Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

peteradisAvatar border
TS
peteradis
Sejarah Panjang Perseteruan Israel - Palestina
Sejarah Panjang Perseteruan Israel - Palestina
Perseteruan Israel - Palestina


Saat ini, warga Indonesia khususnya para penggemar sepak bola sedang harap-harap cemas terkait kepastian nasib Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 yang tampak menggantung setelah FIFA membatalkan jadwal pengundian grup peserta yang rencana awalnya diadakan di Bali pada 31 Maret 2023. Situasi yang penuh ketidakpastian ini berawal dari penolakan secara mendadak yang dilakukan oleh sejumlah pihak, khususnya para politisi dan kepala daerah, terhadap kedatangan timnas Israel U20 sebagai salah satu peserta.

Penolakan terhadap kedatangan timnas Israel U20 tersebut berkaitan dengan hubungan antara Israel dengan Palestina yang masih dipenuhi konflik hingga hari ini dan juga terkait dengan dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina yang sesuai dengan konstitusi negara kita. Nah, sebagai salah satu penggemar sepak bola yang sedang ikut harap-harap cemas terkait kepastian nasib Indonesia sebagai tuan rumah, aku jadi penasaran dan mencari tahu mengenai sejarah perseteruan Israel – Palestina. Daripada aku baca dan ketahui sendiri, sekalian saja aku coba share lewat thread ini.

Perseteruan Israel - Palestina merupakan salah satu konflik yang sangat kompleks dan berkelanjutan hingga sekarang. Konflik ini berakar dari klaim kedua belah pihak terhadap wilayah yang sama di Timur Tengah yang meliputi wilayah yang sekarang dikenal sebagai Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza. Konflik ini juga melibatkan faktor politik, ekonomi, agama, dan sosial.

Sejarah konflik ini bermula pada awal abad ke-20 ketika wilayah Palestina masih menjadi bagian dari Kesultanan Utsmaniyah. Setelah Perang Dunia I, Inggris menduduki Palestina dan mengelola wilayah tersebut sesuai mandat Liga Bangsa-Bangsa. Selama periode ini, banyak orang Yahudi pindah ke Palestina untuk membangun sebuah negara Yahudi yang kini dikenal sebagai Israel. Sementara itu, orang Palestina yang sudah lama tinggal di wilayah itu merasa terancam oleh kehadiran orang Yahudi dan mulai melakukan perlawanan.

Berakhirnya Perang Dunia II dan Holocaust, semakin mendorong orang-orang Yahudi khususnya yang selamat dari kekejaman Nazi di Eropa untuk pindah ke Palestina yang dianggap sebagai tanah air mereka.

Pada tahun 1947, PBB mengeluarkan rencana pembagian wilayah Palestina menjadi dua negara, satu untuk orang Yahudi dan satu untuk orang Arab Palestina. Meskipun rencana ini disetujui oleh orang Yahudi, orang Palestina menolak dan konflik bersenjata pecah.

Pada tahun 1948, Israel memproklamasikan kemerdekaannya dan perang pecah antara Israel dengan negara-negara tetangga yang tidak setuju terhadap pendirian negara Yahudi di Timur Tengah. Selama perang tersebut, sekitar 700.000 orang Palestina melarikan diri atau diusir dari rumah mereka. Orang-orang ini dan keturunan mereka, yang dikenal sebagai pengungsi Palestina, masih tinggal di kamp-kamp pengungsian di sekitar Timur Tengah hingga saat ini.

Sejak itu, konflik terus berlanjut antara Israel dan Palestina, termasuk perang 1967 dan perang 1973. Pada tahun 1993, PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) dan Israel menandatangani Perjanjian Oslo yang menyerahkan pengelolaan wilayah Palestina kepada Otoritas Palestina. Namun, kekerasan antara kedua belah pihak terus berlangsung, terutama terkait masalah pemukiman Yahudi di wilayah Palestina dan pembangunan tembok pembatas oleh Israel di sekitar wilayah Palestina.

Seperti sudah aku sebutkan di atas, ada empat faktor yang saling terkait yang membuat konflik Israel – Palestina begitu komplek dan berlarut-larut.

Faktor pertama dan utama tentu saja adalah politik. Israel maupun Palestina saling klaim bahwa wilayah yang mereka kuasai adalah tanah air mereka yang sah. Keduanya juga memiliki klaim sejarah yang berbeda-beda atas wilayah tersebut. Selain itu, berbagai kebijakan politik yang diambil oleh kedua belah pihak turut memperburuk situasi, seperti kebijakan pembangunan pemukiman Yahudi di wilayah Palestina serta tembok pembatas oleh Israel serta kebijakan penghentian bantuan dan pendanaan oleh Palestina terhadap Hamas dan kelompok militan lainnya.

Faktor ekonomi turut memperumit perseteruan Israel – Palestina. Israel memiliki ekonomi yang maju dan berkembang pesat. Sementara itu, kontrol Israel atas wilayah Palestina dan perbatasan telah membatasi mobilitas rakyat Palestina dalam melakukan perdagangan dan kegiatan ekonomi lainnya, hal itu membuat Palestina masih cukup bergantung pada bantuan luar untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya.

Kota Yerusalem yang berada di wilayah kekuasaan Israel merupakan kota penting dan suci bagi tiga agama yakni Islam, Kristen, dan Yahudi. Bagi umat Muslim, Yerusalem merupakan kota suci ketiga setelah Mekkah dan Madinah. Sementara itu, orang Yahudi menganggap bahwa Yerusalem dan wilayah Palestina lainnya merupakan tanah yang telah dijanjikan oleh Tuhan kepada mereka. Faktor agama ini turut memperumit situasi konflik yang ada.

Faktor sosial juga ikut terlibat dalam konflik ini. Perbedaan budaya dan identitas kedua belah pihak semakin memperumit upaya kesepakatan perdamaian keduanya. Kekerasan dan tindakan diskriminatif terhadap orang Palestina di wilayah Israel maupun pemukiman Yahudi di wilayah Palestina telah menciptakan ketegangan dan semakin memperburuk situasi kedua belah pihak.

Upaya untuk mencari solusi damai telah dilakukan oleh banyak pihak, termasuk PBB, Amerika Serikat, dan beberapa negara Arab lain. Namun hingga saat ini belum ada kesepakatan untuk mencapai solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.

Beberapa usulan untuk penyelesaian konflik ini antara lain meliputi solusi dua negara, di mana Israel dan Palestina akan hidup berdampingan sebagai negara yang merdeka dan saling mengakui serta memiliki perbatasan yang jelas dan terjaga. Namun, perundingan terakhir antara Israel dan Palestina yang dimediasi oleh AS pada tahun 2014 mengalami kegagalan, dan perundingan selanjutnya tidak ada.

Konflik ini terus berlangsung hingga saat ini, dengan kekerasan dan ketegangan yang semakin meningkat. Kedua belah pihak tetap saling menuduh satu sama lain sebagai penyebab utama konflik dan kekerasan. Selain itu, ada pula konflik internal di antara kelompok-kelompok Palestina, seperti antara Fatah dan Hamas, yang turut memperumit upaya untuk mencapai kesepakatan damai.

Kekerasan dalam konflik ini telah mengakibatkan banyak korban jiwa dan kehancuran serta menghambat pembangunan dan kemajuan di wilayah tersebut. Untuk dapat mengakhiri perseteruan ini sangat dibutuhkan komitmen dari kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan perdamaian yang saling menguntungkan keduanya.


Spoiler for Sumber:

Diubah oleh peteradis 04-04-2023 07:34
starcrazy
jancumeng
daratmpv
daratmpv dan 4 lainnya memberi reputasi
1
1K
48
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post

Post telah dihapus azhuramasda