- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Son of the Rich (Reborn)
![kawan.betina](https://s.kaskus.id/user/avatar/2016/04/06/avatar8621722_20.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
kawan.betina
Son of the Rich (Reborn)
![Son of the Rich (Reborn)](https://s.kaskus.id/images/2020/10/16/8621722_20201016060039.jpg)
Quote:
Lembaran pertama - Kota Malang
Bokap gua kerja di salah satu perusahaan asing penambang emas di pulau sumbawa sedangkan nyokap mempunyai beberapa butik dan bisnis makanan yang cukup besar di kota kelahiran gua. dan Perkenalkan nama Gua adrian, anak semata wayang dua sejoli yang bertemu saat bermitra bisnis 25 tahun yang lalu. Gua lahir ke dunia dengan sebuah pengharapan yang besar. Karena untuk mendapatkan Gua, orang tua gua harus menunggu lebih dari 5 tahun.
Hidup serba ada bahkan terlalu berlebihan, pakaian serba bermerk gadget yang selalu menemani gua setiap saat dan mobil yang selalu menemani gw kemana aja, semua itu cukup membutakan gua seperti apa arti dari sebuah perjuangan hidup. Jujur, guaga pernah merasakan rasanya mengumpulkan uang sendiri bahkan hanya untuk membeli sepeda yang gua pengen. ketika mata ini melihat sebuah benda menarik, maka nyokap gua akan bilang, "Adrian Mau?" dan sorenya barang itu sudah ada di rumah. Gua paham nyokap ingin sekali membuat gua bahagia tapi kadang gua merasa ga bisa menikmati hidup ini dengan baik. Dengan Uang mungkin kita bisa bahagia, tapi kita tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang.
Super Duper Over Protektif
itulah hal yang bisa gua simpulkan tentang keluarga gua. Walau Gua hanya bertemu mereka saat weekend saja tapi kalau sudah menyangkut tentang masa depan gua, mereka akan melupakan semuanya dan menitik beratkan fokusnya ke gua.
Gua bukan orang yang bodoh, gua selalu mendapat peringkat 1 dari Sekolah dasar hingga sekarang, tentu kecerdasan gua turun dari bokap dan nyokap. Mereka adalah dua sejoli yang sangat ideal, mereka sama sama pintar dan mereka adalah 2 manusia yang diberikan paras yang cantik dan tampan oleh tuhan , alhasil semua kelebihan itu menurun ke gua.
Untuk urusan masuk sekolah, Orang tua gua selalu sangat hati hati. Saking hati hatinya, Gua bahkan sudah diterima di sekolah menengah atas sebelum gua menjalankan tes masuk. Apalagi lagi kalo bukan karena bokap gua menghubungi kepala sekolah yang merupakan teman lamanya, padahal gua sangat yakin, gua tetep bisa masuk tanpa bantuan mereka. Waktu itu gua marah besar tapi orang tua tetaplah orang tua, mereka selalu ingin anaknya bahagia apapun caranya.
Ketika para siswa sibuk mencari PTN dengan mengikuti berbagai macam Bimbingan Belajar, gua dengan begitu Mudah mendapat tiket masuk disalah satu PTN terbaik di indonesia, tentu sudah bisa ditebak , semua ini karena bokap gua. Untuk kali ini gua memutuskan untuk berontak, tak ingin lagi rasanya gua mengunakan kekuatan orang tua gua buat ngelakuain semuanya.
Hanya berbekal baju yang gua masukin ke Tas Ransel, serta Dompet yang berisi hanya beberapa uang lima puluh ribuan dan ATM yang entah berapa isinya dan ijazah SMA. Gua menuju terminal Bus, mencari loket tiket yang berangkat hari itu juga, Gua memutuskan naik Bus karena Beberapa orang di bandara mengenal Gua. Satu persatu Loket tiket gua datangi, mancari bus-bus yang bisa segera berangkat, menuju Jogja, solo surabaya, bandung, atau entahlah, yang penting gua harus segera pergi dari pulau yang gua diami 17 tahun terakhir, Lombok.
Hanya Tiket Mataram~malang yang ada untuk keberangkatan 1 jam lagi, yang akhirnya diputuskan mungkin gua harus pergi ke malang, 1 jam lagi bus tiba, dan ini pertama kalinya gua harus jauh dari kedua orang tua gua.
NEXT
Sekitar Pukul 4 pagi, bus sudah tiba di sebuah terminal kota malang, ada nuansa berbeda yang gua rasakan di sini. Hawa yang lebih dingin dan tentu perasaan gua yang ga menentu akibat ulah gua ini. Mungkin bokap nyokap gua lagi panik di rumah, ada sedikit rasa bersalah dalem diri gua tapi semoga surat yang gua tulis bisa membuat nyokap gua agak lega.
Ponsel gw sempat berbunyi saat gua menyebrang dari bali ke banyuwangi. Mungkin 10 kali atau 20 kali atau mungkin lebih, dan semua adalah misscall dari nyokap gua. Tanpa pikir panjang ponesl itu gua buang ke laut, beberapa saat kemudian gua sedikit menyesal, kenapa harus gua buang, kenapa ga gua kasih ke orang agar lebih bermanfaat, mungkin ini hasil dari didikan manja orang tua gua, semua jadi serba mudah.
Uang di dompet gua udah kosong melompong untuk membeli tiket dan beli makanan di jalan. Gua mencoba mengelilingi Terminal arjosari untuk mencari ATM di deket sana. Hampir 10 menit gua lalu lalang lalu akhirnya gua bisa bernafas lega, ternyata ATM tidak terlalu jauh dari tempat gua turun tadi. Setelah mengambil beberapa juta dari mesin ATM setelah menarik uang sebanyak 2 kali, Gua mengambil kertas struk yang sudah gua buang ke tempat sampah tadi. Saat gua mengecek nominalnya sebuah angka 1 dan ada 8 digit angka mengikutinya dibelakang, waw... sebanyak inikah uang yang dikirimkan bokap Gua selama ini, setahuku ATM ini diberikan saat ujian nasional kemarin, gua meminta uang hanya buat perpisahan dengan teman teman kelas gw. "Pa ini terlalu banyak".....
Gua masih berdiri di depan ATM. Gua sedang berfikir untuk segera mencari kendaraan untuk menuju kampus-kampus yang ada di kota ini, yang pertama terfikirkan adalah taxi tapi beberapa saat kemudian gua menghapus jauh jauh fikiran itu, gua harus hidup sederhana dan pilihan gua jatuh ke angkot. Mungkin karena gua terlalu fokus menyusun rencana , gua ga sadar bahwa ada seseorang di dekat gua, dari perawakannya dia masih seusia gua, dan dia seorang cewek.
"Mahasiswa baru juga?"
Gua celingak celingkuk mencari siapa yang diajak ngobrol cewek ini.
"Gua bukan indigo yang ngomong sendiri, gua ngomong sama elo" tanya cewek itu sedikit tersenyum melihat kebingungan gua.
"Oh Maaf, maaf. gak kok, eh ya."
Gadis itu lalu tertawa kecil melihat kebingungan gua. Ia sepertinya sudah berdiri di depan ATM sejak gua datang tadi. mungkin dia sedang bosan menunggu.
"Ya atau ga?" pancingnya.
"Gak, gua baru mau tes" jawab gua jujur, walau gak tahu harus tes dimana.
"Oalah, mau ikut tes mandiri toh"
"Mungkin begitu"
"Mungkin?" cewek itu mengerutkan dahu lalu dia tersenyum lebar melihat gua.
"Elu lucu ya, kok kayak linglung gitu" sambungnya.
"Makasih" jawab gua ragu.
"Itu bukan pujian loh"
"Oh maaf" jawabku ragu.
"Hahaha, Bercanda kok,emang elo mau kemana?"
"Kampus" jawabku ragu.
"Kampus apa? kan di sini ada puluhan kampus"
"Yang ada di malang"
"kan memang kita kan lagi dimalang"
"Yang deket deket aja mungkin" jawabku ragu. bodohnya aku gak cari referensi sebelum datang ke sini"
"hahaha... deket dari mana, kamu lucu ya"
"Gua harus bilang makasih atau maaf nih?" takut itu malah hinaan.
"Apa aja deh, kenalin nama gua Friska. Gua mahasiswa baru di Universitas Wijaya" dia mengulurkan tangannya untuk menjabat.
"Gua Adrian.. mmm mantan anak SMA " Jawab gua seraya menjabat tangannya.
"hahaha... ada ada sih aja elo"
"elo ngambil apa di Wijaya?"
"Gua?, Biologi"
"Biologi? mmm belajar biologi seru?" tanyaku penasaran.
"Kalo Gua sih suka, emang elo minatnya apa?"
"Yang bisa ngebuat hidup ini lebih seru dan asik" jawabku jujur. Selama ini hal yang gua idam idamkan.
"hahaha diplomatis bin ngawur jawaban elo" jawab friska.
"Bukan diplomatis, lebih tepatnya Gua bingung aja"
"Bingung? Bingung kenapa?"
TIIIINNN TIIINNNN
Suara klakson motor membuyarkan obrolan kami, seorang cewek berhenti di depan kami berdua.
"Frish udah lama?" tanya cewek yang baru datang itu.
"Udah kering neh gigi gua nunggu elo" jawab friska.
"Maaf maaf, tadi agak macet maklum weekend"
"Gua maafin asal lo traktir gua es cream" goda Friska.
"Ih maruk sekali, udah minta di jemput, sekarang minta di traktir. Nunggunya sama cowok ganteng lagi"
"Eh dasar mulut elo nyablak bener seh, oh iya adrian gw duluan ya, sukses buat Tesnya, ayok bela, tarik"
"Tarik tarik, emang gw angkot"..
"Becanda bela"
"Bener neh gua ga dikenalain nih?"
"Eh elo apa apan sih, malu maluin aja, ayo berangkat"
"Duluan ya ganteng" kata cewek yang dipanggil bela oleh Friska tadi.
Mareka akhirnya melaju memecah kota malang.
Friska, orang pertama yang gua kenal di kota ini.
Oke, Gua udah mutusin buat ikut tes mandiri Universitas Wijaya, jurusan Biologi.
Bokap gua kerja di salah satu perusahaan asing penambang emas di pulau sumbawa sedangkan nyokap mempunyai beberapa butik dan bisnis makanan yang cukup besar di kota kelahiran gua. dan Perkenalkan nama Gua adrian, anak semata wayang dua sejoli yang bertemu saat bermitra bisnis 25 tahun yang lalu. Gua lahir ke dunia dengan sebuah pengharapan yang besar. Karena untuk mendapatkan Gua, orang tua gua harus menunggu lebih dari 5 tahun.
Hidup serba ada bahkan terlalu berlebihan, pakaian serba bermerk gadget yang selalu menemani gua setiap saat dan mobil yang selalu menemani gw kemana aja, semua itu cukup membutakan gua seperti apa arti dari sebuah perjuangan hidup. Jujur, guaga pernah merasakan rasanya mengumpulkan uang sendiri bahkan hanya untuk membeli sepeda yang gua pengen. ketika mata ini melihat sebuah benda menarik, maka nyokap gua akan bilang, "Adrian Mau?" dan sorenya barang itu sudah ada di rumah. Gua paham nyokap ingin sekali membuat gua bahagia tapi kadang gua merasa ga bisa menikmati hidup ini dengan baik. Dengan Uang mungkin kita bisa bahagia, tapi kita tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang.
Super Duper Over Protektif
itulah hal yang bisa gua simpulkan tentang keluarga gua. Walau Gua hanya bertemu mereka saat weekend saja tapi kalau sudah menyangkut tentang masa depan gua, mereka akan melupakan semuanya dan menitik beratkan fokusnya ke gua.
Gua bukan orang yang bodoh, gua selalu mendapat peringkat 1 dari Sekolah dasar hingga sekarang, tentu kecerdasan gua turun dari bokap dan nyokap. Mereka adalah dua sejoli yang sangat ideal, mereka sama sama pintar dan mereka adalah 2 manusia yang diberikan paras yang cantik dan tampan oleh tuhan , alhasil semua kelebihan itu menurun ke gua.
Untuk urusan masuk sekolah, Orang tua gua selalu sangat hati hati. Saking hati hatinya, Gua bahkan sudah diterima di sekolah menengah atas sebelum gua menjalankan tes masuk. Apalagi lagi kalo bukan karena bokap gua menghubungi kepala sekolah yang merupakan teman lamanya, padahal gua sangat yakin, gua tetep bisa masuk tanpa bantuan mereka. Waktu itu gua marah besar tapi orang tua tetaplah orang tua, mereka selalu ingin anaknya bahagia apapun caranya.
Ketika para siswa sibuk mencari PTN dengan mengikuti berbagai macam Bimbingan Belajar, gua dengan begitu Mudah mendapat tiket masuk disalah satu PTN terbaik di indonesia, tentu sudah bisa ditebak , semua ini karena bokap gua. Untuk kali ini gua memutuskan untuk berontak, tak ingin lagi rasanya gua mengunakan kekuatan orang tua gua buat ngelakuain semuanya.
Hanya berbekal baju yang gua masukin ke Tas Ransel, serta Dompet yang berisi hanya beberapa uang lima puluh ribuan dan ATM yang entah berapa isinya dan ijazah SMA. Gua menuju terminal Bus, mencari loket tiket yang berangkat hari itu juga, Gua memutuskan naik Bus karena Beberapa orang di bandara mengenal Gua. Satu persatu Loket tiket gua datangi, mancari bus-bus yang bisa segera berangkat, menuju Jogja, solo surabaya, bandung, atau entahlah, yang penting gua harus segera pergi dari pulau yang gua diami 17 tahun terakhir, Lombok.
Hanya Tiket Mataram~malang yang ada untuk keberangkatan 1 jam lagi, yang akhirnya diputuskan mungkin gua harus pergi ke malang, 1 jam lagi bus tiba, dan ini pertama kalinya gua harus jauh dari kedua orang tua gua.
NEXT
Sekitar Pukul 4 pagi, bus sudah tiba di sebuah terminal kota malang, ada nuansa berbeda yang gua rasakan di sini. Hawa yang lebih dingin dan tentu perasaan gua yang ga menentu akibat ulah gua ini. Mungkin bokap nyokap gua lagi panik di rumah, ada sedikit rasa bersalah dalem diri gua tapi semoga surat yang gua tulis bisa membuat nyokap gua agak lega.
Ponsel gw sempat berbunyi saat gua menyebrang dari bali ke banyuwangi. Mungkin 10 kali atau 20 kali atau mungkin lebih, dan semua adalah misscall dari nyokap gua. Tanpa pikir panjang ponesl itu gua buang ke laut, beberapa saat kemudian gua sedikit menyesal, kenapa harus gua buang, kenapa ga gua kasih ke orang agar lebih bermanfaat, mungkin ini hasil dari didikan manja orang tua gua, semua jadi serba mudah.
Uang di dompet gua udah kosong melompong untuk membeli tiket dan beli makanan di jalan. Gua mencoba mengelilingi Terminal arjosari untuk mencari ATM di deket sana. Hampir 10 menit gua lalu lalang lalu akhirnya gua bisa bernafas lega, ternyata ATM tidak terlalu jauh dari tempat gua turun tadi. Setelah mengambil beberapa juta dari mesin ATM setelah menarik uang sebanyak 2 kali, Gua mengambil kertas struk yang sudah gua buang ke tempat sampah tadi. Saat gua mengecek nominalnya sebuah angka 1 dan ada 8 digit angka mengikutinya dibelakang, waw... sebanyak inikah uang yang dikirimkan bokap Gua selama ini, setahuku ATM ini diberikan saat ujian nasional kemarin, gua meminta uang hanya buat perpisahan dengan teman teman kelas gw. "Pa ini terlalu banyak".....
Gua masih berdiri di depan ATM. Gua sedang berfikir untuk segera mencari kendaraan untuk menuju kampus-kampus yang ada di kota ini, yang pertama terfikirkan adalah taxi tapi beberapa saat kemudian gua menghapus jauh jauh fikiran itu, gua harus hidup sederhana dan pilihan gua jatuh ke angkot. Mungkin karena gua terlalu fokus menyusun rencana , gua ga sadar bahwa ada seseorang di dekat gua, dari perawakannya dia masih seusia gua, dan dia seorang cewek.
"Mahasiswa baru juga?"
Gua celingak celingkuk mencari siapa yang diajak ngobrol cewek ini.
"Gua bukan indigo yang ngomong sendiri, gua ngomong sama elo" tanya cewek itu sedikit tersenyum melihat kebingungan gua.
"Oh Maaf, maaf. gak kok, eh ya."
Gadis itu lalu tertawa kecil melihat kebingungan gua. Ia sepertinya sudah berdiri di depan ATM sejak gua datang tadi. mungkin dia sedang bosan menunggu.
"Ya atau ga?" pancingnya.
"Gak, gua baru mau tes" jawab gua jujur, walau gak tahu harus tes dimana.
"Oalah, mau ikut tes mandiri toh"
"Mungkin begitu"
"Mungkin?" cewek itu mengerutkan dahu lalu dia tersenyum lebar melihat gua.
"Elu lucu ya, kok kayak linglung gitu" sambungnya.
"Makasih" jawab gua ragu.
"Itu bukan pujian loh"
"Oh maaf" jawabku ragu.
"Hahaha, Bercanda kok,emang elo mau kemana?"
"Kampus" jawabku ragu.
"Kampus apa? kan di sini ada puluhan kampus"
"Yang ada di malang"
"kan memang kita kan lagi dimalang"
"Yang deket deket aja mungkin" jawabku ragu. bodohnya aku gak cari referensi sebelum datang ke sini"
"hahaha... deket dari mana, kamu lucu ya"
"Gua harus bilang makasih atau maaf nih?" takut itu malah hinaan.
"Apa aja deh, kenalin nama gua Friska. Gua mahasiswa baru di Universitas Wijaya" dia mengulurkan tangannya untuk menjabat.
"Gua Adrian.. mmm mantan anak SMA " Jawab gua seraya menjabat tangannya.
"hahaha... ada ada sih aja elo"
"elo ngambil apa di Wijaya?"
"Gua?, Biologi"
"Biologi? mmm belajar biologi seru?" tanyaku penasaran.
"Kalo Gua sih suka, emang elo minatnya apa?"
"Yang bisa ngebuat hidup ini lebih seru dan asik" jawabku jujur. Selama ini hal yang gua idam idamkan.
"hahaha diplomatis bin ngawur jawaban elo" jawab friska.
"Bukan diplomatis, lebih tepatnya Gua bingung aja"
"Bingung? Bingung kenapa?"
TIIIINNN TIIINNNN
Suara klakson motor membuyarkan obrolan kami, seorang cewek berhenti di depan kami berdua.
"Frish udah lama?" tanya cewek yang baru datang itu.
"Udah kering neh gigi gua nunggu elo" jawab friska.
"Maaf maaf, tadi agak macet maklum weekend"
"Gua maafin asal lo traktir gua es cream" goda Friska.
"Ih maruk sekali, udah minta di jemput, sekarang minta di traktir. Nunggunya sama cowok ganteng lagi"
"Eh dasar mulut elo nyablak bener seh, oh iya adrian gw duluan ya, sukses buat Tesnya, ayok bela, tarik"
"Tarik tarik, emang gw angkot"..
"Becanda bela"
"Bener neh gua ga dikenalain nih?"
"Eh elo apa apan sih, malu maluin aja, ayo berangkat"
"Duluan ya ganteng" kata cewek yang dipanggil bela oleh Friska tadi.
Mareka akhirnya melaju memecah kota malang.
Friska, orang pertama yang gua kenal di kota ini.
Oke, Gua udah mutusin buat ikut tes mandiri Universitas Wijaya, jurusan Biologi.
Polling
0 suara
Terlepas dari plot kisah ini, ada di team manakah kalian?
Diubah oleh kawan.betina 16-10-2020 11:01
![ugalugalih](https://s.kaskus.id/user/avatar/2023/12/06/avatar11513252_2.gif)
![bebyzha](https://s.kaskus.id/user/avatar/2021/08/27/avatar11086311_3.gif)
![fernicos](https://s.kaskus.id/user/avatar/2003/06/03/avatar16483_11.gif)
fernicos dan 153 lainnya memberi reputasi
138
373.4K
Kutip
1.9K
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
![kawan.betina](https://s.kaskus.id/user/avatar/2016/04/06/avatar8621722_20.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
kawan.betina
#1286
[BOOK SPESIAL ][NEW EPISODE 12] ~ PMS ??
Quote:
“Vania hari ini kesambet setan apa sih? Gila banget, masa gua datang 1 Menit lebih awal malah dimarahin, Apalagi gua telat,” Omel Heri yang baru datang dari dalam Basecemp cowok sambil membawa satu gelas kopi hitam di tangan kirinya lalu duduk kesal di teras depan bersama Gua, Thomas dan Gilang.
“Vania Lagi PMS kali Her,” Jawab Thomas.
“Kayakya sih gitu, Semua kena omel. Kesel bangat gua, Gua udah capek seharian angkat-angkat kursi, eh malah Kena omel. Fattah diem aja lagi, malah dia juga kena Omel,” Lanjut Heri.
“Serem emang kalau Cewek lagi PMS” Balas Thomas
“Gua curiganya sih bukan karena PMS, Karena harusnya Vania Mensnya masih Lama kali” Sahut Gilang sok tahu sambil memakai tangannya seolah olah sedang berhitung.
“Kok lo bisa tahu lang?” Tanya Thomas bingung.
“Gua gitu loh” Balas Gilang yang malah bangga.
“Kok bangga sih Lang, Eh lo serem kali, Penjahat kelamin loh ya? Gila Gila” Ejek Heri.
“Parah sih ini, Takut gua sama elo Lang! Kok bisa` siklus mens orang sampai lo teliti” Lanjut Thomas.
“Buset kok malah pada serius banget sih, gua kan di sini jobdesknya jadi kurir, setan! Gua yang ditugasin beli ini itu, termasuk barang barang pribadi anak anak cewek, Sialan kalian nuduh-nuduh gua sembarangan”Bantah Gilang. “Gua cuman mau kasih tahu kalau Vania gak PMS, dia itu kesel gara gara si abang Adrian” Lanjut Gilang sok puitis.
“Jangan Mulai fitnah deh lang,” jawab Gua yang sudah malas dengan ejekan gilang dari siang tadi.
“Ini bukan fitnah bro tapi hipotesa yang nanti akan jadi fakta,” Jawab Gilang yakin.
“Emang Vania ada masalah apa sama lo ian, bukannya kalian akrab-akrab aja, malah kalian sering jadi sekutu ngelawan Fattah kan?” Tanya Thomas.
“Maka dari itu Thom, saking akrabnya mereka, sampai- sampai saat Adrian boncengan sama Zaza, Vania jadi badmood seharian.” Jelas Gilang bangga dan yakin dengan pendapatnya
“Yang bener?” Jawab Thomas kaget.
“Buat apa juga gua bohong, Gua lihat dengan mata, kepala, hidung, mulut gua sendiri. Gua yakin 1000% sama apa yang gua saksikan” jawab Gilang menegaskan.
“Vania kan sudah ada Fattah kali Lang” Celetuk Thomas.
“Krisdayanti juga udah punya anang, masih bisa tuh sama Raul Lemos” Balas Gilang.
“Udah deh lang, Jangan bikin gosip yang enggak enggak” Balas gua yang lama lama jadi emosi karena gilang.
“Tapi bener juga sih, kadang kadang gua sering lihat vania memandang ian dari kejauhan gitu, Fokus banget. Kayak kagum gitu,”Balas Thomas mulai ikut
“Masak sih? Kok gua gak merasa begitu ya?” Balas Heri belum yakin.
“Lo kan gak punya perasaan Her, Lo mah gak peka, Kemarin kemarin sebelum gosip hubungan fattah sama vania keluar, Jelas jelas Vania bersikap menghindari lo setiap hari gara gara Fattah. Tapi lo gak pernah peka tuh, sampai kami yang ngeliatnya gregetan” Balas Thomas.
“Masak sih?” Balas Heri merasa hal itu tak pernah terjadi.
“Terus kalau udah gini gimana ian?” Tanya thomas
“Gimana apanya? Kalian yang berspekulasi kok gua yang kalian suruh mikir, cowok kok malah gosip.” balas gua semakin kesal.
“Kalau pendapat gua sih ini masalah gawat, apalagi kalau ian malah menanggapi” Lanjut Thomas gak peduli dengan omongan gua.
“Udah-udah! kalian ini bisa gak bahas yang lain aja” Jawab gua mulai menyerah.
“Gila sih kalau sampai Vania beneran suka sama lo ian, Munafik sekali. Gua aja dia tolak karena ada Fattah giliran sama elo malah dia terima, sangat Munafik namanya” Jawab Heri mulai ikut kesel.
“Kalau itu mah kayaknya bukan munafik Her, tapi Vania realistis aja, masak dia mau turun level dari fattah ke elo, kalau ke ian kan masih sepantaran lah, malah naik tuh levelnya” Ejek thomas
“Asem, Gua gak kalah keren kali sama Fattah” Bela heri.
Di tengah obrolan ngalur-ngidul itu tiba tiba Vania keluar dari dalam penginapan cewek menuju jalan raya, Lalu Tampak Fattah mengejar Vania dari belakang lalu menarik tangan Vania dengan pelan.
“Kamu mau kemana sih?” tanya Fattah, suara mereka sayup sayup terdengar sampai telinga kami di teras basecamp cowok.
“Terserah aku lah” Balas Vania dengan Nada yang lebih tinggi, beruntung jarak antar rumah agak jauh sehingga tidak ada rumah warga di sekitar sini, membuat perdebatan dua sejoli itu tidak menimbulkan prasangka lain.
“Ini sudah malam loh Van, gak enak di lihat sama warga desa lain kalau cewek keluar malam malam sendiri” Jawab Fattah yang masih tampak sangat sabar.
“jangan lebay deh, Biasanya juga anak anak keluar beli snak di warung depan Kantor desa” Balas` Vania.
“Ya makanya aku temenin ya,” Balas Fattah.
“Kamu memang egois ya, kamu selalu anggap aku kayak anak kecil, sok ngekang ngekang aku, sok punya kendali atas` hidup aku” Balas Vania dengan suara bergetar.
“Aku cuma ingin ngelindungi kamu van” Jawab fattah.
“Lindungi? Dengan cara bohongin aku? Dengan cara kekang aku di sini? Tapi kamu malah bebas kesana kemari, makan di tempat tempat enak, Jalan jalan ke desa desa sebelah” Balas vania dengan nada yang sangat kesal.
“Aku kan rapat kordes, Aku wajib keluar desa, Rapatnya memang di cafe dan kami gak jalan jalan, kordes lain cuman nunjukin progress proker pengembangan destinasi wisata yang mereka buat, mereka minta saran kepada kordes yang lain” Balas Fattah mencoba menjelaskan sedetail mungkin.
“Terus kenapa gak pernah cerita? Terus kenapa gak bilang? Kalau memang kamu gak salah ya bilang aja” Balas Vania”
“Karena...” Fattah tampak bingung mau menjawab apa.
“Karena kamu merasa bersalah kan? Karena kamu mau ngekang aku aja dan kamu bebas kesana kemari atas nama tugas?” Jawab Vania, lalu menoleh pergi.
“Van” Fattah mencoba mengikuti Vania namun Vania kembali berbalik.
“Jangan ikutin aku!” Tegas Vania.
“Van” Melas Fattah.
“kalau kamu sampai ikutin aku, aku teriak” Ancam Vania.
“Van”
“Kalau sampai aku lihat kamu ngikutin aku dari jauh, aku buat KKN ini ribut” Ancam vania lagi. fattah terdiam lalu tampaknya Fattah melihat kami yang sejak tadi memantau keributan itu dari teras. Vania pergi berjalan sendiri.
“Bantu Gua,” Kata Fattah berlari menuju kami.
“Kalian kenapa sih?” Tanya Gilang.
“Vania marah gara gara berapa hari lalu gua keluar desa dan makan di ayam goreng di depan kantor kecamatan, Gua cuman rapat kordes di sana aja, Mood dia jelek belakangan ini” Kata fattah tampak putus asa.
“Ya agak aneh sih marahnya” Balas Thomas.
“Gimana Thomas teori gua?” Kata Gilang sambil mengdedipkan matanya.
“Lang!” Kata Gua memelototi Gilang.
“Teori apa?” Tanya Fattah.
“Gua kejar Vania ya?” Kata Heri bersiap melangkah namun fattah memegang pundak Heri.
“Jangan elo!” Tahan Fattah, Fattah menatap kami satu persatu. Fattah sepertinya masih hati hati dengan Feri yang awal KKN dulu mendekati Vania.
“ian?” Panggil Fattah.
“Ya?” Jawab Gua singkat.
“Kayaknya lo yang paling rasional yang bisa bantu gua” Lanjut Fattah. Gilang menepuk jidatnya seolah menyayangkan pilihan Fattah.
Gua gak menjawab omongan fattah dan hanya melangkah menuju arah Vania pergi. Ia tampak belum jauh, langkah kakinya terlihat memelan dari kejauhan. Sepertinya ia agak ragu saat akan melewati salah satu rumah warga yang terasnya di penuhi pemuda-pemuda yang sedang main karambol.
“Mbak sendiri aja” Sahut seorang pemuda yang sedang main karambol tersebut. Vania tampak agak takut menjawab, Gua setengah berlari mengejar vania yang tampak sangat gugup.
“Berdua sama saya Mas Ari” Jawab Gua setengah ngos-ngosan.
“Loh Mas ian? Mau kemana malam malam begini,” tanya Pemuda itu.
“Biasa mas, jadi bodyguard teman teman cewek, tadi balik sebentar karena lupa bawa dompet” Balas gua biar terlihat natural.
“Kalau di sini aman sih mas, gak perlu bodyguard bodyguard tapi memang baiknya tetap di temani sama cowok kalau keluar malam lamal begini” Lanjut pemuda tersebut.
Vania tampak lebih tenang.
“Ayo main karambol mas?” Ajak pemuda tersebut.
“Besok besok ya mas, ajarin saya sampai jago ya tapi kayaknya bukan Mas Ari deh yang ngajarin, Bedaknya sudah kebanyakan itu,” Balas gua setengah tertawa sambil menunjuk wajah pemuda itu yang penuh bedak, biasanya mereka yang kalah di kasih bedak di mukanya.
“Hehehe ia mas, gendeng arak arek ini, pada jago jago banget” jawab pemuda itu.
“Saya lanjut ya mas, udah malam” jawab gua.
“Siap mas ian, hati hati mas” lanjut pemuda tersebut.
Gua lalu berjalan meninggalkan segerombolan pemuda desa yang sedang main karambol tersebut.
“Makasih ian,” Kata Vania tiba tiba.
“Buat?” tanya gua heran.
“Karena udah nemenin gua,” Balas vania.
“Nanti terima kasihnya sama Fattah aja, dia yang nyuruh gua” Jawab gua jelas```.
“Oh” Jawab Vania malas.
“Marah gara gara ayam goreng?” Sindiri gua kepada Vania.
“Lo tadi nguping pembicaraan gua sama fattah” Kata Vania terhenti dan memandang gua dengan tajam.
“Kebetulan telinga gua masih normal van, jadi kalau ada orang teriak teriak di jalan ya gua masih dengar,” Jawab gua santai.
“Emang suara gua tadi besar banget ya?” Tanya Vania yang tampaknya baru sadar dengan kecerobahannya tadi.
“Lumayan” jawab Gua jujur.
“Aduh gimana ini? Kalau banyak yang dengar?” Tanya Vania yang sekarang malah tampak Panik.
“Baru mikir konsekuensinya sekarang? Bukannya tadi ancamanmu ke Fattah malah mau teriak ya” Sindir gua lagi.
“Jangan nyebelin deh ian” Jawab Vania yang mulai kesal dengan sindiran gua.
“Lo yang aneh! kenapa berapa hari ini sensitif banget, anak anak banyak yang ngomongin elo tuh,” Lanjut Gua tanpa basa basi.
“Gue?” tanya Vania.
“jangan bilang elo gak ngerasa begitu?” tanya Gua.
“Ya gua ngerasa kok,” Jawab Vania yang mulai melemaskan tensi emosinya yang sejak tadi menggebu gebu.
“Banyak yang jadi korban elo loh, kasian mereka hari ini capek fisik capek denger omelan elo juga” Lanjut gua berharap Vania sadar dengan perbuatannya hari ini.
“Kok elo nyalahin gua sih?” Vania tak terima di salahkan.
“Gua gak nyalahin, gua cuma ingetin, Gua takut elo kebablasan, padahal Lo jadi parner gua paling masuk akal di KKN ini, Paling enak di ajak diskusi, paling bisa gua andelin andai gua gak bisa di kegiatan kita, aneh aja tiba tiba lo punya sisi kenanak-kanakan yang marah gara gara ayam goreng” Lanjut Gua sindir Vania.
“Gua bukan marah gara gara ayam goreng ya, Gua marah karena Fattah gak adil, dia boleh kesana kemari sementara gua malah mendekam di desa ini,” Protes Vania memelas.
“Kan tugas dia emang begitu,” Jawab Gua jutek.
“Jadi dia memanfaatkan jabatannya menjadi kordes untuk kepentingan prbadinya,”Balas Vania.
“Bukannay itu rahasia umum ya, dari awal kan elo udah tahu, anak anak juga udah tahu, gimana cara dia bersikap ke elo, malah ke heri yang deketin elo, kita semua sudah kalau Fattah gak adil. tapi selama ini akhirnya semua terima terima saja.” Lanjut gua.
Vania terdiam kami berjalan dalam hening sampai kami tiba di warung kelontong yang sudah tertutup rapat dan lampu yang sudah gelap.
“Tutup” Celetuk Gua. “eh emang tujuan kita ke sini ya?” Gua malah bingung sendiri, karena warung kelontong ini cuman alasan gua kepada pemuda` pemuda desa tadi.
“Ye emang ke sini kok, ayo balik” Balas Vania
“Emang gua kekanak kanakan ya ian?” Tanya Vania setelah beberapa saat terdiam.
“Sedikit” jawab Gua jujur.
“Lo ilfil sama gua?”Tanya vania.
“Gua khawatir sama elo” jawab gua.
“Maaf” jawab Vania dengan nada penyesalan.
“kalau Lo ada masalah, lo bisa Cerita ke gua kok,” Kata gua menawarkan.
“Gak ada kok ian, Mood gua aja yang sedang gak stabil, rasanya kayak lagi PMS padahal bukan waktunya” Jawab Vania yang secara tidak langsung membenarkan ucapan gilang tadi di basecamp.
“Lo gak lagi cemburu kan karena berapa waktu lalu gua banyak bareng sama zaza kan?” Tanya Gua frontal, Semua tuduhan gilang tiba tiba sudah mendarat di ujung lidah gua.
“Apa? ah? Cemburu?” Jawab Vania terbata bata.
“Gilang bilang, ada kemungkinan elo suka sama gua karena kita lumayan sering bareng, sehingga saat gua beberapa waktu ini sering bareng zaza lalu ngebuat lo cemburu” Kata Gua menjelaskan dengan frontal.
“Gilang bilang begitu? Dia mau cari mati ya!” jawab Vania dengan wajah gugup.
“Kalau elo marah jadi gak bener kan? atau bener?”
“
Anu....”
“Loh udah balik aja mas ian” Sapa pemuda pemuda itu lagi.
“Ya nih warungnya tutup,” Jawab gua.
“Astaga tuhan, padahal tadi aku lihat Bu wati pemilik warung itu pergi magrib tadi, harusnya aku bilang biar mas ian gak capai jalan kesana” Lanjut Pemuda itu.
“Gak apa apa mas, sekalian olahraga malam” jawab gua. “aku langsung balik ya mas”
“hati hati mas” lanjut pemuda itu.
Obrolan gua dengan vania tiba tiba terhenti, hanya hening yang menemani kami, gua bingung mengawali obrolan lagi setelah di ganggu oleh sapaan pemuda tadi. Sampai kami sudah sampai di depan basecamp cewek.
“Gua masuk ya ian, makasih udah nemenin” Kata Vania.
“Ya sama-sama, jangan lupa terima kasihnya untuk Fattah juga” lanjut gua. Vania hanya mengangguk lalu berjalan masuk menuju basecamp KKN cewek.
“Van” panggil Gua, Vania menoleh.
“Jujur itu memang menjadi pilihan tersulit, namun untuk orang seperti gua yang sering menyesal karena naif dengan perasaan gua sendiri, gua sangat yakin, Jujur adalah pilihan paling baik dengan segala konsekuensinya.”
Vania tak bicara apa apa, Ia terdiam sebentar lalu berjalan masuk ke dalam rumah itu.
“Vania Lagi PMS kali Her,” Jawab Thomas.
“Kayakya sih gitu, Semua kena omel. Kesel bangat gua, Gua udah capek seharian angkat-angkat kursi, eh malah Kena omel. Fattah diem aja lagi, malah dia juga kena Omel,” Lanjut Heri.
“Serem emang kalau Cewek lagi PMS” Balas Thomas
“Gua curiganya sih bukan karena PMS, Karena harusnya Vania Mensnya masih Lama kali” Sahut Gilang sok tahu sambil memakai tangannya seolah olah sedang berhitung.
“Kok lo bisa tahu lang?” Tanya Thomas bingung.
“Gua gitu loh” Balas Gilang yang malah bangga.
“Kok bangga sih Lang, Eh lo serem kali, Penjahat kelamin loh ya? Gila Gila” Ejek Heri.
“Parah sih ini, Takut gua sama elo Lang! Kok bisa` siklus mens orang sampai lo teliti” Lanjut Thomas.
“Buset kok malah pada serius banget sih, gua kan di sini jobdesknya jadi kurir, setan! Gua yang ditugasin beli ini itu, termasuk barang barang pribadi anak anak cewek, Sialan kalian nuduh-nuduh gua sembarangan”Bantah Gilang. “Gua cuman mau kasih tahu kalau Vania gak PMS, dia itu kesel gara gara si abang Adrian” Lanjut Gilang sok puitis.
“Jangan Mulai fitnah deh lang,” jawab Gua yang sudah malas dengan ejekan gilang dari siang tadi.
“Ini bukan fitnah bro tapi hipotesa yang nanti akan jadi fakta,” Jawab Gilang yakin.
“Emang Vania ada masalah apa sama lo ian, bukannya kalian akrab-akrab aja, malah kalian sering jadi sekutu ngelawan Fattah kan?” Tanya Thomas.
“Maka dari itu Thom, saking akrabnya mereka, sampai- sampai saat Adrian boncengan sama Zaza, Vania jadi badmood seharian.” Jelas Gilang bangga dan yakin dengan pendapatnya
“Yang bener?” Jawab Thomas kaget.
“Buat apa juga gua bohong, Gua lihat dengan mata, kepala, hidung, mulut gua sendiri. Gua yakin 1000% sama apa yang gua saksikan” jawab Gilang menegaskan.
“Vania kan sudah ada Fattah kali Lang” Celetuk Thomas.
“Krisdayanti juga udah punya anang, masih bisa tuh sama Raul Lemos” Balas Gilang.
“Udah deh lang, Jangan bikin gosip yang enggak enggak” Balas gua yang lama lama jadi emosi karena gilang.
“Tapi bener juga sih, kadang kadang gua sering lihat vania memandang ian dari kejauhan gitu, Fokus banget. Kayak kagum gitu,”Balas Thomas mulai ikut
“Masak sih? Kok gua gak merasa begitu ya?” Balas Heri belum yakin.
“Lo kan gak punya perasaan Her, Lo mah gak peka, Kemarin kemarin sebelum gosip hubungan fattah sama vania keluar, Jelas jelas Vania bersikap menghindari lo setiap hari gara gara Fattah. Tapi lo gak pernah peka tuh, sampai kami yang ngeliatnya gregetan” Balas Thomas.
“Masak sih?” Balas Heri merasa hal itu tak pernah terjadi.
“Terus kalau udah gini gimana ian?” Tanya thomas
“Gimana apanya? Kalian yang berspekulasi kok gua yang kalian suruh mikir, cowok kok malah gosip.” balas gua semakin kesal.
“Kalau pendapat gua sih ini masalah gawat, apalagi kalau ian malah menanggapi” Lanjut Thomas gak peduli dengan omongan gua.
“Udah-udah! kalian ini bisa gak bahas yang lain aja” Jawab gua mulai menyerah.
“Gila sih kalau sampai Vania beneran suka sama lo ian, Munafik sekali. Gua aja dia tolak karena ada Fattah giliran sama elo malah dia terima, sangat Munafik namanya” Jawab Heri mulai ikut kesel.
“Kalau itu mah kayaknya bukan munafik Her, tapi Vania realistis aja, masak dia mau turun level dari fattah ke elo, kalau ke ian kan masih sepantaran lah, malah naik tuh levelnya” Ejek thomas
“Asem, Gua gak kalah keren kali sama Fattah” Bela heri.
Di tengah obrolan ngalur-ngidul itu tiba tiba Vania keluar dari dalam penginapan cewek menuju jalan raya, Lalu Tampak Fattah mengejar Vania dari belakang lalu menarik tangan Vania dengan pelan.
“Kamu mau kemana sih?” tanya Fattah, suara mereka sayup sayup terdengar sampai telinga kami di teras basecamp cowok.
“Terserah aku lah” Balas Vania dengan Nada yang lebih tinggi, beruntung jarak antar rumah agak jauh sehingga tidak ada rumah warga di sekitar sini, membuat perdebatan dua sejoli itu tidak menimbulkan prasangka lain.
“Ini sudah malam loh Van, gak enak di lihat sama warga desa lain kalau cewek keluar malam malam sendiri” Jawab Fattah yang masih tampak sangat sabar.
“jangan lebay deh, Biasanya juga anak anak keluar beli snak di warung depan Kantor desa” Balas` Vania.
“Ya makanya aku temenin ya,” Balas Fattah.
“Kamu memang egois ya, kamu selalu anggap aku kayak anak kecil, sok ngekang ngekang aku, sok punya kendali atas` hidup aku” Balas Vania dengan suara bergetar.
“Aku cuma ingin ngelindungi kamu van” Jawab fattah.
“Lindungi? Dengan cara bohongin aku? Dengan cara kekang aku di sini? Tapi kamu malah bebas kesana kemari, makan di tempat tempat enak, Jalan jalan ke desa desa sebelah” Balas vania dengan nada yang sangat kesal.
“Aku kan rapat kordes, Aku wajib keluar desa, Rapatnya memang di cafe dan kami gak jalan jalan, kordes lain cuman nunjukin progress proker pengembangan destinasi wisata yang mereka buat, mereka minta saran kepada kordes yang lain” Balas Fattah mencoba menjelaskan sedetail mungkin.
“Terus kenapa gak pernah cerita? Terus kenapa gak bilang? Kalau memang kamu gak salah ya bilang aja” Balas Vania”
“Karena...” Fattah tampak bingung mau menjawab apa.
“Karena kamu merasa bersalah kan? Karena kamu mau ngekang aku aja dan kamu bebas kesana kemari atas nama tugas?” Jawab Vania, lalu menoleh pergi.
“Van” Fattah mencoba mengikuti Vania namun Vania kembali berbalik.
“Jangan ikutin aku!” Tegas Vania.
“Van” Melas Fattah.
“kalau kamu sampai ikutin aku, aku teriak” Ancam Vania.
“Van”
“Kalau sampai aku lihat kamu ngikutin aku dari jauh, aku buat KKN ini ribut” Ancam vania lagi. fattah terdiam lalu tampaknya Fattah melihat kami yang sejak tadi memantau keributan itu dari teras. Vania pergi berjalan sendiri.
“Bantu Gua,” Kata Fattah berlari menuju kami.
“Kalian kenapa sih?” Tanya Gilang.
“Vania marah gara gara berapa hari lalu gua keluar desa dan makan di ayam goreng di depan kantor kecamatan, Gua cuman rapat kordes di sana aja, Mood dia jelek belakangan ini” Kata fattah tampak putus asa.
“Ya agak aneh sih marahnya” Balas Thomas.
“Gimana Thomas teori gua?” Kata Gilang sambil mengdedipkan matanya.
“Lang!” Kata Gua memelototi Gilang.
“Teori apa?” Tanya Fattah.
“Gua kejar Vania ya?” Kata Heri bersiap melangkah namun fattah memegang pundak Heri.
“Jangan elo!” Tahan Fattah, Fattah menatap kami satu persatu. Fattah sepertinya masih hati hati dengan Feri yang awal KKN dulu mendekati Vania.
“ian?” Panggil Fattah.
“Ya?” Jawab Gua singkat.
“Kayaknya lo yang paling rasional yang bisa bantu gua” Lanjut Fattah. Gilang menepuk jidatnya seolah menyayangkan pilihan Fattah.
Gua gak menjawab omongan fattah dan hanya melangkah menuju arah Vania pergi. Ia tampak belum jauh, langkah kakinya terlihat memelan dari kejauhan. Sepertinya ia agak ragu saat akan melewati salah satu rumah warga yang terasnya di penuhi pemuda-pemuda yang sedang main karambol.
“Mbak sendiri aja” Sahut seorang pemuda yang sedang main karambol tersebut. Vania tampak agak takut menjawab, Gua setengah berlari mengejar vania yang tampak sangat gugup.
“Berdua sama saya Mas Ari” Jawab Gua setengah ngos-ngosan.
“Loh Mas ian? Mau kemana malam malam begini,” tanya Pemuda itu.
“Biasa mas, jadi bodyguard teman teman cewek, tadi balik sebentar karena lupa bawa dompet” Balas gua biar terlihat natural.
“Kalau di sini aman sih mas, gak perlu bodyguard bodyguard tapi memang baiknya tetap di temani sama cowok kalau keluar malam lamal begini” Lanjut pemuda tersebut.
Vania tampak lebih tenang.
“Ayo main karambol mas?” Ajak pemuda tersebut.
“Besok besok ya mas, ajarin saya sampai jago ya tapi kayaknya bukan Mas Ari deh yang ngajarin, Bedaknya sudah kebanyakan itu,” Balas gua setengah tertawa sambil menunjuk wajah pemuda itu yang penuh bedak, biasanya mereka yang kalah di kasih bedak di mukanya.
“Hehehe ia mas, gendeng arak arek ini, pada jago jago banget” jawab pemuda itu.
“Saya lanjut ya mas, udah malam” jawab gua.
“Siap mas ian, hati hati mas” lanjut pemuda tersebut.
Gua lalu berjalan meninggalkan segerombolan pemuda desa yang sedang main karambol tersebut.
“Makasih ian,” Kata Vania tiba tiba.
“Buat?” tanya gua heran.
“Karena udah nemenin gua,” Balas vania.
“Nanti terima kasihnya sama Fattah aja, dia yang nyuruh gua” Jawab gua jelas```.
“Oh” Jawab Vania malas.
“Marah gara gara ayam goreng?” Sindiri gua kepada Vania.
“Lo tadi nguping pembicaraan gua sama fattah” Kata Vania terhenti dan memandang gua dengan tajam.
“Kebetulan telinga gua masih normal van, jadi kalau ada orang teriak teriak di jalan ya gua masih dengar,” Jawab gua santai.
“Emang suara gua tadi besar banget ya?” Tanya Vania yang tampaknya baru sadar dengan kecerobahannya tadi.
“Lumayan” jawab Gua jujur.
“Aduh gimana ini? Kalau banyak yang dengar?” Tanya Vania yang sekarang malah tampak Panik.
“Baru mikir konsekuensinya sekarang? Bukannya tadi ancamanmu ke Fattah malah mau teriak ya” Sindir gua lagi.
“Jangan nyebelin deh ian” Jawab Vania yang mulai kesal dengan sindiran gua.
“Lo yang aneh! kenapa berapa hari ini sensitif banget, anak anak banyak yang ngomongin elo tuh,” Lanjut Gua tanpa basa basi.
“Gue?” tanya Vania.
“jangan bilang elo gak ngerasa begitu?” tanya Gua.
“Ya gua ngerasa kok,” Jawab Vania yang mulai melemaskan tensi emosinya yang sejak tadi menggebu gebu.
“Banyak yang jadi korban elo loh, kasian mereka hari ini capek fisik capek denger omelan elo juga” Lanjut gua berharap Vania sadar dengan perbuatannya hari ini.
“Kok elo nyalahin gua sih?” Vania tak terima di salahkan.
“Gua gak nyalahin, gua cuma ingetin, Gua takut elo kebablasan, padahal Lo jadi parner gua paling masuk akal di KKN ini, Paling enak di ajak diskusi, paling bisa gua andelin andai gua gak bisa di kegiatan kita, aneh aja tiba tiba lo punya sisi kenanak-kanakan yang marah gara gara ayam goreng” Lanjut Gua sindir Vania.
“Gua bukan marah gara gara ayam goreng ya, Gua marah karena Fattah gak adil, dia boleh kesana kemari sementara gua malah mendekam di desa ini,” Protes Vania memelas.
“Kan tugas dia emang begitu,” Jawab Gua jutek.
“Jadi dia memanfaatkan jabatannya menjadi kordes untuk kepentingan prbadinya,”Balas Vania.
“Bukannay itu rahasia umum ya, dari awal kan elo udah tahu, anak anak juga udah tahu, gimana cara dia bersikap ke elo, malah ke heri yang deketin elo, kita semua sudah kalau Fattah gak adil. tapi selama ini akhirnya semua terima terima saja.” Lanjut gua.
Vania terdiam kami berjalan dalam hening sampai kami tiba di warung kelontong yang sudah tertutup rapat dan lampu yang sudah gelap.
“Tutup” Celetuk Gua. “eh emang tujuan kita ke sini ya?” Gua malah bingung sendiri, karena warung kelontong ini cuman alasan gua kepada pemuda` pemuda desa tadi.
“Ye emang ke sini kok, ayo balik” Balas Vania
“Emang gua kekanak kanakan ya ian?” Tanya Vania setelah beberapa saat terdiam.
“Sedikit” jawab Gua jujur.
“Lo ilfil sama gua?”Tanya vania.
“Gua khawatir sama elo” jawab gua.
“Maaf” jawab Vania dengan nada penyesalan.
“kalau Lo ada masalah, lo bisa Cerita ke gua kok,” Kata gua menawarkan.
“Gak ada kok ian, Mood gua aja yang sedang gak stabil, rasanya kayak lagi PMS padahal bukan waktunya” Jawab Vania yang secara tidak langsung membenarkan ucapan gilang tadi di basecamp.
“Lo gak lagi cemburu kan karena berapa waktu lalu gua banyak bareng sama zaza kan?” Tanya Gua frontal, Semua tuduhan gilang tiba tiba sudah mendarat di ujung lidah gua.
“Apa? ah? Cemburu?” Jawab Vania terbata bata.
“Gilang bilang, ada kemungkinan elo suka sama gua karena kita lumayan sering bareng, sehingga saat gua beberapa waktu ini sering bareng zaza lalu ngebuat lo cemburu” Kata Gua menjelaskan dengan frontal.
“Gilang bilang begitu? Dia mau cari mati ya!” jawab Vania dengan wajah gugup.
“Kalau elo marah jadi gak bener kan? atau bener?”
“
Anu....”
“Loh udah balik aja mas ian” Sapa pemuda pemuda itu lagi.
“Ya nih warungnya tutup,” Jawab gua.
“Astaga tuhan, padahal tadi aku lihat Bu wati pemilik warung itu pergi magrib tadi, harusnya aku bilang biar mas ian gak capai jalan kesana” Lanjut Pemuda itu.
“Gak apa apa mas, sekalian olahraga malam” jawab gua. “aku langsung balik ya mas”
“hati hati mas” lanjut pemuda itu.
Obrolan gua dengan vania tiba tiba terhenti, hanya hening yang menemani kami, gua bingung mengawali obrolan lagi setelah di ganggu oleh sapaan pemuda tadi. Sampai kami sudah sampai di depan basecamp cewek.
“Gua masuk ya ian, makasih udah nemenin” Kata Vania.
“Ya sama-sama, jangan lupa terima kasihnya untuk Fattah juga” lanjut gua. Vania hanya mengangguk lalu berjalan masuk menuju basecamp KKN cewek.
“Van” panggil Gua, Vania menoleh.
“Jujur itu memang menjadi pilihan tersulit, namun untuk orang seperti gua yang sering menyesal karena naif dengan perasaan gua sendiri, gua sangat yakin, Jujur adalah pilihan paling baik dengan segala konsekuensinya.”
Vania tak bicara apa apa, Ia terdiam sebentar lalu berjalan masuk ke dalam rumah itu.
![xue.shan](https://s.kaskus.id/user/avatar/2023/06/30/avatar11423014_4.gif)
![jenggalasunyi](https://s.kaskus.id/user/avatar/2019/07/31/avatar10662509_10.gif)
![bebyzha](https://s.kaskus.id/user/avatar/2021/08/27/avatar11086311_3.gif)
bebyzha dan 29 lainnya memberi reputasi
30
Kutip
Balas
Tutup