Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

soonmayAvatar border
TS
soonmay
Sulivan & Mae, Kisah sepasang cindaku





Kebenaran bukan untuk semua orang tapi hanya buat yang mencarinya.

Bersama ini aku persembahkan luka jiwa, sakit dan duka penderitaan ku dalam situasi pahit dan naungan awan gelap kesedihan kepada Mu. Sisa cinta yang patah tinggal tangisan dalam penjara waktu.

Oh apakah yang sedang terjadi pada diriku? Setiap detik ditindas sepi. Merana terkulai disudut kesengsaraan.

Ya Allah kuatkanlah jiwaku dan temani aku, jangan aku, Kau tinggalkan!

Prakata.

Sulivan dan Mae tidak menyadari bahwa mereka diwariskan dari orang tua mereka masing2 sebuah yang mungkin dianggap sebuah kutukan bagi orang kebanyakan.

Warisan itu bukan berupa harta atau sebidang tanah, namun warisan berupa semacam khodam yang diperoleh dari mendalami sebuah ilmu silat di sumatra tengah, khodam itu bisa sewaktu-waktu merasuki mereka tanpa kemauan mereka sendiri. Mereka bisa tiba-tiba berkelakuan seperti harimau dan memiliki kekuatan yang tidak biasa.

Orang sumatra sendiri menyebutnya sebagai Cindaku. Atau orang yang bisa berubah menjadi harimau, atau orang yg punya piaraan ilmu "harimau".

Bagi yang mewarisi ilmu ini tentu bisa menjadi aib tersendiri, bila tanpa disadari atau tanpa disengaja di tempat umum ia tiba2 berubah menjadi "harimau" dan membuat kehebohan dan ketakutan khalayak ramai.

Ilmu silat itu diperoleh orang tua Sulivan yang seorang tentara ketika orang tuanya dikirim ke Sumatra tengah untuk menumpas pemberontakan PRRI tahun 1958.
Sebuah peristiwa politik yaitu pembentukan pemerintahan tandingan di Bukit tinggi yang bernama Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia.
Kemudian Soekarno melakukan operasi militer untuk menumpas gerakan itu.

Berbulan-bulan di hutan, hingga orang tua Sulivan suatu ketika bertemu seorang sepuh yang dikenal sebagai Datuak Balang yang mengajarkan ilmu silat harimau. Namun ternyata ilmu itu bukan sekedar ilmu olah tubuh biasa, ada semacam perjanjian dengan khodam tertentu dimana bagi siapa yang mendalami ilmu tersebut akan auto terwariskan kepada salah satu keturunannya kelak tanpa bisa di tolak.

Berbeda dengan keturunan pada anak laki2 yang mewarisi ilmu itu, bila khodam itu datang biasanya si pewaris akan tiba2 memiliki kemampuan silat harimau, tapi bagi keturunan yang berjenis kelamin wanita, kemampuan silat itu tidak terlalu kelihatan, namun munculnya berupa sakaw, rasa haus darah segar yang tak tertahan, yang tidak boleh tidak harus dipenuhi, dan darah yang diinginkan haruslah darah dari seorang bayi. Seorang cindaku wanita bisa menghisap darah seorang bayi hanya lewat tatapan mata. Setelah darah bayi itu dihisap maka bayi itu pun biasanya tak lama akan meninggal karna kekurangan darah.

Mae sendiri tidak tahu bagaimana ia bisa terwariskan sebagai cindaku dari orang tuanya. Setelah bertemu dengan Sulivan ia baru mengetahui hal ikhwal mengenani cindaku, dan mencoba menelusurinya.

Sulivan dan Mae mencoba mencari jalan untuk memutus pengaruh warisan yang dianggap aib itu, tapi bisakah?

***

Banyak yang menyebut era 90-an adalah era emas. Mengapa begitu? Mungkin karena hal-hal yang klasik akan menjadi vintage di suatu saat?

Secara teori, generasi 90an termasuk dari kategori Gen Y.

gaya wanita memakai kemeja laki-laki yang kebesaran mulai jadi tren. Pada era 90an banyak gebrakan style termasuk wanita yang memakai kemeja oversize. Style seperti ini ada di film Pretty Woman dan dipopulerkan oleh Julia Roberts

Rantai di bagian celana juga turut dipopulerkan di era ini, jika para lelaki sudah menggunakan rantai pada celananya akan terlihat keren dan di era sekarang tampaknya style seperti itu kembali tren.

Wanita yang memakai hijab belum menjadi tren saat itu, aturan seragam sekolah belum terlalu ketat hingga beberapa siswi sekolah ada yang mengenakan rok sedikit mini dan ketat bukan pemandangan yang aneh.

Perangkat teknologi awal 90 an belum semaju seperti saat ini, dulu belum ada HP sehingga media komunikasi jarak jauh masih memakai telpon dan surat, yang memilik pesawat telpon pun masih jarang.

Media hiburan masih didapat dari televisi, radio, majalah dan radio kaset atau video kaset. Untuk mencetak foto pun memerlukan waktu yg lama karna foto masih harus diambil dengan kamera yang menggunakan klise atau rol film kemudian di cetak.

Di era 90an orang tua yang memiliki anak cewek umumnya sangat protektip, terutama bapaknya, mereka tidak mengijinkan anak gadisnya untuk pacaran, para cowok yang mencoba mendekati anak gadisnya tak pelak mengalami pengusiran baik secara halus maupun kasar.

Bagi yang lagi pacaran media komunikasi masih umum menggunakan surat menyurat, tapi justru disini indahnya, betapa kita dipaksa untuk bisa menulis surat dengan indah, setiap kata yg ditulis dipikir berkali-kali dulu sebelum nya, setiap kata ditulis penuh kehati-hatian dan setiap guratan pena bisa terlihat mewakili perasaan orang yang menulisnya. Surat dibaca berkali dulu, sebelum memutuskan untuk mengirim surat itu kepada pacar.
Sehingga menunggu hadirnya tukang pos ke rumah adalah momen yang bikin deg degan karna kita ingin segera tau balasan surat dari sang pacar.

****
PART 1
Love At First Sight


It's the feeling you get when you don't want a moment to end because you feel a connection with another person that you haven't felt before.


Tembok Berlin baru saja diruntuhkan pada 9 November 1989, lima hari setelah setengah juta orang berkumpul melakukan protes masssal di Berlin Timur. Tembok yang berdiri sejak tahun 1961 itu akhirnya roboh dan menyatukan kembali jerman barat dan timur menjadi negara demokrasi. Begitulah berita dikoran pagi itu.

Sulivan bergegas untuk pergi ke sekolah, setelah setengah jam memompa air dengan pompa tangan untuk mengisi bak mandi.
Jaman itu pompa air listrik masih merupakan barang mewah, orang masih umum menggunakan pompa air tangan atau menimba air dari sumur untuk memperoleh air, adapun pompa listrik hanya kalangan yang mampu saja yang menggunakan.

Setelah mandi disambarnya baju seragam putih yang sudah koyak bagian kerahnya dan celana pendek biru. Hari itu hari pertama masa orientasi masuk SMA.

Kedua ortunya sedang berada diluar kota sedang mengunjungi nenek yang tengah sakit keras sehingga Sulivan mengurus segala sesuatu dirumah sendiri, dua adiknya yang satu laki2 bernama Haris udah SMP sementara yang bungsu adik perempuannya, Ghea menginjak kelas 6 SD. Setelah membuatkan nasi goreng dari sisa nasi kemarin yang hanya cukup buat kedua adiknya, sedang Sulivan hanya dengan seteguk teh manis anget sebagai sarapan pagi, dia melangkahkan kaki, berjalan 500 meter menuju sekolahya, sambil menyandang tas dekil berisi buku catatan, setelah mengantar adik perempuannya terlebih dulu yang sekolah tidak jauh dari rumah.

Hangat mentari pagi memanaskan semangatnya untuk menyambut hari pertama masuk SMA, suasana baru, teman-teman baru dan masa yang baru sebagai remaja yang penuh gelora. Dia sengaja memilih sekolah yang dekat dengan rumahnya, meski nilai ujian akhir SMP nya cukup tinggi untuk masuk SMA favorit, namun dengan pertimbangan jarak yang jauh dan butuh ongkos untuk ke sekolah favorit, dia memutuskan untuk daftar di SMA terdekat saja yang bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki, itung2 mengurangi beban keluarga. Bapaknya yang hanya pensiunan tentara dan kini menjadi petugas keamanan di Bandara, mempunyai 5 orang anak. Dua kakak perempuan Sulivan telah menikah dan tinggal di lain kota, sementara ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga biasa.

Sementara itu 2 kilometer dari tempat tinggal Sulivan, Anita Mae yang berparas cantik sedang mengemas jajanan pasar yang siap untuk dibawa ke pasar untuk dititipkan di warung2 di pasar. Mae dan ibunya sudah dari subuh membuat aneka kue jajanan pasar sebagai mata pencaharian mereka.

Ibunya yang seorang Tionghoa itu sudah lama menjanda, sejak Mae masih SD. Ayah Mae mati bunuh diri, bermula dari sebuah drama perselingkuhan yang tragis. Ketika Mae masih SD, ibunya ketahuan selingkuh dengan seorang pengusaha. Ayah Mae lalu ngamuk dan hilang kendali kemudian menembak kepala selingkuhan istrinya itu hingga pecah, cairan otak dan darah lelaki pengusaha itu berceceran dilantai, ayah Mae yang sudah dirasuki setan kemarahan itu meraup cairan otak dan darah yang tercecer dengan kedua tangannya dan memakannya, setelah itu dia memasukan ujung pistol kemulutnya sendiri dan melepaskan tembakan kedalam rongga mulutnya sendiri.

Telah lalu kejadian itu ibunya Mae tidak pernah lagi berfikir untuk menikah lagi, trauma kejadian itu begitu dalam membekas dan rasa bersalah yang terus menghantui membuatnya untuk tetap menjanda meski harus berjuang sebagai single parent membesarkan anak-anaknya dengan berjualan kue.

Pagi itu Mae berjalan kaki ke pasar sambil membawa bungkusan berisi aneka kue ke pasar yg tidak jauh dari rumahnya untuk dititipkan ke warung, setelah itu ia buru-buru berjalan menuju sekolahan.

Sulivan dengan sepasang sepatu usang satu-satunya dan kaos kaki yang sudah kendor yang membalut kakinya, akhirnya mendarat di halaman sekolahnya yang baru.Sekolah yang cukup luas dan rindang oleh pohon akasia yang berdiri kokoh di samping lapangan basket, dan softball serta lapangan upacara. Sulivan yang pemalu hanya menyendiri menyaksikan orang-orang baru yang dilihat untuk pertama kalinya itu dari tempatnya berdiri di bawah pohon akasia. Keadaannya yang berasal dari keluarga pas-pasan membuatnya selalu diliputi rasa rendah diri dan canggung bila berhadapan dengan orang yang baru dikenal. Tapi bila dia sudah kenal dekat dengan seseorang dia akan cepat akrab dan tak segan lagi mengobrol panjang lebar. Semua siswa masih memakai seragam SMP biru putih untuk hari itu.

Bersambung...
terbitcomyt
naufal2006
gubtifaqih
gubtifaqih dan 11 lainnya memberi reputasi
12
10.6K
112
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
soonmayAvatar border
TS
soonmay
#3
Part 2
Sulivan anak yang tergolong pemalu, introvert, hobi baca, senang menyendiri, mudah tersentuh, sangat berempati sama orang kecil, tidak heran dia banyak bergaul sama orang-orang kecil, yang sama-sama senasib sebagai orang kecil, seperti tukang parkir di pasar, tukang asongan atau buruh kuli panggul di pasar dimana Sulivan sering disuruh ibunya ke pasar untuk belanja keperluan sehari-hari , dia selalu menyapa ramah mereka bila berpapasan dipasar, meski seorang cowok untuk urusan masak memasak jangan ditanya, dia udah terbiasa membantu ibunya didapur sejak SD sehingga dia sangat cekatan dalam urusan dapur, makanya ibunya tidak khawatir meninggalkan rumah untuk menjenguk nenek yang sakit saat itu, karna percaya Sulivan bisa menghandel urusan rumah.

Meski seorang pendiam namun Sulivan adalah anak yang cemerlang, dikepalanya terdapat segudang imaginasi kritis yang melampaui anak seusianya saat itu, dia seolah dipaksa berpikir lebih dewasa, dari anak seusianya oleh keadaan yang serba kekurangan yang membentuk pribadinya menjadi altruis. .

Dia juga sangat berbakat dibidang seni. Kata-kata, suara dan warna adalah hal yang sangat dia gemari, tak heran jika dia berbakat dalam puisi, bahasa, musik dan melukis. Bakat-bakat itu lahir bukan tanpa alasan, sejak SD dia diperkenalkan sains dan seni oleh Joe yang jago gambar dan musik, tetangga dekat rumahnya, yang dulu menjadi pacar kakak perempuannya yang sudah dianggap seperti keluarga yang tiap malam bertandang ke rumahnya.

Joe ada keturunan Belanda. ibunya yang dari Nederland menikah dengan bapaknya yg asal Padang. Dia anak orang terpandang, cuma keluarga dia yang mampu beli mobil mercy saat itu.

Satu kekurangan dari Sulivan adalah dia dari keluarga pas-pasan, ini juga yang menyebabkan hubungan kakak perempuannya dulu dengan Joe kandas karna perbedaan kasta sosial. Orang tua Joe tidak merestui hubungan mereka. Namun satu hal yang tak bisa dipungkiri adalah sentuhan bakat yang ditularkan Joe kepada Sulivan sangat membekas, kelas 6 SD Sulivan sudah mahir memainkan gitar dan melukis.

Pukul 7:00 bel sekolah berdentang, tanda kegiatan orientasi sekolah di mulai. Semua siswa berkumpul di aula untuk mendengar kata sambutan dari kepala sekolah. Semua siswa berdiri melingkar didalam aula, mendengarkan kata sambutan kepala sekolah yang berdiri ditengah lingkaran dengan sebuah mic ditangannya.

Di pagi yang cerah itu ada seberkas sinar matahari pagi yang datang menyelinap masuk melewati salah satu jendela aula, cahaya mentari itu menerpa wajah putih seorang siswa perempuan bertampang cina yang berdiri disamping jendela yang terlihat sering menundukan kepala. Perempuan berkulit putih dengan rambut panjang itu berdiri disela-sela siswa yang lain, nampak menonjol karna wajah dan kulitnya yang lebih putih dari yang lain.

Ketika Sulivan menatap cewek itu seketika membuat jantung Sulivan yang berdiri diseberang wanita itu berdegup kencang merasakan getaran kuat yang belum pernah dia rasakan sebelumnya seumur hidupnya. Tertegun memandang perempuan bermata sipit itu, hatinya dipenuhi perasaan suka yang meluap tiba-tiba.

Kedua mata Sulivan tak sedikitpun berpaling dari memandangi siswi perempuan cina itu hingga kata sambutan kepala sekolah usai. Hatinya tersambar sesuatu yang membuatnya tiba-tiba resah ada sesuatu perasaan yang mulai tumbuh menjalari relung hatinya pada saat kebetulan perempuan itu beradu pandang dengannya.

Sebutir rasa bergelora berkobar walau sesaat namun sangat berkesan sangat dalam, inikah yang dibilang orang sebagai cinta pada pandangan pertama? Rasa menyala yang begitu tiba2 terhujam langsung menusuk pusat kalbu.

Acara sambutan pun selesai, para siswa diminta untuk melihat daftar kelas masing2. Nama-nama siswa untuk tiap kelas sudah tertulis di pintu kelas masing-masing. Para siswa pun bergerombol dipintu2 kelas mencari namanya masing-masing, dalam situasi crowded itu lagi lagi Sulivan bertemu pandang dengan cewek cina itu yang membuatnya jadi salah tingkah.

Setelah menemukan namanya masing2 sesuai kelas, para siswa pun masuk ke kelas masing2, dan Sulivan tidak menemukan cewek cina itu ada di kelasnya berati ia dikelas lain. Dikelas itu Sulivan duduk dengan anak cowok bernama Bayu.

"Kamu dari SMP mana?" tanya Bayu
"Saya SMP di Pajajaran Bandung" jawab sulivan
Oh kamu baru pindah ya kesini?"

"Ga juga sih udah dua tahun disini"

"Oh jauh juga berangkat sekolah dari sini ke kodya Bandung"

"Iya abis nanggung, pas pindah kesini pas kenaikan ke kelas 2 jd daripada pindah sekolah, terpaksa tetep sekolah disana aja sampe kelulusan".

"Iya sih emang nanggung kalo gitu sih"

"Kalo kamu sendiri dari SMP mana?"

"Oh saya dari SMP 8" kata Bayu

"Yang di sebelah sekolah ini kan ya sekolahannya? "

"Iya hehehe , banyak kok anak dari SMP 8 yang masuk sini". jawab Bayu

"Enak ya kamu banyak temen yang udah di kenal disini, kalo saya ga ada yg kenal satu pun", jawab Sulivan

"Tenang aja ntar juga kan pada kenalan". Kata Bayu yang bertubuh tambun dan berambut kriting.

"Itu namanya Irene", kata Bayu sambil menunjuk seorang cewek bermata sipit, bertubuh mungil yang duduk di belakang, "dia dari SMP 8 juga".
Sulivan pun menoleh sebentar kearah cewek itu. "Aku naksir sama dia dari SMP tapi ditolak terus hahaha", kata Bayu pelan

"Dia chinese ya?" tanya Sulivan, "iya chinese asal cirebon" jawab Bayu.
"Saya baru liat dua orang cewek chinese disekolah ini", kata Sulivan
Oh kalo cewek chinese yang satu lagi ada dikelas sebelah, namanya Anita Mae jawab Bayu
"Dia dari SMP 8 juga?
"iya, yang rambutnya panjang, sobat si Irene, cantik orangnya tapi ga pede saya deketin dia hehe, agak pendiem orangnya" kata Bayu menjelaskan.

Hati Sulivan tiba2 bergetar, entah kenapa mendengar nama Anita Mae, dia kah orangnya yang bertukar pandang saat di aula waktu itu.

Hari pertama orientasi di isi dengan materi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau disingkat P4, dimana materi ini adalah materi wajib yang harus diberikan kepada siswa di setiap sekolah sebagai program wajib dari pemerintah. Di era orde baru penanaman ideologi pancasila sangat di tekankan hingga menjadi mata pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) yang di ajarkan dari sejak SD

Hari berikutnya masa orientasi di isi dengan kegiatan pramuka, mengenal simpul tali temali, belajar kode2 morse dan baris berbaris ditengah panas dan latihan upacara bendera

***


Sejak pandangan pertama itu hati Sulivan karam dalam lamunan memikirkan cewek cina itu. Siapa namanya?, dimana rumahnya? Apa yang harus dilakukan? Wajah wanita itu terus terbayang dan rasa suka yang mencengkram hatinya bertambah erat mengikat jiwa dan pikirannya dari waktu ke waktu.

Tatapan wanita itu begitu kuat terekam dalam benaknya, sebuah tatapan yang mengandung getaran yang masih sulit bagi Sulivan untuk mengidentifikasi getaran macam apa itu, karna ia baru merasakannya untuk yang pertama kali.

Disekolah, di masa orientasi siswa itu Sulivan hanya bisa memandangi cewek cina itu dari kejauhan, belum ada sedikitpun keberanian untuk menyapanya untuk berkenalan, karna yang selalu ia rasakan ketika berada diradius yang dekat dengan cewek itu adalah ia merasakan lutut dan hatinya bergetar hebat, bagaimana pula kalau untuk menggerakan lidah untuk sekedar menyapanya tentu akan kelu lidah dibuatnya. Yang dilakukan hanya bisa memendam rasa dalam diam duduk di kejauhan dan memandanginya, itu yang bisa dia lakukan disetiap harinya dan itu pun sudah menjadi keasyikan tersendiri baginya.

Dia pun sering bertanya pada dirinya kenapa ia secupu ini, begitu pengecut dan lemah tidak memiliki sedikitpun nyali untuk berkenalan, dengan cewek cina itu. Ia sering memaki dirinya disaat tersiksa dengan perasaan itu "Dasar pengecut kau Sulivan !, lemah !, mana nyalimu?"

Ternyata nun jauh disana, Anita Mae pun tengah dilanda gundah gulana, sama merasakan getaran yang seperti Sulivan rasakan.

Dikamarnya dia termenung sambil mendengarkan radio, menatap lekat langit2 kamar namun pikiran dan jiwanya karam dalam lamunan tentang cowok yang bertukar pandang dengannya di aula pagi itu. Hati kecil nya tak bisa memungkiri kalo ia pun jatuh hati dengan cowok itu saat pandangan pertama.
as1313
mmuji1575
pulaukapok
pulaukapok dan 3 lainnya memberi reputasi
4