papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
Kontrakan Berhantu (Based On True Story)

gambar hanyalah mulustrasi



Kontrakan Baru


Quote:


Awal tahun 2012, papah dan mbak Rara memutuskan untuk pindah kontrakan. Yang tadinya ada di desa Tambak (deket sama pabrik Nikomas), ke desa Kragilan (deket pabrik kertas). Semua itu terjadi, karena di kontrakan lama kami, airnya dijatah emoticon-Mad (S)(air hanya keluar dini hari, sekitar jam 3 subuh sampai jam 6 pagi). Alasannya sih karena penghuni kontrakan udah banyak, dan air lagi susah, makanya dijatah (padahal saat itu sudah masuk musim hujan).

Dan karena mbak Rara ini orangnya esmosian, jadinya daripada belio sering ribut sama yang punya kontrakan gara-gara masalah air (yang punya kontrakan ini suaminya temen papah, saat papah masih jadi kepala toko elektronik). Papah ajak yang di-Pertuan agung ini untuk pindah saja. Gak enak dong, kita putus pertemanan gara-gara air emoticon-Malu.

Saat itu, mbak Rara masih kerja di pabrik Nikomas sebagai QC leader. Sedangkan papah, baru aja nganggur karena suatu hal yang menyebabkan papah milih keluarga daripada pekerjaan emoticon-Cool. Nah, karena nganggur itulah, mbak Rara perutnya jadi mblendung emoticon-Malu.

Awalnya, kami mencari kontrakan yang masih agak dekat dengan pabrik mbak Rara. Karena kalau kejauhan, nantinya, pas mbak Rara mau berangkat, itu jalanan pasti muaceeet parah. Apalagi mbak Rara lagi hamil semester 2, kasihankan klo naik angkotnya kelamaan (saat itu kami belum punya motor, apalagi mobil).

Hari sabtu sore, setelah berkeliling cukup lama, kami masih belum dapet kontrakan yang dirasa cocok. Kontrakan sih banyak yang kosong, tapi harganya itu loh, mehong banget. Rata-rata diatas Rp 500k semua dengan 3 ruangan. Sedangkan saat itu, untuk hidup, kami hanya mengandalkan gaji mbak Rara seorang. Tau gak UMR tahun 2012 kabupaten Serang? Rp 1,3 juta.
Lah klo bayar kontrakan aja 500k sisanya cuman 800k doang buat makan, beli susu ibu hamil dsb emoticon-Sorry yah memang sih, sebagai leader, gaji mbak Rara ada tambahannya emoticon-I Love Indonesia.

Tak berputus asa, dengan berbekal informasi dari seorang intelijen kepercayaan mbak Rara di pabrik, keesokan harinya, hari minggu, kami berdua naik angkot ke arah Kragilan. Menjauh dari pabrik tempat mbak Rara kerja.

Sepuluh menit kemudian, kami sampai di Kragilan. Kami berdua turun disebuah jalan kecil alias gang yang di sampingnya ada sebuah toko nasional. Ya, indomart.

Disana, sudah berdiri seorang wanita muda dengan rambut panjang yang berdiri tepat dibawah bayang-bayang indomart itu. Ia kulihat tengah berdiri sambil memperhatikan kami yang saat itu hendak menyeberang jalan. Matanya dengan tajam kulihat menatap perut buncit mbak rara yang saat itu sudah hamil 6 bulan.

Saat jalanan sepi, mbak Rara sedikit menarik tangan papah karena melihat papah yang sedikit melamun tadi. Dengan sedikit tersentak kaget, ditambah sedikit latah "sopan". Papah melangkahkan kaki dengan digandeng mbak Rara yang lagi hamil emoticon-Malu (aturan kebalikannya ya emoticon-Embarrassment).

"Ayuk!"

Sebuah suara nyaring kudengar dari sosok wanita berambut panjang yang sedari tadi berdiri dibawah bayangan indomart tadi (sue, kok jadi indomart mulu sih ini emoticon-Frown).

Mbak Rara tersenyum kearahnya. Langkah kaki kami sedikit dipercepat (klo gak mau kaki papah diseret oleh ibu-ibu hamil), menuju kearah si wanita berambut panjang yang juga berjalan kearah kami.

"eh Mila, udah lama nungguinnya?" tanya mbak Rara sambil bersalaman.

Mila, si wanita berambut panjang itu hanya tersenyum dengan sekilas mencuri pandang kearah papah emoticon-Wink.

"Enggak kok, yuk. Orang Mila baru sampe kok," jawabnya tersenyum manis.

Kulihat bedak diwajahnya sudah luntur karena keringat yang bercucuran hampir diseluruh wajahnya. Ditambah sepotong es krim yang hanya menyisakan batangnya saja. Itu cukup untuk menjelaskan betapa sebentarnya ia menunggu. Wakakaka...becanda becanda.

Ayuk, adalah panggilan istriku diantara teman-temannya yang orang Sumatra. Dan kebetulan, si Mila ini orang Palembang. Kenapa papah bisa tau, karena memang, kami memiliki sebuah hubungan dimasa lalu emoticon-Wowcantik.

Kedua wanita itu lalu terlibat obrolan yang intinya tentang maksud kami mencari sebuah kontrakan yang cocok.

"kebeneran yuk, aku tau ada kontrakan yang kosong disini. Tempatnya adem, harganya lumayan murah lho, yuk." ujar Mila layaknya SPG yang tengah mempromosikan sebuah produk yang dijualnya.

Kulihat, wajah mbak Rara, istriku terlihat senang mendengar celotehan Mila mengenai kondisi kontrakan yang akan kami lihat kali ini.

Sambil terus berjalan dibelakang kedua wanita itu, mataku berkeliling. Berusaha mengenali keadaan yang apabila aku jadi pindah, akan sering kulihat ini. Tak lama berjalan, kami bertiga belok kearah kiri. Disisi jalan, ada sebuah sekolah dasar dengan cat yang familiar.

Langkah kaki kami berhenti disebuah rumah berwarna hijau dengan pintu gerbang berwarna putih. Rumah itu tepat disebelah SD tadi.

Kulihat Mila membuka gerbang dengan jenis kupu-kupu tersebut, yang tidak dikunci oleh si pemilik.

Mila lalu masuk dengan mengajak kami berdua.

"assalamu'alaikum...," ucap Mila beruluk salam sesampainya ia diteras rumah.

"wa'alaikumsalam...," terdengar sahutan salam dari dalam rumah. Sebuah bayangan tubuh terlihat dikaca rumah yang berbentuk persegi panjang itu.

"ceklek," suara gagang pintu yang dibuka.

Kemudian, keluarlah sesorang ibu-ibu berusia setengah abad lebih dengan jilbab besar.

"lho, neng Mila ternyata. Ibu pikir siapa," sapa ibu berjilbab itu sambil menyalami kami bertiga. Seulas senyum ramah tampak diwajahnya.

"mari masuk, masuk," katanya mempersilahkan kami untuk masuk kedalam sumur. Kedalam rumahnya dooong....bang jali emoticon-Wakaka.

Biar gak panjang, akan papah jelaskan inti dari obrolan para ibu-ibu tersebut (karena papah selama "nimbrung", hanya tersenyum, mengangguk, berkata iya dan baik).

Bu haji itu (yang memang sudah haji ternyata), berkata bahwa ada 3 kontrakan yang saat ini kosong. Dan posisi kontrakan itu, tepat dibelakang rumah bu haji ini. Total ada 7 kontrakan disana. Kontrakan itu, memiliki 2 ruangan utama. Sebelum masuk, ada sebuah teras kecil didepannya, lalu pas masuk akan ada sebuah ruangan yang cukup besar berukuran 3x4 meter yang sepertinya akan kami gunakan sebagai kamar tidur. Lalu dibelakangnya, ada sebuah pintu kecil yang memisahkan antara ruangan kamar dengan ruangan dibelakangnya. Yang ternyata adalah sebuah kamar mandi dan dapur. Sayangnya, ruangan kedua ini kecil. Berukuran panjang 3 meter (yang dibagi 2 buat dapur dan kamar mandi) dan lebar 1,5 meter.

Untuk bulanannya, hanya Rp 200k sudah sama listrik dan air. Kemudian, ada sebuah sumur tepat disamping kontrakan. Sebuah sumur timba tradisional yang bisa digunakan bebas oleh para penghuni kontrakan. Terakhir, ada sebuah kebun pisang kecil disamping sumur itu. Dan, yang perlu digaris bawahi adalah, kontrakan kami, berbatasan langsung dengan sebuah sekolahan SD.

denah


ingat baik-baik denahnya gan/sis


Setelah berdiskusi dengan cukup alot, kami akhirnya memilih untuk "yes"(sebenarnya papah sih hanya bisa pasrah saja waktu ntu). Meskipun dengan konsekuensi, jarak antara kontrakan dengan pabrik mbak Rara kerja jadi semakin jauh.

Setelah memberikan DP, kami berdua lalu pulang. Dan akan mulai pindahan hari sabtu depannya. Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada Mila.

"sama-sama, yuk. Mudah-mudahan kalian kerasan tinggal disini,"ujarnya dengan senyum manis diwajah cantiknya.

Aku hanya bisa melengos. Takut tergoda dengan senyuman yang dulu sempat membuat papah semangat kerja.

Fyi, Mila tidak ngontrak disitu. Hanya saja, tempatnya nge-kost memang tidak terlalu jauh dari situ. Atuh bisa bahaya bree, klo mantan tinggal satu area emoticon-Cape d.... Bisa-bisa....akh sudahlah, masa lalu biarlah berlalu, ygy.

Sore itu, diangkot warna merah, papah dan mbak Rara bisa bernafas lega. Karena sudah bisa menemukan tempat tinggal baru.

Quote:




Index



1. Kontrakan baru
2. Sambutan tengah malam
3. Si penunggu sumur
4. Hilangnya sebuah prinsip
5. Teriakan malam hari
6. Masih diganggu part. 1
7. Masih diganggu part. 2
8. Tetangga nackal part 1
+ berita dukacita
9. Senandung dimalam hari
10. Mereka mendekat
11. Hantu sekolahan
12. Penghuni baru
13. Anggun dan jiwa mudaku
14. Aku dan mbak Ratih
15. Kesurupan dan kesempatan part. 1 (18+)
16. Kesurupan dan kesempatan part. 2 (18+)

***
Diubah oleh papahmuda099 20-12-2023 07:39
littlesmith
alcipea
JabLai cOY
JabLai cOY dan 51 lainnya memberi reputasi
52
35.8K
789
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
#49
Teriakan Malam Hari





"sebelum membaca kelanjutan cerita ini, papah meminta maaf dengan keterlambatan ini. Karena minggu ini, banyak rekan papah yang mengajukan cuti tahunan. Jadinya papah nge-backup mereka dulu. Dan karena capek, jadi gak sempet nulis.
So, papah sekali lagi meminta maaf akan keterlambatan ini."



Malam harinya,

"Jadi gitu bun, kata bu haji, gak papa pakai bangle juga,"ucapku diakhir kalimat setelah sebelumnya aku menjelaskan hasil perbincanganku kepada istriku.

"Kan udah bunda bilangin ayah dari awal juga. Emak juga bilang begitu, ayahnya aja yang ngeyel gak usah pake begituan," katanya sambil menyeret-nyeret nama ibunya sendiri yang ada di Lampung.

"Iya...iya," jawabku kalah sambil mendekat dan mengelus-elus perut buncit istriku.

"Kamu yang sehat-sehat ya nak didalam sana," bisiku sambil mengecup pipi istriku.

"Ih, kok bunda yang dicium," katanya sedikit mengelak.

"Kebiasaan, hehehe...," kataku sambil tertawaemoticon-Betty.

Malam itu, aku melihat istriku membuat bangle yang dimaksud. Karena jujur, aku sendiri tidak tahu, apa itu bangle tadinya. Setelah selesai, bangle ditaruh dibawah bantal.

"Kok gak dipake?" tanyaku heran.

"Dipakenya besok pagi, pas aktifitas," jawabanya sambil merebahkan tubuh.

Aku batuk-batuk kecil.

"Kenapa?" tanya istriku sambil tetap rebahan. Matanya kulihat agak sayu.

"Enggak, hehehe," jawabku emoticon-Betty.

Aku lalu mengecup keningnya. Tak lupa ku elus perutnya dan kubacakan ayat kursi 3 kali.

"Mudah-mudahan malam ini gak ada gangguan apapun," ucapku dalam hati sambil menatap sesuatu yang berada dibawah bantal istriku berada.

Aku lalu berjalan kedapur, membuat kopi dan mengambil beberapa buah ciki, guna menemaniku diteras nanti.

Waktu itu sudah jam 9 malam lebih sedikit. Susana kontrakan sudah sepi. Apalagi dibelakang kontrakan.

Aku lalu membawa sesajenku itu kedepan. Tak lupa kututup pintu belakang, dan mematikan lampu kamar. Aku lalu duduk diteras rumah, sambil mengunyah ciki-ciki kesukaanku (papah gak ngerokok soalnya). Kembali aku duduk sambil merenungi nasib.

Saat tengah melamun, HP dengan tv analog miliki berbunyi. Geter-geter manjalita gitu cyiin.

Kulihat nama bapak muncul disana.

"Wah, ada apa nih orang tua nelpon malem-malem," kataku yang kemudian memencet tombol ok.

"Halo, assalamu'alaikum pap," kataku setelah telpon terhubung.

"Wa'alaikumussalam," jawab bapak dari seberang sana.

"Ada apa ya?" tanya bapak lagi.

"Lah, kocak. Kan bapak yang telpon," kataku sambil mengernyitkan dahi.

"Wahahahaha... lupa nang," katanya sambil tertawa.

"Kamu pada sehat?" tanya bapak kemudian.

"Alhamdulillah, kami berdua sehat, pap. Bapak sama keluarga juga sehat?" tanyaku balik.

"Alhamdulillah sehat semua, nang," jawab bapak.

Setelah kami saling berbasa-basi sejenak, bapak lalu mulai bertanya.

"Kamu sama istri kamu suka digangguin sama setan gak, nang?"

"Lah, kok bapak tau? Iya emang, pap. Baru aja semalem kita digangguin,"
jawabku.

"Bapak gitchu loh," jawabnya sambil tertawa diseberang sana.

Kemudian beliau berkata lagi, "gini, nang. Bapak hanya khawatir aja sama kamu dan keluarga. Soalnya kamu itukan orangnya "putihan,"

"Hah, keputihan?"

"Putihan kuping!"

"Owh, iya ya ya, hehehe...,"
tawaku.

"Kamu masih inget doa Nurbuat, yang pas kamu SMA itu bapak ajarin?"

Aku sedikit mengingat-ingat.

"Kayaknya sih, pap. Udah agak lupa soalnya," jawabku.

"Bocah kinthil, dibilangin suruh baca terus-terusan malah dilupain," gerutu bapak.

"Hehehe, ya maap atuh. Namanya orang. Klo butuhnya aja dilakuin. Klo udah gak butuh ya, dilupain," jawabku.

"Hadeeh..., ya udah. Gini aja. Mulai malam ini, sampai minimal istri kamu melahirkan, usahakan untuk terus baca doa Nurbuat itu setiap abis solat maghrib," perintah bapak.

"Iya iya. Tar Indra apalain lagi," jawabku.

Dan, sebelum kami mematikan telpon. Bapak sempat berkata, "kalau malam ini masih belum hapal. Kamu tulis aja di selembar kertas. Terus siapin lakban,"

"Lah, buat apa? Kan di HP juga bisa,"
balasku.

"Ini bocah yak. Dibilangin sama orang tua ganteng gak mau nurut. Udah, pokoknya ikutin aja kata-kata bapak. Demi keselamatan cucu bapak," tegasnya.

"Okeh, siap komandan," jawabku.

Setelah itu, HP ku matikan.

Aku menghela nafas panjang.

Kembali teringat saat aku SMA dulu. Saat dimana kedua orang tuaku masih bersama.

Mamah, yang orang jawa dengan lingkungan yang tidak begitu kental dengan hal-hal mistis. Dan bapak, bekas preman dan jagoan asal Indramayu. Sebuah wilayah yang sangat dekat dengan yang namanya "begituan".

Aku besar dilingkungan yang agak saling bertolak belakang dalam hal agama. Mamah, beliau selalu mengajarkanku agar selalu bersandar pada Allah, tuhan yang Maha Esa. Dan bapak, yang selalu menyuruhku untuk melakukan berbagai macam syari'at. Karena menurut bapak, kita ini masih belum setingkat dengan para alim ulama. Jadi, tak ada salahnya melakukan yang namanya syari'at, alias penghubung, agar doa kita, diterima oleh Allah SWT. Ya pokoknya begitulah.

Dan karena aku orangnya gak mau ribet, aku lebih memilih jalur mamah. Karena aku memang, klo mau ikutin jalur bapak, buanyak banget hal-hal yang harus kulakukan. Kaya puasa mutih, bangun tengah malem buat wiridan sampai mau subuh, sampai ngerawat beberapa "benda" milik bapak dilemari. Ada keris kecil, kujang pemberian temannya yang orang Buitenzorg alias bogor, pedang warna perak (sumpah, itu pedang berat banget. Dari pedang sampai sarungnya, warnanya perak-perak gitu. Klo emas udah abis kali digadein di pegadaian, wakakaka), terus ada batu kecil berbentuk kodok (yang nempel banget sama bapak), dsb.

"Kalau aja aku dulu nurut apa kata bapak. Seenggaknya aku bisa ngelindungin keluargaku sendiri. Gak nyusahin orang lain," gumamku pelan.

Aku lalu mulai browsing di internet. Mencari bacaan doa Nurbuat yang pernah ku hapal dulu, saat aku mau ujian nasional tingkat SMA. Setelah ketemu, dengan sisa-sisa ingatan yang kumiliki, aku kembali mencoba menghafal doa tersebut.

Disaat aku tengah sibuk menghafal, tiba-tiba saja seseorang menegurku.

"Mas Indra,"

"Eh, i...iya,"
jawabku agak sedikit gagap karena kaget.

Kulihat ada mbak Ratih berdiri didepan pintu kontrakannya. Dan, W O W... milf satu ini hanya mengenakan kaos singlet warna putih. Bawahannya, klo gak salah inget nih ya, celana pendek dengan bahan satin warna biru (soalnya keliatan agak mengkilap) emoticon-Bukan IGO.

"Eh, ada mbak Ratih," sapaku setelah terpesona sebentar dengan pemandangan barusan.

"Mas Indra saya panggilin dari tadi gak denger," katanya sambil duduk di kursi depan kontrakannya.

Perempuan itu duduk dengan posisi kaki disilangkan.

"Hasyu," umpatku dalam hati.

"Kayaknya sengaja bener dah duduk posisi begitu," kembali hatiku berkata...dengan senang.

"Istrinya udah tidur?" tanyanya.

Aku mengangguk, tapi, untuk meyakinkan diri dan supaya demi kedamaian dunia, akupun berdiri dan berjalan guna melongok istriku. Sambil menaruh gelas kopi di dalam.

"Aman," kataku dalam hati.

Akupun kembali melangkah dan duduk ditempat semula.

"Udah, mbak," jawabku yakin.

"Mbaknya sendirian juga?"

Perempuan itu mengangguk.

"Masku lagi shift malem. Jadi pulangnya besok pagi," jawabnya.

"Oya, mas Indra suka ngopi?"

"Suka, tapi udah abis,"
jawabku tersenyum (mesum) semanis mungkin.

"Mau tak buatin lagi?" tawarnya.

"Boleh, kalo gak ngeberatin," jawabku. Padahal aku hanya ngopi kalau mau saja. Dan tawaran perempuan hot itu, pantang aku lewatkan. Tak peduli kopinya. Tapi kupeduli dirinya, mwehehe... emoticon-Malu.

Mbak Ratih lalu berdiri dan membalikan tubuhnya. Ia lalu berjalan masuk kedalam rumahnya.

Dengan cara menembus pintu!



Aku hanya diam. Melotot. Lupa bernafas. Kaku. Bisa kurasakan detak jantung yang keras ini.

Susana yang hangat penuh kenafsuan, berubah menjadi mencekam dan menakutkan.

"Nembus?" pertanyaan itu hanya bisa dilakukan didalam hati. Karena membuka mulut saja aku sudah tak bisa. Lidah ini terasa kelu, kaku.

Otak ini sudah menyuruhku untuk berjalan dan masuk kedalam rumah. Tapi tubuhku ini tidak menurut. Keringat dingin mulai kurasakan mengalir keluar.

Mataku masih saja terpaku kearah pintu kontrakan Mbak Ratih. Lupa rasanya untuk berkedip.

Disaat aku masih diam terpaku akan kejadian sosok tubuh mbak Ratih yang bisa menembus pintu. Tiba-tiba saja daru arah samping, tepatnya dari sumur. Ekor mataku menangkap sebuah pergerakan kecil.

"Ya rabb, apalagi ini," gumamku.

Pergerakan itu perlahan-lahan mulai jelas. Dan tak lama kemudian, tampaklah sesosok makhluk hitam yang pernah aku lihat malam sebelumnya.

Si penunggu sumur!

Masih dari ekor mataku, sosok hitam ini berjalan, ah bukan, melayang mungkin lebih tepatnya, kearah kontrakan mbak Ratih.

Dan gilanya, sosok itu melayang sambil kepalanya terus menoleh kearahku! Itu bisa kulihat dari cahaya matanya yang terus menerus menatap kearahku.

Dan... Slup!

Sosok itu juga menembus pintu kontrakan mbak Ratih.

Lalu hening.

Seakan alam juga ikut terdiam melihat kejadian barusan.

"Gila...gila...gila," rutukuku dalam hati.

"Aku harus cepat masuk kedalam rumah, sebelum...," ucapanku terputus. Karena mataku kembali melihat hal yang baru saja terjadi.

Tapi kini, ada dua sosok yang melayang. Yang satu si hitam penunggu sumur, yang satunya lagi adalah si putih dengan rambut berantakan panjang. The one and only, miss K.

Kedua sosok gaib itu kembali melayang dari kontrakan mbak Ratih, kearah sumur.

But, wait!

Mereka bukan kearah sumur. Melainkan kearahku duduk!

Disitulah aku melepas keegoisan dan harga diriku sebagai pria tampan nan gagah. Ya, malam itu, aku menjerit ketakutan. Kuluapkan segela ketakutan itu kedalam suara melengking tinggi dimalam hari.

"Aaaaaaaaaaaaaaa.....!"
{thread_title}



Detik itu aku menjerit. Detik itu pula aku bisa menggerakan tubuhku.

Langsung aku masuk kedalam kontrakan. Dan menutup keras pintunya. Masuk kedalam selimut dan memejamkan mata.

Istriku kurasakan terbangun. Tapi aku menahan tubuhnya. Ia hendak bertanya, tapi aku memberikan isyarat agar tetap diam.

Tak lama, kudengar ada suara beberapa orang disekitar kontrakan. Terdengar juga suara banyak orang yang saling tanya jawab.

Dan,

"Tuk tuk tuk, Assalamualaikum,"

Suara seseorang beruluk salam sambil mengetuk pintu kontrakan kami. Istriku memandangku. Aku hanya diam sambil menyuruhnya untuk tetap tak bergerak.

Setelah menata hati dan jiwa. Aku kemudian berjalan menuju pintu, tak lupa kuseka keringat yang ada di wajahku.

"Wa'alaikumsalam,"jawabku lalu membuka pintu.

"Lho, pak haji?" tanyaku melihat sosok laki-laki setengah baya yang mengetuk pintuku.

"Maaf mengganggu, mas Indra," ujarnya dengan tersenyum.

"Iya, ada yang bisa saya bantu, pak haji?" kembali aku bertanya.

"Maaf, apakah mas Indra yang tadi berteriak?" tanya pak haji.

Aku memasang wajah tenang disela-sela ketampananku. Aku menggeleng.

"Enggak, pak haji. Kami berdua dari jam 9 malam udah tidur," jawabku tenang, padahal mah, jantung sama hati ini udah was-was aja. Takut ketahuan. Wah, bisa menjatuhkan harga diriku dong.

"Oh gitu, soalnya kami mendengar ada suara orang yang teriak kenceng tadi dari arah sini," katanya.

"wah, saya sama istri malah gak ngedenger ada suara teriakan begitu, pak haji," ucapku.

Aku melihat ke sekitar. Ada beberapa wajah yang melihatku tegang. Ada juga wajah dari mbak Ratih disana, Anggun, serta beberapa tetanggaku.

Setelah berbincang sebentar, kami semua lalu bubar. Aku sendiri masih berdiri didepan pintu. Kenapa? Karena aku mau ngambil HP yang ketinggalan diluar tadi.

Tapi sayang, meskipun aku sudah jelalatan kesana kemari, benda itu tak kunjung kulihat. Dan berhubungan susana sudah kembali sepi, akupun kembali masuk dengan hati bertanya-tanya, kemanakah HP itu?


*
Diubah oleh papahmuda099 20-01-2023 01:19
aan1984
arinu
sampeuk
sampeuk dan 17 lainnya memberi reputasi
18
Tutup