cintadineAvatar border
TS
cintadine
Kenapa Kampanye LGBT dan Feminisme Konyol Semakin Menggila dalam Film Hollywood?


Di dunia barat memang lagi-lagi musimnya budaya woke alias semakin menggilanya SJW yang memasukan unsur seperti LGBT, divertisity, sampai feminisme ke dalan ranah entertainment seperti film dan video game. Marvel Studios telah dirasuki hal tersebut semenjak memasuki fase 4. Seperti bergantinya para superhero laki-laki dan berbalik kini para superhero wanita yang tampaknya akan mendominasi. Kemudian ada karakter LGBT pada Dr Strange in the Multiverse of Madness.

Disney mungkin yang paling brutal akhir-akhir ini dalam mengkampanyekan budaya woke. Selain film Lightyear yang dibanned di berbagai negara karena ada unsur LGBT, ada juga film live action Little Mermaid yang karakter utamanya yaitu Ariel diperankan oleh aktris kulit hitam.

Remake Pinnochio juga demikian dan mendapatkan review negatif. Para SJW ini sejak beberapa tahun terakhir memang telah merusak franchise hiburan. Tak hanya film, tapi juga video game. The Last of Us part 2 adalah contohnya. Selain bermuatan LGBT, game tersebut juga mengandung feminisme yang frontal dan seolah membenci laki-laki di mana karakter utama pria yaitu Joel dibunuh oleh karakter wanita LGBT bergaya feminis dan memaksa para player untuk memainkannya.

Lalu, kenapa kampanye LGBT dan Feminisme ini begitu gencar dilakukan di Hollywood?

Bangkitnya Kaum Kiri di Barat


Para kaum kiri ini bisa dibilang bentuk ekstrim dari lawannya konservatif. Mereka melawan nilai-nilai yang sudah ada seperti LGBT itu adalah normal dan memaksa yang lainnya untuk bisa menerima LGBT.

Kemudian feminisme dimasukan dalam agenda SJW alias kaum kiri ini yaitu bentuk perlawanan terhadap patriarki yang selama ini ada bahkan di dunia barat sekalipun. Sayangnya gerakan feminisme sekarang ini justru mengarah kepada feminazi alias misandri yaitu bentuk kebencian terhadap laki-laki. Sekarang, laki-laki yang hanya menyebut "hai!" kepada perempuan sudah bisa disebut sebagai pelecehan.

Para SJW di sana semakin kuat dan menyebarkan pahamnya ini ke seluruh penjuru dunia. Salah satunya adalah lewat film dan video game. Upaya itu cukup berhasil di mana para generasi Z di Indonesia ikut-ikutan ribet dalam segala urusan, dukung LGBT, dan cancel culture.

Ane sendiri tidak mendukung LGBT namun bukan berarti ane harus membantai mereka. Yang ane tidak suka adalah kampanye mereka yang berlebihan termasuk merangsek ke dunia perfilman sampai video game.

Kampanye LGBT Oleh SJW dalam Beberapa tahun terakhir


Kampanye SJW sebenarnya sudah dimulai beberapa tahun yang lalu. Awalnya hanyalah seperti film yang mengingatkan perbudakan kulit hitam seperti 12 Years a Slave (2013) lalu kemudian munculah Moonlight (2016) film LGBT yang mendapatkan berbagai penghargaan. Setelah itu film bermuatan LGBT dan feminisme bermunculan.

Seolah LGBT ini harus hadir dalam setiap film sebagai perwakilan kaum mereka. Tapi di sisi lain ini dianggap sebagai normalisasi LGBT. Kaum konservatif tentu saja menolaknya, tak hanya yang konservatif, sebagian kaum moderat pun bahkan merasa risih karena kampanye LGBT ini terlalu frontal dan merusak franchise film.

Feminisme dan Misandri Merusak Perfilman


Para feminis (atau Feminazi) mencoba untuk mengkampanyekan suara mereka lewat industri Hollywood. Mereka mencoba menyingkirkan posisi yang dulunya dipegang oleh pria namun dengan cara yang agak maksa.

Ambil contoh Ghostbusters versi reboot tahun 2016 di mana semua karakter utama menjadi wanita semua. Ulah feminazi ini menjadikan film tersebut dihujani kritikan dab membuat fans Ghostbusters murka. Kekonyolan para feminis ini juga terjadi pada Terminator: Dark Fate. Di mana tiga karakter utamanya adalah wanita dan salah seorang di antaranya bergaya ala feminazi yaitu badan kekar dan rambut pendek. Dalam film itu penjahatnya adalah laki-laki. Karakter T-800 yang diperankan oleh Arnold di sini juga dibuat nyaris tidak berguna.

Lalu ada Star Wars trilogi sekuel. Karakter utamanya adalah Rey yang ujug-ujug kuat dan mendominasi. Sementara karakter laki-laki yaitu Kylo Ren dibuat konyol dan kalah walaupun sudah berlatih keras. Oh iya, dalam trilogi tersebut juga ada karakter LGBT yang sangat dibenci oleh fans Star Wars.

Feminis di negeri barat memang agak gila, mereka disinyalir misandri alias membenci laki-laki. Kita lihat saja kasus Johnny Depp beberapa waktu yang lalu. Para SJW feminis melakukan cancel culture pada Depp dan malah mendukung Amber Heard hanya karena gender dan belum jelas buktinya. Faktanya justru sebaliknya dan Johnny Depp adalah korban cancel culture alias "kebiadaban" para SJW.

Jangan Tonton Film SJW?

Disney dan studio lainnya memang sedang gencar-gencarnya sedang dikendalikan oleh para kaum woke SJW guna memenuhi hawa nafsu mereka. Namun apabila film-film yang mereka produksi terus-terusan mendapatkan kerugian karena tidak banyak yang nonton, mungkinkah mereka akan berubah? Kalau rugi terus studio juga akan bangkrut.

Kerugian Lightyear yang dibanned di berbagai negara mungkin membuat Disney berpikir lagi untuk terus membuat film SJW, atau justru malah lebih gila lagi dengan mengatasnamakan kesetaraan?

Nah, menurut agan gimana? emoticon-Ngakak (S).

Referensi
b42l4t4k
koi7
Aryal13
Aryal13 dan 26 lainnya memberi reputasi
27
7.3K
130
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
eggnostickAvatar border
eggnostick
#2
Lebay amat.
Kalo di film ada karakter yg mengajak untuk bergabung ke agama tertentu, mengajak org baik menjadi jahat, dll kenapa ga di komplain jg.?
Simple aja, suka ya nonton, ga suka ya skip.
Diubah oleh eggnostick 18-10-2022 09:58
mrrizaa36
bawangpamungkas
domba1garut
domba1garut dan 33 lainnya memberi reputasi
-22
Tutup