pilot.mirage449Avatar border
TS
pilot.mirage449
Ada Monster di Balik Baterai, Kendaraan Listrik Ramah Lingkungan Hanyalah Fatamorgana


PIKIRAN RAKYAT – Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali telah usai. Selain berupaya mencari solusi pemulihan ekonomi dunia, ajang itu jadi kesempatan bagi Indonesia menunjukkan komitmennya terhadap kelestarian lingkungan, salah satunya penggunaan EV (electric vehicle).

Ada 1.452 EV (962 mobil listrik, 454 sepeda motor listrik, dan 36 bus listrik) yang disiapkan untuk mendukung KTT G20.

Atensi pemerintah soal kendaraan ramah lingkungan diinisiasi tahun 2019 dengan mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 55/2019 Tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) untuk Transportasi Jalan.

Dalam sosialisasi di Jakarta, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menuturkan, kendaraan listrik berenergi bersih, ramah lingkungan, dan lebih irit dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil (BBM).

Soal irit, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat pernah melakukan perhitngan bahwa 1 liter BBM setara 1,2 kwh listrik. Dengan harga listrik per kwh Rp1.444 (dibulatkan Rp 1.500), 1,2 kwh listrik setara dengan Rp1.700.

Artinya, penggunaan listrik jauh lebih hemat dibanding seliter BBM yang harganya Rp10.000-Rp21.000.

Selain hemat energi dan biaya, EV lebih terjamin seiring rencana pemerintah menambah fasilitas pengisian daya dan tempat penukaran baterai.

Menggunakan EV diklaim ramah lingkungan dan bebas polusi. Betulkah ”iklan-iklan” itu? Video yang diunggah 8 bulan lalu di kanal YouTube California Insider mungkin bisa membuka pemikiran baru dan menjadi bahan diskusi.

Dalam video itu, hadir narasumber Mark Mills, fisikawan dan pakar senior di Manhattan Institute, Amerika Serikat. Singkatnya, Mark menegaskan bahwa jargon kendaraan listrik ramah lingkungan dan tidak emisi gas buang, hanya fatamorgana.

Mark mencontohkan satu bagian dari EV yaitu baterai. Baterai EV adalah produk yang sangat tidak ramah lingkungan, menyedot banyak energi, dan mengeluarkan banyak emisi saat pembuatannya, hingga penghancurannya.

Untuk membuat baterai, memerlukan proses kimia yang panjang dan kompleks. Prosesnya dimulai dari melelehkan bebatuan yang mengandung material sebagai bahan dasar.

Baterai EV adalah produk yang sangat rinci dengan perpaduan ribuan material dan bagian. Ketika baterai rusak atau tak terpakai, proses daur ulangnya tidak bisa sembarangan. Tidak sesederhana mesin kendaraan berbahaan metal yang tinggal melelehkannya.

Mendaur ulang baterai EV dimulai dengan mempreteli satu per satu setiap bagiannya. Pekerja harus memakai pakaian hazmat, saking beracunnya bahan-bahan pembentuk baterai.

Butuh waktu 1-2 jam untuk mendaur ulang 1 baterai EV tak terpakai. Setelah itu, dalam proses daur ulang, bahan kimia dari bagian-bagian itu harus benar-benar terpisah. Untuk mencapai hal itu, diperlukan teknologi yang sangat mahal dan sangat sulit.

Seiring gembar-gembor penggunaan EV, permintaan baterai meningkat. Artinya, semakin banyak sampah baterai yang harus didaur ulang. Dengan meningkatnya permintaan, emisi semakin besar.

Menurut Mark, tak ada yang namanya nol emisi dari kendaraan listrik. Yang benar, emisi itu berpindah ke daerah lain yang jadi pusat pembuatan baterai dan pertambangan mineral bahan baku baterai.

Untuk menghasilkan 1 baterai seberat 45 kg, harus menggali material hingga 227 ton. Untuk memproduksi baterai dengan energi setara 1 barel BBM, dibutuhkan 100-300 barel BBM.

Pertambangan kian masif untuk menggali mineral bahan baku baterai seperti litium, kobal, seng, dan lainnya.

”Permintaan bahan baku tersebut meningkat 400 persen hingga 4.000 persen. Mineral-mineral di Bumi ini, apabila ditambang habis-habisan pun, tidak akan mencukupi permintaan untuk pembuatan baterai,” kata Mark. Jadi, betulkah yakin ramah lingkungan?

Editor: Yusuf Wijanarko
Pikiran-rakyat
viniest
qavir
pengennyusu
pengennyusu dan 20 lainnya memberi reputasi
21
4.7K
155
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
power.of.lobe.Avatar border
power.of.lobe.
#12
Kalau mau kendaraan yg benar2 ramah lingkungan ya balik pake kuda lagi.
EV kan cuma salah satu alternatif ketika bahan bakar fosil habis.
muhamad.hanif.2
pilot.mirage449
nomorelies
nomorelies dan 4 lainnya memberi reputasi
3
Tutup