Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

rahmilfAvatar border
TS
rahmilf
Ada Apa Dengan Indonesia? Sejarah 1945 Nyaris Terlupa !!!
Begitu sulitkah mencintai budaya bangsa sendiri? Begitu istimewakah budaya bangsa lain sehingga masyarakat kita lebih mengagungkan budaya luar? Begitu spesialkah budaya mereka sehingga kita dengan mudah menyesuaikan pola hidup kita dengan mereka? Hingga kita sendiri lupa akan satu kewajiban kita yaitu melestarikan budaya dalam negeri. Tak dapat dipungkiri betapa hebatnya budaya luar mengubah pola pikir masyarakat kita yang berbudaya timur.

    Indonesia dengan beragam suku bangsa, beribu karakter dari setiap penduduk Nusantara ternyata bisa dengan mudah terbelenggu oleh budaya barat yang logikanya saja berbanding 180 derajat dengan bangsa timur kita. Secara perlahan budaya barat meresap di hati sanubari kita sebagai insan yang berbudaya, beretika, dan bertradisi yang kuat. Indonesia, negara seribu pulau dari Sabang hingga Merauke, beraneka adat dan corak hidup yang unik, rela mati demi menegakkan satu budaya yang sangat tidak sesuai bagi cita-cita luhur bangsa kita, tujuan kemerdekaan kita, bangsa Indonesia.

    Kembali kita pada perjuangan mereka, tokoh-tokoh bangsa yang rela mati demi menegakkan kehormatan bangsa, mengibarkan bendera pusaka, demi harkat dan martabat bangsa. Begitu besar keinginan untuk keluar dari belenggu budaya asing. Begitu kuat ambisi untuk melestarikan budaya bangsa sendiri, cita-cita, dan tujuan negara kesatuan ini. Namun, kini semuanya ibarat lambat laun terkikis hanya dengan sapuan ombak bangsa yang dahulu menjajah bangsa ini. Ya, dengan berat hari perlu kita ketahui, kolonialisme itu kembali hadir. Mereka hadir di tengah- tengah kita, bahkan dalam sanubari kita, telah meresap ke jiwa kita, bangsa indonesia. Kasarnya, mereka kembali menjajah di bumi pertiwi ini.

    Burger, spagetti, KFC, dan MC. Donald sebagian dari jejak lahirnya kembali mereka di bumi yang indah ini. Perlahan mereka masuk dan menjajah melalui hal paling terkecil dan sederhana, namun sangat menata pertahanan mereka di ranah Indonesia. Tak kita sanggah bahwa kepintaran mereka merayu rakyat kita sungguh luar biasa hebat, hingga tak akan bisa sedikitpun kita tolak. Maksudnya apa? Ketelitian mereka akan selera bangsa kita yang haus akan mode, kuliner, dan arsitektur menjadi pendorong utama. Sebut saja baju yang selama ini kita kenal dengan kata ‘yukensi’ baju berbentuk dalaman yang seringkali diperagakan model barat pada ajang fashion internasional. Tidakkah kita malu memperagakan tubuk molek kita pada setiap lapis mata yang memandang? Begitulah adanya sekarang ini, kita malah lebih malu mengenakan busana kebaya yang sejarahnya adalah pakaian budaya timur sendiri. Malu kita sebagai bangsa yang beretika. Malu kita sebagai bangsa yang dengan mudah saja terpedaya akan iming- iming global.

    Di sisi lain kita lihat pula pada setiap tourist yang menetap di negara tercinta ini. Kebanggaan akan bangsa hadir kembali saat mereka sangat mencintai kain khas kita, bangsa Indonesia yaitu batik. Dengan segenap kegembiraan kita mengatakan bahwa kita sebagai bangsa yang memiliki keunikan telah menghasilkan suatu kreasi daerah yaitu batik sebagai simbol yang dapat mendunia. Ya, mereka bangsa barat mengenakan kain itu saat mereka berada di ranah kita bahkan mereka juga sering mengenakan batik di luar negeri. Tidakkah kita malu akan jati diri kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi kelestarian budayanya? Mereka bangsa asing saja menghargai bangsa kita, namun kita rela mengesampingkan identitas kita demi aplikasi barat yang notabene berbeda dan sangat berlainan dengan cita- cita bangsa.

    LGBT, kasus terbesar dewasa ini. Terakhir, kita dikagetkan dengan isu pernikahan sejenis yang diizinkan di Amerika. Berangkat dari itu, tak lama ini bangsa kita ternyata dengan gencar meresmikan pernikahan sejenis itu pula. Sebut saja di Bali, Jawa, bahkan di ranah minang tercinta. Tidakkah penyakit sosial telah menggandrungi masyarakat kita berkat kebarat-baratan itu? Aneh memang, namun begitulah adanya. Kita tidak bisa menyebarkan benih- benih kebaikan dari budaya bangsa kita di negara lain. Ah, tidak akan bisa. Sedangkan di negara sendiri saja terkesampingkan akan keberadaan budaya barat yang sangat dipuja-puja itu.

    Malang tak berselang, jati diri bangsa semakin terkikis berkat hadirnya sosial media yang disalahgunakan oleh masyarakat kita. Bagaikan kita adalah budak gadget. Setiap hari terombang- ambing akan kesenangan semu itu. hilanglah etika bangsa yang berbudaya. Adab dan tatakrama terbelenggu oleh jenis elektronik terbaru itu. Saat  berkumpul dengan keluarga yang dilihat hanya android. Mengacuhkan orang yang berbicara dengan kita berkat tablet. Bahkan sebagian kita rela menghardik orang tua hanya karena kekalahan kita saat bermain games di benda mati yang kita puja itu. Tak tertutup kemungkinan kita diperbudak oleh perkembangan zaman. Oleh sosial media yang notabene kita salahgunakan.

    Cukuplah kita menderita saat sebelum dikumandangkannya lagu Indonesia Raya, dahulu. Cukuplah pejuang kita berkorban sebelum saat dibacakannya Teks Proklamasi oleh Soekarno-Hatta waktu itu. cukuplah kita tahu bahwa kita sebenarnya telah merdeka 70 tahun yang lalu. Sudah lelah bumi pertiwi ini akan jajahan bangsa barat. Sudah letih bangsa ini akan koloni Belanda yang membuatnya semakin sekarat. Tak bisakah kita lepas dari belenggu penjajahan itu? Ya, semuanya ada pada kepalan tangan kita. Seberapa besar prinsip kita untuk memegang teguh jati diri bangsa Indonesia.

b.omat
nomorelies
akamamichi
akamamichi dan 5 lainnya memberi reputasi
0
1.1K
21
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
raptordeltadunnAvatar border
raptordeltadunn
#15
Ada Apa Dengan Indonesia? Sejarah 1945 Nyaris Terlupa !!!
b.omat
b.omat memberi reputasi
1
Tutup