"Asikkk."

Helna mencumbuiku dengan ganas sebagai tanda terima kasih.



1 April 2023—19:00

Malam itu rencana dimulai.

Nelven terlihat muram keluar dari Brewtopia Tanjung Nangka. Dia baru saja berpisah dengan teman-temannya karena baru saja diberhentikan dari tempat itu. Nelven berjalan lesu ke arah mobilnya.

Helna tiba-tiba menghampirinya. "Kak, kak Nelven!"

"Ah, Helna. Ada apa?"

"Aku, boleh numpang nggak . . . ? Aku takut nih pesen taxi online malam-malam."

"Rumah kamu dimana emangnya?" tanya Nelven. "Oh ya sudah masuk, searah kok."

Lalu Helna masuk ke dalam mobil Nelven. Helna memakai sabuk pengaman, dan mengamati Nelven yang terlihat murung.

"Kak Nelven?" Helna memanggil Nelven dengan lembut.

"Ya?"

"Kakak kenapa terlihat lesu banget? Kakak baik-baik saja?"

"Ah saya nggak kenapa-kenapa, Helna." Nelven berusaha tersenyum dengan ramah. Tapi tanpa terasa air mata keluar dari mata Nelven.

"Loh loh loh kak Nelven?" Helna panik.

"Maaf, aduh saya malu banget nangis depan wanita."

"Gapapa, kakak lagi sedih. Luapin aja. Helna siap dengerin, sebagai teman."

Tiba-tiba Nelven menangis.

"Saya sedikit sedih malam ini harus berpisah dengan mereka, karyawan Brewtopia sudah kuanggap keluarga sendiri. Banyak dari mereka yang pernah nolong saya waktu kesulitan. Juga customer-customer setia seperti kamu."

"Iya Helna paham, Brewtopia pasti akan beda tanpa barista sekeren Kak Nelven."

Nelven mengusap air matanya. Helna menyodorkan tissue.

"Terima kasih, Helna."

"Kakak minum dulu deh, aku bawa teh. Ini bisa nenangin kakak." Helna mengeluarkan termos berisi teh itu dari tasnya.

"Ah nggak usah repot-repot, Helna."

Helna bersikeras menyodorkan teh itu, Nelven pun meminumnya. Helna sudah mencampurkan obat yang bisa bikin lelaki bergairah nafsunya dalam teh tersebut, ditambah juga campuran obat bius.

"Terima kasih Helna, kamu baik sekali. Kita sambil jalan ya?" Nelven mulai mengemudikan mobilnya.

"Kakak sudah mulai tenang kan? Teh buatanku pasti bisa nenangin kakak."