26 Februari 2023—18:35

Lalu aku dan Aldon membahas panjang lebar tentang kekuatan waktuku.

"Aldon . . . , lo pikir gimana gua bisa ngeraih segala kekayaan ini di usia semuda ini? Lo tau gua udah jadi miliarder sejak gua 16 tahun, kan?"

"Bener juga ya, lo kan ga sepinter itu, Luno?"

"Anjing lo ya."

"Hahahaha," Aldon tertawa. "Jadi lo pake kekuatan waktu lo itu buat kumpulin duit?"

Aku memutuskan untuk menceritakan banyak hal ke Aldon. Dari bagaimana aku mengumpulkan uang selama ini, bersenang-senang, mengasah skill dan lainnya. Aku butuh seseorang buat curhat, butuh partner. Sudah terlalu lama aku memakai kekuatan ini sendirian.

Tapi misalnya suatu hari Aldon keceplosan atau berkhianat, aku tinggal mengulang waktu ke tanggal sebelum hari ini dan tidak akan pernah menceritakan apapun lagi ke Aldon. Nothing to lose!



26 Februari 2023—19:05

"Ah nggak terasa udah setengah jam aja," kata Aldon. "Gua nyalain TV dulu!"

Sementara Aldon menyalakan TV, aku memeriksa ponselku. Berita tentang serangan teroris di mal La Grande sedang marak diperbincangkan, viral di seluruh media sosial dan televisi.

"Polisi masih terus menyelidiki serangan teroris ini, diduga dilakukan oleh anggota kelompok—" kata sang pembawa berita.

Mata Aldon terbelalak dan mulutnya menganga lebar.

"Jadi, Luno, lo sudah melihat berita ini sebelumnya gitu?"

"No, Aldon, actually tadi kita berdua benar-benar ada di sana, di La Grande!"

"HAH?!!" Aldon makin kebingungan.

Lalu aku menjelaskan seluruh peristiwa yang kita alami bersama di La Grande sebelum aku mengulang waktu.

"Seharusnya kita berdua sudah mati di La Grande? Dan berkat kekuatan waktu lo, kita bisa kabur dari kematian?"

"Ya, sumpah bro. Kita udah berdarah-darah tadi. Lo mati persis di atas badan gua, Aldon!"

"Damn . . . Berarti secara nggak langsung, lo nyelametin nyawa gua dong?"

"Yap, bisa dibilang gitu bro . . ."

Ya kalau boleh jujur sebenarnya yang terpenting sih menyelamatkan nyawaku sendiri, kataku dalam hati. Nyelametin Aldon itu bonus.

Tiba-tiba, sebuah breaking news yang tidak terduga muncul di layar TV: Bapak Presiden ditembak mati oleh teroris.

"Wah damn, benar-benar hari yang gila," Aldon menggeleng-gelengkan kepalanya. "Coba lo tadi ramalin berita ini juga , gua pasti lebih tercengang lagi."

Ok, sesuai permintaanmu, Aldon. Reverse!

BZZT!



26 Februari 2023—20:05

"Ah nggak terasa udah setengah jam aja," kata Aldon, "gua nyalain TV dulu!"

Sementara Aldon menyalakan TV, aku kembali memeriksa ponselku. Berita tentang serangan teroris di mal La Grande sedang marak diperbincangkan, viral di seluruh media sosial dan televisi.

"Polisi masih terus menyelidiki serangan teroris ini, diduga dilakukan oleh anggota kelompok—" kata sang pembawa berita.

Mata Aldon terbelalak dan mulutnya menganga lebar.

"Jadi, Luno, lo sudah melihat berita ini sebelumnya gitu?"

"No, Aldon, actually tadi kita berdua benar-benar ada di sana, di La Grande!"

"HAH?!!" Aldon makin kebingungan.

"Dan 10 menit lagi, akan ada berita tentang penembakan pak presiden!" kataku bangga.

"PAK PRESIDEN!?" jerit Aldon. "Serius lo!?"

Dan benar terjadi lagi 10 menit kemudian, sebuah breaking news muncul di layar TV: Bapak Presiden ditembak mati oleh teroris. Aldon cuman bisa menggeleng-gelengkan kepalanya seperti biasa.

Lalu, aku terpaksa mengulang segala percakapan yang terbuang karena mengulang waktu: menjelaskan sekali lagi bahwa sebelumnya kita berdua pernah berada di mall tersebut, bagaimana kita sudah meninggal seharusnya, lalu Aldon kembali bertanya tentang aku secara tidak langsung menyelamatkan nyawanya, bla bla bla. Sungguh membosankan masuk ke dalam percakapan yang sama berulang.

Inilah sisi negatif kekuatan time travelku ini, karena hanya aku yang kembali ke masa lalu, maka segala sesuatu yang sudah aku sampaikan ke orang lain jadi sia-sia, lenyap begitu saja. Akhirnya aku selesai mengulangi segala percakapan ini.

"Lalu kenapa lo tiba-tiba memutuskan untuk memberitahu ini semua ke gua, brother? ini kan rahasia yang suuuper super besar," Aldon kembali terlihat antusias. "I mean, kan lo uda bertahun-tahun memendam rahasia kekuatan lo ini sendirian. Kenapa tiba-tiba—"

"Jadi bisa dibilang. Gua ini Batman yang butuh Robin as a partner ! And I choose you, brother!"

"Wooah. . ." Aldon terkesima. "Siap komandan!"

"Sekarang gua punya misi buat lo, Robin!"

"Jadi nickname gua Robin sekarang?" Aldon makin semangat. "Gua lebih prefer lo kapten Luffy, dan gua swordman setia lo, Roronoa Zoro."

"baik . . . Bener-bener nih anak. Bener-bener wibu sejati lo ya!" aku menggeleng-gelengkan kepala. "Udah deh gak usa pake nickname-nickname an segala, alay ah!"

"Siap komandan!"

"Ehm." Aku melanjutkan. "Jadi, kalo lo berhasil lolos misi pertama ini, lo resmi jadi Robin gua!"

"Lah, tadi katanya nggak perlu kode-kodean nama?"

"Bah! Ini cuman perumpamaan skali pakai! Tai!" Aku memelototinya sembari melanjutkan. "Jadi kalo lo lolos misi pertama dari gua, lo resmi jadi partner gua. Okay?"

Aldon terlihat antusias. Menatapku penuh semangat.

"Dan gua juga akan ngangkat hidup lo, Dodon! Bikin lo jauh lebih kaya dan sukses juga bareng-bareng gua!"

"Im yours!" Ekspresi Aldon mendadak berubah seperti anjing imut yang loyal pada sang majikan, menunggu perintah.

Kugulingkan kedua bola mataku dan menghela nafas.

"Jadi jadi, misi pertama apa kita nih bos?" Aldon makin nggak sabar. "Misi memecahkan misteri pembunuhan kah? Mencari harta karun legendaris di dunia yang hilang? Atau mungkin menemukan alien? Ah atau atau mungkin ada super villain di dunia ini dan kita harus bersatu untuk ngalahin dia?!!"

"Ehm, jadi gini," kataku sembari berusaha menurunkan ekspetasi Aldon yang eksesif. "—Ada cewek yang gua incer bro . . ."

"Anjing!? Serius lo bro?"

"Iyee!! Kenape?? Kagak boleh??" Sudah kuduga Aldon akan kecewa, dan aku buru-buru melanjutkan. "Ada satu cewek nih, kelas berat, cakeeep banget. Kayak malaikat deh. Pingin banget gua dapetin tapi susah, uda ada guguknya sih."

"Taik lo, Luno. Sumpah dah! Kayak kagak ada cewek lain aja?" Aldon menepuk jidatnya. "Lo kan ganteng , tajir, punya kekuatan super lagi. Ngapain lo pake ngincer cewek yang uda punya guguk segala si—"

"Hussh! Malah ceramahin gua lo, Don!" Aku memelototinya. "Jadi gimane, bisa bantuin gua kagak nih?"

Inilah kenapa aku butuh Aldon sebagai partner in crime. Zaman dulu nih waktu aku masih SMA, aku sudah perna minta bantuan Aldon untuk cari info soal cewek sekolah lain yang aku suka. Dia bisa dapetin info detail tuh cewe mulai dari tempat tanggal lahir, alamat rumah, hobi, apa yang dia suka dan tidak disuka, nama orang tua sampai pekerjaan mereka. Gila, pokoknya lengkap banget!

Aku juga pernah benci banget sama salah satu bapak dosen yang ngajar di kampus. Aldon dengan mudah dapetin info dan juga bukti, bahwa dia perna ngelecehin salah satu mahasiswi di kampus. Alhasil kita proses dan tuh dosen laknat dan tak lama kemudian beliau dieliminasi deh dari kampus! Keren gila nih Aldon!

"Jadi, gua harus gimane?" tanya Aldon.

"Lo cari tau tentang tuh cewek yang gua incer, sekalian info soal guguknya juga. Lo kan sekarang makin ahli IT juga. Cari tau juga seluruh detail data dan jejak digital yang diperlukan, retas media sosial mereka bila perlu.

"Baik, siap komandan! Jadi siapa nama tuh cewek?"

"Verlice namanya, tuh gua uda kirim foto KTP dia ke whatsapp. Gua nggak tau sosmed nya sama skali. Udah gua cari Verlice di IG or Facebook kagak nemu."

"Baiklah, nanti gua cari tau dulu. Nanti gue kabarin kalo uda dapet semua infonya , ok?"

"Ok, kalo gitu gua balik dulu ya. Ngantuk nih!" Aku bergegas pamit.

"Tapi gua penasaran sesuatu, Luno," Aldon tiba-tiba menghentikanku.

"Penasaran . . . apaan?" tanyaku.

"Dari segala cerita lo tadi, kan berarti lo kembali dari masa lalu? Di masa lo jauh lebih tua dari sekarang?"

"Ya iyalah!"

"Dari umur brapa, bro?"

"45, Don!"

"Brarti usia gua 44, saat itu?"

"Hmm. Bisa dibilang begitu—" jawabku ragu-ragu.

"Lah kok—!?" Aldon mulai heran.

Kurasa aku bisa menebak pertanyaan Aldon berikutnya. Aldon pun melanjutkan.

"So, di masa depan . . . di usia ke 44 gua, gimana hidup gua? Apakah gua punya istri cantik? Gua sukses kah? Tajir? Atau gimane?" Aldon makin penasaran.

Aku menggaruk-garuk kepalaku.

"Hmm gimana ya gua harus ceritainnya—" Aku terlihat ragu.

"Wah!? Apa sesuatu yang buruk terjadi padaku? Kasih tau gua, Luno! Please!"

"Di masa depan, elo—" Aku takut salah bicara, berhat-hati menyampaikan ke Aldon.

"Di masa depan, dimana gua berusia 45 tahun. Lo udah nggak ada bro."