si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Setelah 40 Tahun, Boeing Akhiri Produksi F/A-18 Super Hornet di Tahun 2025
Quote:


Bagi Agan pemerhati alutsista, pasti tak asing dengan nama Super Hornet, jet tempur ini identik dengan US Navy. Lantaran Angkatan Laut AS tersebut jadi pengguna paling banyak jet tempur buatan Boeing ini. Super Hornet semakin dikenal setelah tampil dalam film Top Gun "Maverick" yang dibintangi oleh Tom Cruise. Di mana dalam film tersebut Super Hornet jadi salah satu bintang utamanya.

Tetapi, meski tampil dalam salah satu film bergengsi abad ini, masa depan Super Hornet sepertinya sudah menemui titik terang. Di mana pada tahun 2025, Boeing akan mengakhiri jalur produksi Super Hornet. Boeing melakukan press release pada 23 Februari 2023 di website resminya,dalam pernyataan tersebut Boeing menyatakan tidak akan ada F/A-18 Super Hornet dan EA-18 Growler yang akan diproduksi setelah tahun 2025. Jalur produksi akan ditutup setelah pesawat produksi terakhir dikirim ke Angkatan Laut AS pada akhir tahun 2025.

Boeing menambahkan jika, produksi Super Hornet bisa diperpanjang sampai tahun 2027, dengan catatan ada pesanan baru dari pelanggan asing. Sebelumnya Boeing berharap India akan memilih Super Hornet sebagai jet tempur untuk kapal induk INS Vikrant, tetapi India lebih memilih Rafale M buatan Prancis. Sehingga Boeing kehilangan kesempatan untuk memperpanjang nafas Super Hornet. Sebelumnya Super Hornet telah ditawarkan ke Kanada, Jerman dan Swiss. Tetapi ketiga negara itu menolaknya, dan lebih memilih F-35A.

Sebagai ganti penutupan jalur produksi Super Hornet, Boeing akan membangun tiga fasilitas baru yang canggih di St. Louis. Fasilitas ini, serta Pusat Fabrikasi Komposit Lanjutan baru di Arizona, dan fasilitas produksi MQ-25 baru di Bandara MidAmerica St. Louis, mewakili investasi lebih dari US$1 miliar. Boeing juga menginvestasikan US$700 juta untuk peningkatan infrastruktur St. Louis selama beberapa tahun terakhir, memungkinkan pengenalan desain baru dan teknik pembuatan yang menyederhanakan proses dan meningkatkan kualitas pesawat.

Quote:


Setelah tidak lagi memproduksi Super Hornet, pabrik Boeing di St. Louis akan meningkatkan produksi pesawat latih T-7A Red Hawk yang berbasis teknologi digital, pesawat pengisian bahan bakar otonom pertama di dunia yang digunakan oleh kapal induk, MQ-25 Stingray, bersama dengan produksi F-15EX (Eagle II) baru dan komponen sayap 777X yang sedang berlangsung.

Meski jalur produksi ditutup tahun 2025, Boeing tidak menyebut berapa total Super Hornet yang telah diproduksi sampai hari ini. Dalam press release, Boeing menyebut telah mengirimkan lebih dari 2.000 Super Hornet dan Growler, serta F/A-18A/B/C/D yang lebih tua kepada pelanggan di seluruh dunia sejak 1983.

Sementara Super Hornet sendiri terbang pertama kali pada tahun 1995, merupakan turunan dari F/A-18 Hornet asli dan desainnya secara signifikan lebih besar dibandingkan dengan pendahulunya. Super Hornet memiliki kemampuan manuver lebih baik, jangkauan lebih jauh serta membawa muatan yang lebih banyak daripada Hornet generasi awal. Mesinnya juga lebih bertenaga. Super Hornet memulai debutnya bersama Angkatan Laut AS pada tahun 1999.

Versi asli F/A-18 Hornet awalnya dibuat oleh McDonnell Douglas yang kemudian diakuisisi oleh Boeing, F/A-18 Hornet mulai berdinas pada Januari 1983. Pertama kali bertugas di kapal induk USS Coral Sea dan ikut dalam misi tempur pertama pada tahun 1986. Hornet menjalankan misi selanjutnya saat operasi udara ke darat dalam Perang Teluk Persia 1991. Berlanjut dalam operasi tempur di Afghanistan sejak tahun 2001, pesawat ini berhasil memperlihatkan kemampuan serangnya yang mumpuni.



Block II dan Bkock III: Kemampuan Baru Untuk Super Hornet


Setelah berdinas pada 1999, enam tahun kemudian Boeing memperkenalkan Super Hornet Block II. Versi ini diperbarui dengan penambahan radar AESA (Active Electronically Scanned Array) multimode, pesawat pertama dikirimkan ke US Navy oleh Boeing pada April 2005. Yang terbaru, Boeing mengirimkan F/A-18E/F Super Hornet Block III pertamanya ke Angkatan Laut AS pada September 2021. Boeing menggambarkan pesawat ini sebagai varian paling canggih dari Super Hornet.

Versi Block III inilah yang dulu ditawarkan ke Angkatan Laut India serta beberapa angkatan udara negara Eropa, pesawat ini juga sempat ditawarkan ke Indonesia. Namun, nahas Super Hornet tak pernah dilirik negara-negara tersebut. US Navy pun sebagai pengguna utama sudah berulang kali meminta untuk tidak lagi membeli Super Hornet. Tetapi anggota Kongres menolak gagasan tersebut dan terus menambah pesanan Super Hornet. Total anggota Kongres telah menambahkan pesanan terkahir sebanyak 24 unit Super Hornet pada tahun anggaran 2022.

Sementara itu, langkah US Navy untuk berhenti membeli Super Hornet juga dapat kritik pedas dari anggota Kongres AS. Mereka menyebut US Navy akan kekurangan pesawat tempur jika jalur produksi ditutup, hal itu pun dibenarkan US Navy. Angkatan Laut AS mengakui bahwa, kekurangan pesawat tempur tersebut tidak akan terpenuhi hingga tahun 2031. Di sisi lain, US Navy menganggap Super Hornet tak lagi relevan untuk menghadapi konflik era modern, kedepannya mereka akan lebih fokus untuk menambah F-35C.

Quote:


Yang menarik Gan, sampai tahun 2025, US Navy secara keseluruhan akan membeli 698 Super Hornet selama 30 tahun. Dan sampai bulan Maret 2022, US Navy total memiliki 310 F/A-18E kursi tunggal dan 246 F/A-18F dua kursi, serta 161 EA-18G.Di luar US Navy, Super Hornet bertugas bersama RAAF (Angkatan Udara Australia) dengan total 24 F/A-18F bersama dengan selusin EA-18G. Sementara Angkatan Udara Kuwait masih menunggu kiriman 22 F/A-18E dan enam F/A-18F.

Setiap pesawat ada masanya Gan, dan keluarga besar F/A-18 telah melewati 40 tahun pengabdian yang gemilang. Pesawat ini berhasil menggantikan tugas berat yang sebelumnya diemban oleh F-14 Tomcat. Dengan ukuran lebih kecil dan bobot yang lebih ringan, keluarga F/A-18 menjelma menjadi ikon baru US Navy. F/A-18 membawa era jet tempur baru yang ringan dan memiliki fitur digital untuk meringankan tugas pilot Angkatan Laut AS. Dan setelah 40 tahun, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengucapkan "selamat tinggal !"



----------------




Referensi Tulisan: Boeing& TheDrive.com
Sumber Foto: sudah tertera
69banditos
geopoliticsgeek
fightertownf14
fightertownf14 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
2.7K
38
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
imam.sengkonAvatar border
imam.sengkon
#8
yang gw bingung kenapa indonesia pilih F15
gabener.edan
69banditos
geopoliticsgeek
geopoliticsgeek dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Tutup