Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Hirarahmi39Avatar border
TS
Hirarahmi39
[Alur Film] Inang: Tentang Cinta Para Ibu yang Penuh Teror


Film On Thread
____________________________

emoticon-Cool


Kali ini mari kita bercerita tentang film "Inang", sebuah film horor tanpa penampakan setan yang tetap bikin merinding. Film ini mengangkat tema Rebo Wekasan,sebuah mitos di Tanah Jawa; bahwa anak yang lahir pada Rabu Wekasan akan selalu mendapat sial dan tak berumur panjang. Sehingga cara untuk selamat dari kutukan atau kesialan tersebut ialah dengan menyelenggarakan upacara tolak bala.

Harap diperhatikan! Thread ini mengandung spoiler! Bagi kalian yang tidak suka konten spoiler, silakan skip dan lanjut membaca thread lain. Terima kasih atas perhatiannya.

Selamat Membaca
____________________________


Tentang Film Inang

Inang adalah film horor; drama; dan misteri yang tayang bulan lalu di bioskop. Film ini digarap oleh Fajar Nugros di bawah naungan rumah produksi IDN Pictures. Inang mendapat nilai 6,6/10 di IMDb.

Adapun para pemain film ini adalah:

* Naysila Mirdad sebagai Wulan
* Lydia Kandao sebagai Bu Eva
* Rukman Rosadi sebagai Pak Agus
* Dimas Anggara sebagai Bergas
* Pritt Timoty sebagai Pak Ageng
* Nungki Kusumastuti sebagai Bu Bidan
* Totos Rasiti sebagai Bos Wulan
* Rania Putrisari sebagai Nita


Alur Film Inang



Wulan dinyatakan positif hamil dengan usia kandungan 16 minggu. Ia pun bercerita pada pacarnya untuk meminta pertanggungjawaban. Namun sayang sekali, laki-laki itu mangkir dari tanggung jawab dan malah menyarankan Wulan untuk aborsi.

Wulan menjadi sangat marah. Ia juga pusing dengan keadaannya. Alhasil ia jadi tidak fokus ketika bekerja; yakni sebagai kasir di salah satu supermarket. Nita yang melihat kondisi Wulan tampak tidak baik-baik saja, akhirnya mengajak Wulan bercerita di belakang supermarket.

Wulan lantas menceritakan semua yang ia alami pada Nita. Nita pun menyarankan Wulan agar fokus ke bayinya saja jika Wulan memang benar-benar ingin melahirkan bayi tersebut. Ia juga menjelaskan jika membesarkan bayi membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Hal ini membuat Wulan semakin bingung. Di satu sisi, ia merasa bahwa kondisi ekonominya sangat sulit; yang apabila ia membesarkan seorang bayi, dirinya akan dibuat semakin sulit. Namun di lain sisi, ia teringat akan masa kecilnya sebagai anak broken home. Ayah dan ibunya selalu bertengkar membuat Wulan tak mendapat cukup perhatian dan kasih sayang.

Pada akhirnya Wulan memutuskan untuk tetap melahirkan bayinya dan bertekad akan menyayangi bayi tersebut dengan sepenuh hati; agar bayinya tidak seperti dirinya waktu kecil dulu.

***

Sore hari Wulan pulang dari supermarket ke kontrakannya yang sempit dan dipenuhi hiruk-pikuk ala masyarakat kecil di Jakarta. Ada yang ribut dengan debt collector, bahkan ada pula yang sedang open BO tanpa menutup jendela.

Suasana itu membuat Wulan makin stres dan pusing. Ditambah lagi dengan kedatangan anak pemilik kontrakan yang menagih uang sewa yang sudah Wulan tunggak selama 2 bulan. Wulan sempat memohon diberi waktu sampai tanggal gajian tiba. Namun orang tersebut menolak. Ia mengancam akan mengusir Wulan jika dalam 2 hari Wulan tidak melunasi tunggakannya.

Wulan pun semakin kalut. Saking pusingnya, ia sampai berhalusinasi melihat janin di kloset kamar mandi. Saat itulah terpikirkan oleh Wulan untuk bergabung ke grup Support Bumil di Facebook.

Besoknya Wulan mencoba minta tolong ke Manajernya. Ia meminta agar gajinya diberikan lebih awal. Sayangnya Pak Manajer menolak dengan alasan pembagian gaji sudah ada sistem aturannya dari kantor. Akan tetapi, ia bersedia membantu asalkan Wulan mau 'melayaninya'.

Otomatis Wulan naik pitam dan menampar Menejer Mesum tersebut. Alhasil Wulan dipecat dan ia dibuat makin stres. Saat akan pulang ke kontrakan, Wulan sempat meratapi nasibnya sebentar. Saat itu ia ditelepon oleh admin grup Support Bumil, yang sayangnya panggilan itu terpaksa Wulan matikan karena ia lagi sedih.

Malamnya Wulan mencoba menghubungi admin itu lagi. Wulan menceritakan semua keluh kesahnya yang direspon dengan sangat lembut oleh admin pria tersebut. Si admin lantas menawarkan tiga solusi yakni:

• Memberi Wulan konseling sampai bayinya lahir.
• Menyarankan Wulan aborsi yang tidak membahayakan.
• Mencarikan orang tua asuh untuk bayi Wulan kelak.

Wulan lalu memilih obsi yang ketiga.

***



Keesokan harinya Wulan bertemu Bu Eva dan Pak Agus, pasangan paruh baya calon orang tua asuh bayi Wulan. Pasangan tersebut sangat ramah dan baik hati. Mereka bersedia membiayai kebutuhan vitamin, susu bumil, dan apapun demi kesehatan bayi Wulan. Mereka bahkan menyarankan Wulan agar tinggal dengan mereka saja agar mereka bisa menjaga Wulan dan bayinya.

Hal ini malah membuat Wulan khawatir. Ia mengira pasangan tersebut terlalu baik, sehingga ia takut ada maksud terselubung di baliknya. Akhirnya Wulan pun meminta waktu sebelum memutuskan akan menerima tawaran Bu Eva dan Pak Agus atau tidak.

Malam hari, sepulang bertemu dengan Bu Eva dan Pak Agus, Wulan dicegat oleh anak si pemilik kontrakan. Pria itu meminta uang kontrakan yang tentu saja tak dapat Wulan bayar. Alhasil Wulan diusir malam itu juga.

Wulan lalu memutuskan datang ke kost Nita untuk numpang tinggal sampai ia dapat kontrakan baru. Namun ia malah dibuat kaget dengan keberadaan Pak Manajer yang terborgol di kasur dalam posisi setengah telanjang, yang mana rupanya Nita ada sesuatu dengan Manajer tersebut. Parahnya lagi, si Manajer malah mengajak Wulan 'bergabung' yang ditanggapi Wulan dengan pergi dari sana dalam perasaan gondog dan kalut.

Karena bingung harus ke mana lagi, Wulan terpaksa menghubungi Bu Eva dan Pak Agus, lantas menerima tawaran mereka sebagai calon orang tua asuh.

***



Wulan dijemput langsung oleh Pak Agus. Setelah menempuh perjalanan panjang, mereka pun sampai di sebuah rumah asri yang letaknya jauh dari rumah warga lain. Di sekelilingnya banyak tanaman, hutan, dan sebuah lapangan luas. Di beranda rumah, ada Bu Eva yang menyambut Wulan dengan semringah.

Sebetulnya Wulan masih agak curiga dengan pasangan tersebut. Terlebih setelah masuk ke rumah Bu Eva yang menurutnya agak antik dan klasik. Namun kecurigaan itu kian lama kian pudar karena Bu Eva dan Pak Agus memperlakukannya dengan sangat baik. Mulai dari memberinya kamar yang nyaman, memasakkan makanan yang enak, bahkan mendatangkan bidan untuk memeriksa kandungannya secara berkala.

Setelah beberapa waktu, ketika kehamilan Wulan semakin besar, Pak Agus mempertemukan Wulan dengan Pak Ageng, seorang cenayang yang akan memeriksa kehamilan Wulan. Saat itu Wulan merasa sangat takut, apalagi saat Pak Ageng membacakan mantra Jawa yang Wulan tidak mengerti.

Setelah pemeriksaan selesai, Wulan mulai paranoid dan merasakan kejanggalan. Ia bermimpi bertemu sosok Bu Eva dan Pak Agus yang tampak seperti psikopat. Pak Agus bahkan memakan bayi Wulan mentah-mentah. Lalu ia juga bermimpi bertemu dengan sosok wanita berpakaian tradisional yang tampak menginginkan bayinya.

Hal itu membuat Wulan tidak tenang dan ketakutan. Bu Eva yang tahu kondisi Wulan langsung memanggil Bu Bidan. Ketika diperiksa, Wulan menceritakan semua yang ia rasakan dan alami. Bu Bidan pun menenangkan Wulan dengan berkata, "tak ada yang perlu dikhawatirkan."

Karena masih takut, Wulan pun mencoba menghubungi Nita diam-diam, dan meminta temannya itu datang menjemput. Sayangnya Bu Eva tiba-tiba muncul dan mendengar percakapan telepon itu.

Wulan sangat ketakutan awalnya. Tetapi Bu Eva mencoba menenangkan Wulan dengan mengatakan, bahwa dirinya akan sangat senang jika ada teman Wulan yang datang berkunjung.

***



Malam hari di kontrakan Nita. Ia sedang asyik bergulat dengan Pak Manajer. Tiba-tiba datang seorang driverojol yang mengantarkan sate ayam ke kontrakan tersebut. Pak Manajer sempat ragu menerima pesanan yang sama sekali tak ia pesan itu. Namun karena si driver mengatakan "sudah dibayar" ia langsung menerimanya dengan senang hati.

Pak Manajer langsung menyantap sate itu dengan Nita. Tak lama setelah itu, keduanya langsung muntah dan kejang-kejang. Mulut mereka mengeluarkan busa. Tak lama setelahnya, datang seorang pria yang langsung menggorok leher Nita. Pisau yang berlumuran darah ditaruh di tangan Pak Manajer yang masih kejang keracunan.

Pria pembunuh itu adalah Pak Agus yang sebelumnya menyamar menjadi driver ojol.

***



Wulan panik karena Nita tak bisa dihubungi. Bertepatan dengan itu sebuah mobil berhenti di depan rumah Bu Eva. Dari sana turun seorang laki-laki asing, yang ternyata adalah Bergas, putra semata wayang Bu Eva dan Pak Agus yang sudah lama menetap di Singapura.

Setelah keduanya dipertemukan oleh insiden kecil, Bu Eva lalu membawa Bergas agak menjauh dari Wulan. Di sana Bergas bertanya tentang siapa Wulan, yang kemudian dijawab oleh Bu Eva, "Dia Wulan. Salah satu keponakan Ibu, Gas."

Ya, Bu Eva berbohong.

Wulan yang tak sengaja menguping pun jadi semakin takut. Ia lalu membulatkan tekad untuk kabur dari rumah itu. Namun harus kecewa setelah melihat harga taksi online yang cukup mahal. Sehingga timbul niatnya untuk mencuri sedikit uang di kamar Bergas untuk ongkos taksi.

Benar saja, malamnya Wulan menyelinap ke kamar Bergas. Belum sempat beraksi, Bergas dan Bu Eva keburu datang. Untungnya Wulan berhasil sembunyi di lemari.

Lagi-lagi Wulan menguping percakapan ibu dan anak tersebut. Saat itu Bergas menanyakan keberadaan Mbok Sum--pengasuh Bergas dulu-- ke ibunya. Waktu Bergas berusia 10 tahun, di rumahnya ada pembantu bernama Mbok Sum yang sedang hamil.

Singkat cerita, percakapan itu selesai. Bergas dan Bu Eva keluar dari kamar. Wulan langsung menggunakan kesempatan itu untuk kabur. Sayangnya ia malah kepergok oleh Bergas, yang mana Bergas langsung menyidangnya. Wulan pun tak bisa mengelak. Ia bercerita kalau dirinya butuh uang untuk pergi dari rumah itu.

Bergas bertanya kenapa Wulan tak izin langsung ke orangtuanya? Kalau izin, mereka pasti akan memberi Wulan ongkos karena bagi mereka, uang segitu tidak ada apa-apanya. Namun Wulan menyanggah bahwa orang tua Bergas tidak sebaik itu. Ada sesuatu yang mereka sembunyikan.

Bergas yang tak terima orangtuanya dijelek-jelekkan langsung memarahi Wulan, dan mempertanyakan identitas Wulan. Namun Wulan yang kepalang kesal malah menyuruh Bergas yang mencari tahu sendiri.

***

Karena tak punya pilihan, Wulan pun terpaksa terus terang pada Bu Eva kalau dirinya berubah pikiran. Ia ingin membesarkan anaknya sendiri dan pamit dari rumah Bu Eva. Bu Eva mengatakan dirinya tidak masalah dan paham dengan keputusan Wulan. Namun beliau meminta Wulan tetap tinggal di sana sampai bayinya lahir. Wulan sebetulnya ingin menolak. Tetapi, dengan kekuatan 'jentikan' hipnotis Bu Eva, Wulan malah menyetujui permintaan tersebut.

Konten Sensitif


Ketika kembali ke kamarnya, Wulan dikagetkan dengan adanya Bergas di sana. Rupanya Bergas memang sedang menunggu kehadiran Wulan. Laki-laki itu meminta Wulan bercerita tentang siapa dirinya, karena dia juga mulai merasakan ada yang aneh dengan orangtuanya.

Wulan lalu menceritakan semuanya. Mendengar itu, Bergas berjanji akan membantu Wulan keluar dari rumahnya. Namun sebelumnya, ada beberapa hal yang harus mereka cari tahu lebih dulu.

Malam hari, Bergas mengajak Wulan ke gudang ayahnya. Di sana mereka menemukan buku mantra jawa dan catatan kelahiran. Ketika asyik menyelidiki kedua benda tersebut, Bu Eva dan Pak Agus datang. Keduanya yang panik langsung bersembunyi dalam mobil Pak Agus. Sayangnya mereka tetap ketahuan karena kursi roda yang dipakai Bergas untuk mendorong Wulan masih ada di luar.

Bergas dan Wulan pun disidang. Saat itu Wulan berkata kalau dirinyalah yang mengajak Bergas keluar malam-malam. Ia beralasan kalau dirinya telah lama tak berhubungan badan dan ingin mengajak Bergas begituan di gudang. Berkat alasan tersebut, Pak Agus dan Bu Eva tak jadi curiga kepada mereka.

***



Di kamarnya Bergas mulai mempelajari semua barang bukti yang berhasil ia temukan. Mulai dari buku mantra sampai ke foto-foto lama yang tak sengaja ia temukan di kotak mainannya dulu. Saat itulah Bergas mulai menarik benang merah, bawah setiap ia akan berulang tahun kelipatan sepuluh, selalu ada orang hamil di rumahnya.

Dari buku mantra tersebut Bergas tahu bahwa itu adalah mantra penolak bala dengan menumbalkan bayi dan ibu hamil. Sekarang, ketika ia akan berulang tahun ke-30, giliran Wulan yang akan ditumbalkan.

Walau masih kaget dengan fakta itu, Bergas tak mau buang-buang waktu. Ia langsung membawa Wulan kabur. Karena mobil ayahnya mendadak tak bisa nyala, Bergas terpaksa membawa Wulan kabur dengan menggunakannya kursi roda.

Namun di tengah perjalan Wulan minta berhenti karena kelelahan dan khawatir akan melahirkan di jalan. Saat itu Wulan meminta Bergas menceritakan alasan apa yang membuat Bergas mengajaknya kabur malam-malam. Namun, belum sempat Bergas bercerita, mereka sudah dihadang oleh Pak Agus dan Bu Eva.

***



Bergas terbangun di kamarnya dalam kondisi terduduk dan terikat. Di depannya ada Pak Agus yang tampak pasrah karena rahasianya sudah diketahui sang anak. Bergas berontak dan mengatakan ayahnya terlalu percaya mitos. Mau tak mau Pak Agus harus menceritakan semuanya kepada Bergas.

Jadi begini. Pak Agus dan Bu Eva sangat senang akan kelahiran Bergas yang sudah lama mereka nanti. Mereka tahu jika Bergas lahir di hari Rabu Wekasan dan menurut mitos, Bergas akan selalu ditimpa sial dan umurnya tak akan sampai 10 tahun. Namun, Pak Agus berusaha cuek dengan menganggap itu mitos belaka.

Hingga ketika Bergas hendak menginjak usia 10 tahun. Ia mendadak sakit dan tak sadarkan diri. Pak Agus membawa Bergas ke dokter. Namun, dokter tak bisa mendeteksi penyakit Bergas. Ia malah meminta Pak Agus pasrah dan menerima kondisi ini.

Saat itulah Pak Agus mulai menyadari kebenaran mitos Rabu Wekasan. Sehingga dengan dipimpin Pak Ageng dan Bu Bidan yang rupanya istri Pak Ageng, mereka melakukan ritual tolak bala tepat di hari ulang tahun Bergas. Mereka menumbalkan Mbok Sum. Bayi Mbok Sum yang baru lahir dibakar dan Mbok Sum digorok sampai tewas kehabisan darah.

Setelah ritual dilakukan, Bergas yang koma mendadak sadar dan sehat seperti tak terjadi apa-apa.

Awalnya mereka pikir ritual tolak bala cukup dilakukan sekali. Namun, ketika Bergas akan berulangtahun ke-20, ia tiba-tiba dipatuk ular berbisa dan hampir mati keracunan. Lagi, mereka harus menumbalkan wanita hamil yang mereka kenal di Facebook.

Sejak saat itu, Pak Agus membuat grup Support Bumil dan mencari sendiri wanita hamil yang akan dijadikan tumbal berikutnya.

Bergas sangat syok mendengar cerita itu. Ia meminta ayah dan ibunya berhenti melakukan tindakan konyol dengan menumbalkan orang lain. Namun saat itu, Bu Eva terpaksa menghipnotis Bergas agar tertidur supaya mereka bisa melakukan ritual tanpa ada halangan.

***



Rabu Wekasan di hari ulang tahun Bergas ke-30, ritual tolak bala siap dilakukan. Pak Ageng membaca mantra dan Bu Bidan membantu persalinan Wulan. Setelah bayi tersebut lahir, Pak Agus langsung mengambilnya dan menyerahkannya pada Bu Eva. Lalu beliau pun bersiap akan menggorok Wulan.

Tiba-tiba Bergas datang. Ia yang sempat tertidur dalam kondisi terikat berhasil melepaskan diri dengan pecahan kaca. Ia mengancam akan menggorok lehernya sendiri dengan pecahan kaca itu jika ayahnya tak membebaskan Wulan dan bayinya.

Mau tak mau, Wulan dan bayinya pun dibebaskan. Bu Eva menangis dan memohon agar Bergas tak ikut campur. Sayangnya bergas tak peduli. Ia lalu membawa Wulan dan bayinya kabur dengan mobil. Sesaat sebelum pergi, Bergas tak sengaja menabrak ayahnya sampai tergeletak tak sadarkan diri di tanah.


***

Hari sudah pagi. Wulan terbangun di dalam mobil dan terkejut melihat Bergas tak ada di kursi kemudi. Rupanya laki-laki itu sedang duduk di luar sambil menikmati teh yang di belinya di warung kecil. Wulan tersenyum lega karena mereka berhasil selamat.

Tak lama kemudian, Bergas masuk ke mobil sambil membawa segelas penuh teh manis untuk Wulan. Wulan langsung menyesapnya sampai habis. Pada saat itu, keduanya tampak saling tertarik satu sama lain, dan mungkin berpikir untuk hidup bersama setelah ini?

Entahlah. Yang jelas, harapan itu musnah karena sepersekian detik setelah Bergas keluar mobil untuk membayar teh, dirinya ditabrak truk yang melaju kencang hingga tewas.

***



10 tahun kemudian, Wulan sudah hidup berdua dengan anaknya. Sore itu mereka berdiri di pinggir jendela. Sang anak bertanya kenapa dirinya tak diizinkan main ke luar hari itu. Namun Wulan tak menjawab. Ia sibuk memperhatikan seorang ibu hamil yang asyik memandangi anak-anak bermain.

Scene ditutup dengan Wulan yang sedang membunuh seorang wanita hamil dan mengambil bayinya. Rupanya kematian Bergas 10 tahun lalu membuat Wulan percaya dengan mitos Rabu Wekasan, lantas kemudian mengikuti jejak Bu Eva dan Pak Agus.


Tamat
____________________________

Penulis: Hirarahmi
Narasi: Disusun Pribadi
Sumber: Pengalaman Pribadi
Gambar: Google Image
Diubah oleh Hirarahmi39 15-11-2022 06:59
bang.toyip
Apollo_13
majaj
majaj dan 4 lainnya memberi reputasi
3
2K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
Hirarahmi39Avatar border
TS
Hirarahmi39
#1
[Alur Film] Inang: Tentang Cinta Para Ibu yang Penuh Teror


Film On Thread
____________________________

emoticon-Cool


Kali ini mari kita bercerita tentang film "Inang", sebuah film horor tanpa penampakan setan yang tetap bikin merinding. Film ini mengangkat tema Rebo Wekasan,sebuah mitos di Tanah Jawa; bahwa anak yang lahir pada Rabu Wekasan akan selalu mendapat sial dan tak berumur panjang. Sehingga cara untuk selamat dari kutukan atau kesialan tersebut ialah dengan menyelenggarakan upacara tolak bala.

Harap diperhatikan! Thread ini mengandung spoiler! Bagi kalian yang tidak suka konten spoiler, silakan skip dan lanjut membaca thread lain. Terima kasih atas perhatiannya.

Selamat Membaca
____________________________


Tentang Film Inang

Inang adalah film horor; drama; dan misteri yang tayang bulan lalu di bioskop. Film ini digarap oleh Fajar Nugros di bawah naungan rumah produksi IDN Pictures. Inang mendapat nilai 6,6/10 di IMDb.

Adapun para pemain film ini adalah:

* Naysila Mirdad sebagai Wulan
* Lydia Kandao sebagai Bu Eva
* Rukman Rosadi sebagai Pak Agus
* Dimas Anggara sebagai Bergas
* Pritt Timoty sebagai Pak Ageng
* Nungki Kusumastuti sebagai Bu Bidan
* Totos Rasiti sebagai Bos Wulan
* Rania Putrisari sebagai Nita


Alur Film Inang



Wulan dinyatakan positif hamil dengan usia kandungan 16 minggu. Ia pun bercerita pada pacarnya untuk meminta pertanggungjawaban. Namun sayang sekali, laki-laki itu mangkir dari tanggung jawab dan malah menyarankan Wulan untuk aborsi.

Wulan menjadi sangat marah. Ia juga pusing dengan keadaannya. Alhasil ia jadi tidak fokus ketika bekerja; yakni sebagai kasir di salah satu supermarket. Nita yang melihat kondisi Wulan tampak tidak baik-baik saja, akhirnya mengajak Wulan bercerita di belakang supermarket.

Wulan lantas menceritakan semua yang ia alami pada Nita. Nita pun menyarankan Wulan agar fokus ke bayinya saja jika Wulan memang benar-benar ingin melahirkan bayi tersebut. Ia juga menjelaskan jika membesarkan bayi membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Hal ini membuat Wulan semakin bingung. Di satu sisi, ia merasa bahwa kondisi ekonominya sangat sulit; yang apabila ia membesarkan seorang bayi, dirinya akan dibuat semakin sulit. Namun di lain sisi, ia teringat akan masa kecilnya sebagai anak broken home. Ayah dan ibunya selalu bertengkar membuat Wulan tak mendapat cukup perhatian dan kasih sayang.

Pada akhirnya Wulan memutuskan untuk tetap melahirkan bayinya dan bertekad akan menyayangi bayi tersebut dengan sepenuh hati; agar bayinya tidak seperti dirinya waktu kecil dulu.

***

Sore hari Wulan pulang dari supermarket ke kontrakannya yang sempit dan dipenuhi hiruk-pikuk ala masyarakat kecil di Jakarta. Ada yang ribut dengan debt collector, bahkan ada pula yang sedang open BO tanpa menutup jendela.

Suasana itu membuat Wulan makin stres dan pusing. Ditambah lagi dengan kedatangan anak pemilik kontrakan yang menagih uang sewa yang sudah Wulan tunggak selama 2 bulan. Wulan sempat memohon diberi waktu sampai tanggal gajian tiba. Namun orang tersebut menolak. Ia mengancam akan mengusir Wulan jika dalam 2 hari Wulan tidak melunasi tunggakannya.

Wulan pun semakin kalut. Saking pusingnya, ia sampai berhalusinasi melihat janin di kloset kamar mandi. Saat itulah terpikirkan oleh Wulan untuk bergabung ke grup Support Bumil di Facebook.

Besoknya Wulan mencoba minta tolong ke Manajernya. Ia meminta agar gajinya diberikan lebih awal. Sayangnya Pak Manajer menolak dengan alasan pembagian gaji sudah ada sistem aturannya dari kantor. Akan tetapi, ia bersedia membantu asalkan Wulan mau 'melayaninya'.

Otomatis Wulan naik pitam dan menampar Menejer Mesum tersebut. Alhasil Wulan dipecat dan ia dibuat makin stres. Saat akan pulang ke kontrakan, Wulan sempat meratapi nasibnya sebentar. Saat itu ia ditelepon oleh admin grup Support Bumil, yang sayangnya panggilan itu terpaksa Wulan matikan karena ia lagi sedih.

Malamnya Wulan mencoba menghubungi admin itu lagi. Wulan menceritakan semua keluh kesahnya yang direspon dengan sangat lembut oleh admin pria tersebut. Si admin lantas menawarkan tiga solusi yakni:

• Memberi Wulan konseling sampai bayinya lahir.
• Menyarankan Wulan aborsi yang tidak membahayakan.
• Mencarikan orang tua asuh untuk bayi Wulan kelak.

Wulan lalu memilih obsi yang ketiga.

***



Keesokan harinya Wulan bertemu Bu Eva dan Pak Agus, pasangan paruh baya calon orang tua asuh bayi Wulan. Pasangan tersebut sangat ramah dan baik hati. Mereka bersedia membiayai kebutuhan vitamin, susu bumil, dan apapun demi kesehatan bayi Wulan. Mereka bahkan menyarankan Wulan agar tinggal dengan mereka saja agar mereka bisa menjaga Wulan dan bayinya.

Hal ini malah membuat Wulan khawatir. Ia mengira pasangan tersebut terlalu baik, sehingga ia takut ada maksud terselubung di baliknya. Akhirnya Wulan pun meminta waktu sebelum memutuskan akan menerima tawaran Bu Eva dan Pak Agus atau tidak.

Malam hari, sepulang bertemu dengan Bu Eva dan Pak Agus, Wulan dicegat oleh anak si pemilik kontrakan. Pria itu meminta uang kontrakan yang tentu saja tak dapat Wulan bayar. Alhasil Wulan diusir malam itu juga.

Wulan lalu memutuskan datang ke kost Nita untuk numpang tinggal sampai ia dapat kontrakan baru. Namun ia malah dibuat kaget dengan keberadaan Pak Manajer yang terborgol di kasur dalam posisi setengah telanjang, yang mana rupanya Nita ada sesuatu dengan Manajer tersebut. Parahnya lagi, si Manajer malah mengajak Wulan 'bergabung' yang ditanggapi Wulan dengan pergi dari sana dalam perasaan gondog dan kalut.

Karena bingung harus ke mana lagi, Wulan terpaksa menghubungi Bu Eva dan Pak Agus, lantas menerima tawaran mereka sebagai calon orang tua asuh.

***



Wulan dijemput langsung oleh Pak Agus. Setelah menempuh perjalanan panjang, mereka pun sampai di sebuah rumah asri yang letaknya jauh dari rumah warga lain. Di sekelilingnya banyak tanaman, hutan, dan sebuah lapangan luas. Di beranda rumah, ada Bu Eva yang menyambut Wulan dengan semringah.

Sebetulnya Wulan masih agak curiga dengan pasangan tersebut. Terlebih setelah masuk ke rumah Bu Eva yang menurutnya agak antik dan klasik. Namun kecurigaan itu kian lama kian pudar karena Bu Eva dan Pak Agus memperlakukannya dengan sangat baik. Mulai dari memberinya kamar yang nyaman, memasakkan makanan yang enak, bahkan mendatangkan bidan untuk memeriksa kandungannya secara berkala.

Setelah beberapa waktu, ketika kehamilan Wulan semakin besar, Pak Agus mempertemukan Wulan dengan Pak Ageng, seorang cenayang yang akan memeriksa kehamilan Wulan. Saat itu Wulan merasa sangat takut, apalagi saat Pak Ageng membacakan mantra Jawa yang Wulan tidak mengerti.

Setelah pemeriksaan selesai, Wulan mulai paranoid dan merasakan kejanggalan. Ia bermimpi bertemu sosok Bu Eva dan Pak Agus yang tampak seperti psikopat. Pak Agus bahkan memakan bayi Wulan mentah-mentah. Lalu ia juga bermimpi bertemu dengan sosok wanita berpakaian tradisional yang tampak menginginkan bayinya.

Hal itu membuat Wulan tidak tenang dan ketakutan. Bu Eva yang tahu kondisi Wulan langsung memanggil Bu Bidan. Ketika diperiksa, Wulan menceritakan semua yang ia rasakan dan alami. Bu Bidan pun menenangkan Wulan dengan berkata, "tak ada yang perlu dikhawatirkan."

Karena masih takut, Wulan pun mencoba menghubungi Nita diam-diam, dan meminta temannya itu datang menjemput. Sayangnya Bu Eva tiba-tiba muncul dan mendengar percakapan telepon itu.

Wulan sangat ketakutan awalnya. Tetapi Bu Eva mencoba menenangkan Wulan dengan mengatakan, bahwa dirinya akan sangat senang jika ada teman Wulan yang datang berkunjung.

***



Malam hari di kontrakan Nita. Ia sedang asyik bergulat dengan Pak Manajer. Tiba-tiba datang seorang driverojol yang mengantarkan sate ayam ke kontrakan tersebut. Pak Manajer sempat ragu menerima pesanan yang sama sekali tak ia pesan itu. Namun karena si driver mengatakan "sudah dibayar" ia langsung menerimanya dengan senang hati.

Pak Manajer langsung menyantap sate itu dengan Nita. Tak lama setelah itu, keduanya langsung muntah dan kejang-kejang. Mulut mereka mengeluarkan busa. Tak lama setelahnya, datang seorang pria yang langsung menggorok leher Nita. Pisau yang berlumuran darah ditaruh di tangan Pak Manajer yang masih kejang keracunan.

Pria pembunuh itu adalah Pak Agus yang sebelumnya menyamar menjadi driver ojol.

***



Wulan panik karena Nita tak bisa dihubungi. Bertepatan dengan itu sebuah mobil berhenti di depan rumah Bu Eva. Dari sana turun seorang laki-laki asing, yang ternyata adalah Bergas, putra semata wayang Bu Eva dan Pak Agus yang sudah lama menetap di Singapura.

Setelah keduanya dipertemukan oleh insiden kecil, Bu Eva lalu membawa Bergas agak menjauh dari Wulan. Di sana Bergas bertanya tentang siapa Wulan, yang kemudian dijawab oleh Bu Eva, "Dia Wulan. Salah satu keponakan Ibu, Gas."

Ya, Bu Eva berbohong.

Wulan yang tak sengaja menguping pun jadi semakin takut. Ia lalu membulatkan tekad untuk kabur dari rumah itu. Namun harus kecewa setelah melihat harga taksi online yang cukup mahal. Sehingga timbul niatnya untuk mencuri sedikit uang di kamar Bergas untuk ongkos taksi.

Benar saja, malamnya Wulan menyelinap ke kamar Bergas. Belum sempat beraksi, Bergas dan Bu Eva keburu datang. Untungnya Wulan berhasil sembunyi di lemari.

Lagi-lagi Wulan menguping percakapan ibu dan anak tersebut. Saat itu Bergas menanyakan keberadaan Mbok Sum--pengasuh Bergas dulu-- ke ibunya. Waktu Bergas berusia 10 tahun, di rumahnya ada pembantu bernama Mbok Sum yang sedang hamil.

Singkat cerita, percakapan itu selesai. Bergas dan Bu Eva keluar dari kamar. Wulan langsung menggunakan kesempatan itu untuk kabur. Sayangnya ia malah kepergok oleh Bergas, yang mana Bergas langsung menyidangnya. Wulan pun tak bisa mengelak. Ia bercerita kalau dirinya butuh uang untuk pergi dari rumah itu.

Bergas bertanya kenapa Wulan tak izin langsung ke orangtuanya? Kalau izin, mereka pasti akan memberi Wulan ongkos karena bagi mereka, uang segitu tidak ada apa-apanya. Namun Wulan menyanggah bahwa orang tua Bergas tidak sebaik itu. Ada sesuatu yang mereka sembunyikan.

Bergas yang tak terima orangtuanya dijelek-jelekkan langsung memarahi Wulan, dan mempertanyakan identitas Wulan. Namun Wulan yang kepalang kesal malah menyuruh Bergas yang mencari tahu sendiri.

***

Karena tak punya pilihan, Wulan pun terpaksa terus terang pada Bu Eva kalau dirinya berubah pikiran. Ia ingin membesarkan anaknya sendiri dan pamit dari rumah Bu Eva. Bu Eva mengatakan dirinya tidak masalah dan paham dengan keputusan Wulan. Namun beliau meminta Wulan tetap tinggal di sana sampai bayinya lahir. Wulan sebetulnya ingin menolak. Tetapi, dengan kekuatan 'jentikan' hipnotis Bu Eva, Wulan malah menyetujui permintaan tersebut.



Ketika kembali ke kamarnya, Wulan dikagetkan dengan adanya Bergas di sana. Rupanya Bergas memang sedang menunggu kehadiran Wulan. Laki-laki itu meminta Wulan bercerita tentang siapa dirinya, karena dia juga mulai merasakan ada yang aneh dengan orangtuanya.

Wulan lalu menceritakan semuanya. Mendengar itu, Bergas berjanji akan membantu Wulan keluar dari rumahnya. Namun sebelumnya, ada beberapa hal yang harus mereka cari tahu lebih dulu.

Malam hari, Bergas mengajak Wulan ke gudang ayahnya. Di sana mereka menemukan buku mantra jawa dan catatan kelahiran. Ketika asyik menyelidiki kedua benda tersebut, Bu Eva dan Pak Agus datang. Keduanya yang panik langsung bersembunyi dalam mobil Pak Agus. Sayangnya mereka tetap ketahuan karena kursi roda yang dipakai Bergas untuk mendorong Wulan masih ada di luar.

Bergas dan Wulan pun disidang. Saat itu Wulan berkata kalau dirinyalah yang mengajak Bergas keluar malam-malam. Ia beralasan kalau dirinya telah lama tak berhubungan badan dan ingin mengajak Bergas begituan di gudang. Berkat alasan tersebut, Pak Agus dan Bu Eva tak jadi curiga kepada mereka.

***



Di kamarnya Bergas mulai mempelajari semua barang bukti yang berhasil ia temukan. Mulai dari buku mantra sampai ke foto-foto lama yang tak sengaja ia temukan di kotak mainannya dulu. Saat itulah Bergas mulai menarik benang merah, bawah setiap ia akan berulang tahun kelipatan sepuluh, selalu ada orang hamil di rumahnya.

Dari buku mantra tersebut Bergas tahu bahwa itu adalah mantra penolak bala dengan menumbalkan bayi dan ibu hamil. Sekarang, ketika ia akan berulang tahun ke-30, giliran Wulan yang akan ditumbalkan.

Walau masih kaget dengan fakta itu, Bergas tak mau buang-buang waktu. Ia langsung membawa Wulan kabur. Karena mobil ayahnya mendadak tak bisa nyala, Bergas terpaksa membawa Wulan kabur dengan menggunakannya kursi roda.

Namun di tengah perjalan Wulan minta berhenti karena kelelahan dan khawatir akan melahirkan di jalan. Saat itu Wulan meminta Bergas menceritakan alasan apa yang membuat Bergas mengajaknya kabur malam-malam. Namun, belum sempat Bergas bercerita, mereka sudah dihadang oleh Pak Agus dan Bu Eva.

***



Bergas terbangun di kamarnya dalam kondisi terduduk dan terikat. Di depannya ada Pak Agus yang tampak pasrah karena rahasianya sudah diketahui sang anak. Bergas berontak dan mengatakan ayahnya terlalu percaya mitos. Mau tak mau Pak Agus harus menceritakan semuanya kepada Bergas.

Jadi begini. Pak Agus dan Bu Eva sangat senang akan kelahiran Bergas yang sudah lama mereka nanti. Mereka tahu jika Bergas lahir di hari Rabu Wekasan dan menurut mitos, Bergas akan selalu ditimpa sial dan umurnya tak akan sampai 10 tahun. Namun, Pak Agus berusaha cuek dengan menganggap itu mitos belaka.

Hingga ketika Bergas hendak menginjak usia 10 tahun. Ia mendadak sakit dan tak sadarkan diri. Pak Agus membawa Bergas ke dokter. Namun, dokter tak bisa mendeteksi penyakit Bergas. Ia malah meminta Pak Agus pasrah dan menerima kondisi ini.

Saat itulah Pak Agus mulai menyadari kebenaran mitos Rabu Wekasan. Sehingga dengan dipimpin Pak Ageng dan Bu Bidan yang rupanya istri Pak Ageng, mereka melakukan ritual tolak bala tepat di hari ulang tahun Bergas. Mereka menumbalkan Mbok Sum. Bayi Mbok Sum yang baru lahir dibakar dan Mbok Sum digorok sampai tewas kehabisan darah.

Setelah ritual dilakukan, Bergas yang koma mendadak sadar dan sehat seperti tak terjadi apa-apa.

Awalnya mereka pikir ritual tolak bala cukup dilakukan sekali. Namun, ketika Bergas akan berulangtahun ke-20, ia tiba-tiba dipatuk ular berbisa dan hampir mati keracunan. Lagi, mereka harus menumbalkan wanita hamil yang mereka kenal di Facebook.

Sejak saat itu, Pak Agus membuat grup Support Bumil dan mencari sendiri wanita hamil yang akan dijadikan tumbal berikutnya.

Bergas sangat syok mendengar cerita itu. Ia meminta ayah dan ibunya berhenti melakukan tindakan konyol dengan menumbalkan orang lain. Namun saat itu, Bu Eva terpaksa menghipnotis Bergas agar tertidur supaya mereka bisa melakukan ritual tanpa ada halangan.

***



Rabu Wekasan di hari ulang tahun Bergas ke-30, ritual tolak bala siap dilakukan. Pak Ageng membaca mantra dan Bu Bidan membantu persalinan Wulan. Setelah bayi tersebut lahir, Pak Agus langsung mengambilnya dan menyerahkannya pada Bu Eva. Lalu beliau pun bersiap akan menggorok Wulan.

Tiba-tiba Bergas datang. Ia yang sempat tertidur dalam kondisi terikat berhasil melepaskan diri dengan pecahan kaca. Ia mengancam akan menggorok lehernya sendiri dengan pecahan kaca itu jika ayahnya tak membebaskan Wulan dan bayinya.

Mau tak mau, Wulan dan bayinya pun dibebaskan. Bu Eva menangis dan memohon agar Bergas tak ikut campur. Sayangnya bergas tak peduli. Ia lalu membawa Wulan dan bayinya kabur dengan mobil. Sesaat sebelum pergi, Bergas tak sengaja menabrak ayahnya sampai tergeletak tak sadarkan diri di tanah.


***

Hari sudah pagi. Wulan terbangun di dalam mobil dan terkejut melihat Bergas tak ada di kursi kemudi. Rupanya laki-laki itu sedang duduk di luar sambil menikmati teh yang di belinya di warung kecil. Wulan tersenyum lega karena mereka berhasil selamat.

Tak lama kemudian, Bergas masuk ke mobil sambil membawa segelas penuh teh manis untuk Wulan. Wulan langsung menyesapnya sampai habis. Pada saat itu, keduanya tampak saling tertarik satu sama lain, dan mungkin berpikir untuk hidup bersama setelah ini?

Entahlah. Yang jelas, harapan itu musnah karena sepersekian detik setelah Bergas keluar mobil untuk membayar teh, dirinya ditabrak truk yang melaju kencang hingga tewas.

***



10 tahun kemudian, Wulan sudah hidup berdua dengan anaknya. Sore itu mereka berdiri di pinggir jendela. Sang anak bertanya kenapa dirinya tak diizinkan main ke luar hari itu. Namun Wulan tak menjawab. Ia sibuk memperhatikan seorang ibu hamil yang asyik memandangi anak-anak bermain.

Scene ditutup dengan Wulan yang sedang membunuh seorang wanita hamil dan mengambil bayinya. Rupanya kematian Bergas 10 tahun lalu membuat Wulan percaya dengan mitos Rabu Wekasan, lantas kemudian mengikuti jejak Bu Eva dan Pak Agus.


Tamat
____________________________

Penulis: Hirarahmi
Narasi: Disusun Pribadi
Sumber: Pengalaman Pribadi
Gambar: Google Image
Diubah oleh Hirarahmi39 15-11-2022 06:59
0