Mbahjoyo911Avatar border
TS
Mbahjoyo911 
HITAM [Reborn]




 Hai gaess.. jumpa lagi dalam thread ini..

 Sudah hampir 3  tahun sejak thread Hitam season satu di-post di Kaskus. Tanpa disangka thread itu mendapat respon yang luar biasa (terima kasih buat semua reader). Bahkan akhirnya thread Hitam sampai diplagiat dan diterbitkan pada salah satu platform hingga dengan sangat terpaksa Hitam 1 harus dihapus.

 Akan tetapi, berkat bantuan banyak kaskuser yang melaporkan thread tersebut, maka kini thread hasil plagiasi tersebut telah dihapus dari platform yang bersangkutan. Jadi sekali lagi, TS berterima kasih banyak pada Agan dan Sista kaskuser semua yang telah membantu melaporkan thread plagiasi itu. Tanpa pembaca, maka seorang penulis menjadi tidak berarti. Kini, TS mencoba membuat kembali thread Hitam Reborn ini.

 Alasan TS membuat thread reborn yaitu karena sudah adanya Hitam season 2 yang telah memiliki viewer yang mencapai satu juta lebih! (Meskipun ada juga yang beranggapan kalau satu juta viewer itu adalah klonnya TS sendiri. Tapi tidak apa, orang bebas berpendapat emoticon-Big Grin)Untuk kesekian kalinya TS sangat berterima kasih pada reader semua. Jadi, karena ada Hitam season 2, maka akan lebih afdol kalo Hitam 1 dimunculkan biar lebih lengkap.

 Alasan kedua adalah supaya Agan Sista yang belum sempat membaca ataupun yang ingin mengulang lagi, kini bisa membaca cerita ini secara utuh dan tidak ada bagian yang hilang. Di samping itu, banyak juga permintaan dari Kaskuser agar thread Hitam 1 ini dimunculkan lagi. Sekali lagi, terima kasih banyak buat Agan dan Sista atas responnya yang luar biasa buat thread ini.



 Kisah ini hanyalah cerita fiksi, hasil imajinasi dari TS. Kesamaan nama, tempat dan kejadian hanyalah kebetulan belaka. Jadi, mohon jangan bertanya soal hal gaib pada TS, karena TS hanyalah orang biasa yang tidak mengerti apa-apa soal hal gaib, TS hanya punya hobi menulis dan menuangkannya ke dalam sebuah cerita fiksi.


Quote:




-----<<<{O}>>>-----





Prolog


 Namaku Aryandra, biasa dipanggil Arya atau Andra, tapi keluargaku lebih suka memanggil Andra. Aku lahir dari keluarga kecil yang berkecukupan. Aku tumbuh bersama adik perempuan satu-satunya yang terpaut usia satu tahun dariku. Adikku bernama Cindy, gadis kecil yang sangat imut dan menggemaskan, hingga menjadi kesayangan banyak orang. Rumah kami berada di bagian pinggir timur sebuah kota yang tidak terlalu besar.

 Entah bagaimana ceritanya sampai aku bisa punya suatu kelebihan seperti ini, aku tidak mengerti sama sekali. Aku bisa melihat, mendengar, merasakan dan berinteraksi dengan makhluk-makhluk berwujud aneh dan kadang menyeramkan. Aku bisa melihat kejadian-kejadian masa lampau hanya dengan menyentuh benda, melihat, bahkan cuma dari mendengar cerita seseorang. Kadang aku bermimpi tentang suatu kejadian, dan ternyata mimpi itu benar-benar nyata terjadi, seperti sebuah penglihatan kejadian masa depan yang datang lewat mimpi. 

 Seingatku, sudah dari semasa kecil aku  bisa mendengar suara mereka, Tapi aku nggak ingat kapan tepatnya. Sering aku mendengar suara-suara aneh seperti suara tawa cekikikan melengking-lengking menyakitkan telinga, tawa ngakak yang nggak kuketahui dari mana asalnya, geraman berat dan besar seperti suara binatang buas, desisan keras seperti suara ular, cakaran-cakaran kuku pada tembok rumah, suara langkah kaki manusia dan juga hewan seperti kuda. Sering juga aku dengar mereka memanggil namaku dan menyuruhku mendekat.

 Setelah tahap "bisa mendengar", maka akupun mulai bisa melihat hal-hal gaib itu. Sering aku melihat kelebatan-kelebatan bayangan hitam, kain putih panjang yang melayang di antara pohon, ada juga kain panjang berwarna merah darah, sampai bungkusan kain putih seperti bungkus permen yang menempel di pohon, Tapi ya cuma sebatas itu saja, cuma melihat kelebatan-kelebatan sekilas dan nggak begitu jelas, dan wujud nya pun tidak kuketahui.

 Aku juga sering melihat larikan-larikan cahaya sangat terang beraneka warna yang melesat cepat di atas genteng rumah warga, juga bola-bola api dan bola-bola cahaya yang melayang-layang di udara. Seringkali bola-bola cahaya dan bola api itu saling bertabrakan hingga menimbulkan suara ledakan dahsyat disertai menyebarnya bola api di angkasa langit malam.

 Tidak ada yang kulakukan selain cuma memperhatikan dengan penuh keheranan, sungguh suatu hal yang sangat aneh dan luar biasa. Tapi kalau yang kulihat itu sudah lewat, maka akupun juga nggak menggubrisnya, dan segera terlupakan begitu saja.

 Lama-kelamaan, seakan pandangan mataku menguat dan menjadi lebih peka. Aku bisa melihat wujud sosok-sosok makhluk aneh dengan utuh. Awalnya cuma melihat sosok yang berbentuk manusia biasa, dan kemudian mulai melihat wujud aneh-aneh, manusia dengan kaki atau tangan yang panjang sebelah, manusia berkepala botak bertelinga lancip. Ada yang berbentuk hewan, berkepala dua, makhluk bermata satu, dan banyak sekali bentuk-bentuk ganjil lainnya.

 Dari yang semula cuma  melihat siluet bayangan kabur, lambat laun aku mulai mampu melihat dengan sangat jelas, bahkan detail wajah yang sangat menyeramkan pun bisa kulihat dengan jelas. Makhluk berbentuk gorila raksasa yang berbulu di seluruh tubuhnya, bermata merah menyala seperti lampu senter dengan wajah sangat seram. Sosok manusia berkepala kuda, juga wanita berkaki ular. Aku sering melihat sosok anak-anak kecil berkepala plontos yang berlarian di jalan-jalan kampungku, hingga aku mengira kalau mereka adalah anak-anak dari tetanggaku, tapi ternyata anak-anak kecil itu berwajah tua dan berewokan.

 Yang paling sering kulihat sosok perempuan berwajah hancur dengan darah berlelehan di seluruh wajah, leher dan dada, memiliki rambut awut-awutan dan berbaju putih, ada juga yang berbaju merah. Mereka sering nangkring di atas pohon, atau di atas genteng rumah-rumah tetangga. Kadang mereka "terbang" dari satu pohon ke pohon lain disertai suara tawa melengking-lengking mendirikan bulu kuduk. Belakangan aku ketahui kalo mereka lah yang sering disebut sebagai kuntilanak.

Spoiler for :


 Meskipun wajah hancur tak berbentuk itu cuma seperti orang yang memakai topeng, tapi itu adalah wajah asli yang sebenar-benarnya, wajah mengerikan yang bisa membuat orang lari ketakutan atau bahkan pingsan di tempat. Tapi bagiku, wajah hancur semacam itu adalah pemandangan keseharianku.

 Setiap kali aku bertemu, melihat ataupun mendengar makhluk-makhluk itu, maka selalu saja kurasakan suatu tekanan yang sangat kuat yang berasal dari mereka. Seperti semacam tembok tak kelihatan yang menekanku dari segala arah. Rasa sangat tertekan yang bisa membuat orang bergidik merinding hebat, ketakutan sampai lari tunggang langgang, bahkan sampai pingsan ditempat. Tapi biasanya aku cuma merasa merinding saja, dan tidak merasa takut. Belakangan baru kuketahui kalau tekanan kuat itu  disebut sebagai aura energi.

 Mereka seakan tidak mengenal waktu, baik pagi, siang, sore atau malam aku masih bisa melihat mereka, jumlahnya banyak sekali, dan mereka seakan ada dimana saja. Jadi mitos yang sering kudengar kalau makhluk halus hanya ada pada waktu malam itu adalah salah belaka, mereka ada dimanapun dan kapanpun. Tapi mereka akan terlihat jauh lebih jelas dan dalam jumlah yang lebih banyak pada saat sore hari menjelang maghrib.

 Namun hal ini ada untungnya juga buatku, saking seringnya melihat mereka, aku jadi tidak takut dengan mereka, bahkan makhluk yang paling seram sekalipun, sejauh ini aku belum merasa takut. Ditambah lagi aku nggak pernah menggubrisnya, dasarnya lagi, aku anak yang ndableg, nggak nggagasan, cuek terhadap segala sesuatu. Dan semua penampakan itu nggak aku perhatikan dengan serius. Meskipun kadang terkejut juga kalau ada yang tau-tau nongol tepat didepanku secara mendadak. 

 Rasa merinding dan deg-degan tetaplah ada, sebagai reaksi karena melihat sesuatu yang menyeramkan, tapi aku nggak pernah sampai ketakutan apalagi sampai lari tunggang langgang, paling aku cuma berlalu meninggalkannya begitu saja, tanpa menggubrisnya lagi, dan dengan cepat bisa terlupa.

 Entah kenapa aku bisa melihat secara bertahap dan perlahan seperti itu. Seolah-olah semua itu memang telah dipersiapkan untukku secara bertahap. Aku tidak pernah menceritakan hal ini pada siapapun, bahkan pada keluargaku sendiri sekalipun, karena aku bingung gimana caranya bercerita, malah bisa-bisa aku dianggap gila.

 Namun ternyata selama ini ayah ibuku mengamatiku juga, jadi tanpa berceritapun, beliau berdua sudah tahu dengan sendirinya, hingga akhirnya harus kuceritakan juga semua yang terjadi padaku. Dan syukurlah, beliau berdua mau menerimaku semua itu, dengan  satu penjelasan, yaitu karena aku adalah anak beliau berdua. Aku sungguh bersyukur dilahirkan dalam sebuah keluarga yang sangat baik.

 Semua keanehan yang terjadi padaku ini sangat berpengaruh pada kehidupan sosialku, mulai dari sebagian besar teman-teman yang perlahan menjauh, tetangga-tetangga yang menganggapku gila, bahkan tak sedikit yang merasa takut padaku. Praktis aku jadi jarang bergaul dan hampir tidak memiliki teman, aku sering bermain sendirian, atau bersama adikku. Cuma keluarga saja yang memperlakukanku dengan biasa saja dan tidak berubah sama sekali padaku.

 Apakah semua yang terjadi padaku ini adalah hal normal? Tapi sebenarnya bagaimanakah patokan ukuran normal dan tidak normalnya seseorang seperti aku? Seperti apakah tolok ukur kata normal bagi manusia itu? Entahlah… 


 Seiring bertambahnya usiaku, maka aku mulai sadar kalau semua ini tidaklah normal dan bukanlah kodrat dari manusia biasa. Yang terjadi padaku ini terlalu aneh, dan semua itu termasuk sudah terlalu banyak bagi seorang manusia. Maka akupun berusaha untuk menghilangkannya. Tapi entah kenapa, usaha untuk menghilangkan keanehan itu belum juga berhasil.

 Hingga sampai pada suatu titik di mana aku menyerah pasrah, dan akhirnya kuserahkan saja semua ini pada Yang Maha Kuasa. Biarlah semua berjalan apa adanya, kujalani hidupku seperti air mengalir, dan berusaha bersikap seperti layaknya orang normal pada umumnya.

Diubah oleh Mbahjoyo911 04-10-2022 10:19
cinkbee
xue.shan
david.smkds1061
david.smkds1061 dan 116 lainnya memberi reputasi
111
73.6K
1.4K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
Mbahjoyo911Avatar border
TS
Mbahjoyo911 
#155

Deep River Creature


Quote:


 Segera aku masuk lagi ke rumah untuk menyiapkan peralatan pancing. Sore itu kami berencana pergi memancing untuk mengisi liburan kelulusan. Aku sudah lulus SD sekarang, dan akan memasuki jenjang SMP. Selama Liburan itu aku cuma bermain-main saja dengan dua temanku, Edi dan Jono, karena  cuma mereka yang mau jadi temanku. 

 Kami sering memancing bersama di sungai batas kotaku, karena memang memancing adalah hobi kami. Entah gimana ceritanya sampai kami bisa punya hobi yang sama. Kampung kami memang tidak terlalu jauh dari sungai besar batas kota, cuma berjarak 10 menit jalan kaki dari rumah. Dan siang ini kami berencana untuk memancing lagi di sungai itu.

Quote:


 Aku tidak tahu apakah perkataan ibu itu cuma untuk menakut-nakuti kami saja, ataukah memang benar-benar ada makhluk semacam itu. Biasanya cara orang tua melarang anaknya adalah dengan menakut-nakutinya. Tapi biar bagaimanapun, yang jelas, pesan ibu harus kuingat-ingat dan harus kuturuti. 

 Sambil membawa dua joran pancing, aku  beranjak keluar rumah. Joran kami semua sama, cuma terbuat dari bambu yang diraut sedemikian rupa hingga jadi panjang dan kecil, makin keujung makin mengecil dan lentur. Memang joran itu sangat sederhana, karena kami pikir tidak perlu peralatan pancing yang mahal, yang penting mancingnya itu sendiri.

Quote:


 Kami bertiga berangkat ke sungai dengan jalan kaki, karena jaraknya cuma sekitar 500 meter dari rumahku. Sungai itu cukup besar dan merupakan tapal batas wilayah antara kotaku dan kabupaten sebelah. Matahari sudah tidak begitu menyengat lagi, karena memang waktu itu sudah jam 3 sore.

 Sesampainya di sungai, kami mencari umpan dulu berupa cacing yang banyak terdapat di pinggiran sungai, di bawah tumpukan daun-daun dan tanah humus. Setelah dirasa sudah dapat cacing cukup banyak, kami pun menyiapkan segala peralatan pancing, dan dimulailah keasyikan memancing itu. 

 Tapi sepertinya nasib memang belum beruntung, setelah 1 jam memancing, nggak ada satu ikan pun yang nyangkut. Lama-lama kami dilanda kebosanan juga. Jono bahkan bersandar di bawah pohon sambil merem. Kalo gini terus, lama-lama kami bisa ketiduran juga, karena memang di pinggiran sungai itu banyak pohon besarnya hingga membuat suasana jadi teduh, ditambah lagi angin semilir berhembus.

Quote:


 Edi sudah beranjak pindah menuju kedung yang dimaksud. Jadi terpaksa aku dan Jono mengikuti. Kedung sungai terletak agak ke hilir, agak jauh juga. Kami harus berjalan kaki kira-kira 10 menit. Di sini banyak pepohonan besar dan rumput-rumput lebat di pinggiran sungai, suasana terasa teduh, tapi malah tampak singup dan angker.

 Kami mulai memancing lagi di tempat baru itu. Dan benar saja, baru 5 menit mencemplungkan umpan, sudah ada ikan yang nyangkut di kailnya Edi, lalu berturut-turut aku dan Jono pun juga dapat. Seperti panen saja, ikan terus aja nyangkut di kail kami. Aku sampai heran, kenapa tiba-tiba ikannya pada ngumpul disini? Dari mana semua ikan itu?

Quote:


 Kami terus saja asyik memancing, makin banyak ikan yang kami dapat, makin lupa, lah, kami dengan waktu. Sudah lebih dari dua puluh ekor ikan yang rata-rata sebesar telapak tangan telah kami dapatkan. Bahkan aku sendiri lupa dengan pesan ibuku. Dan saat matahari sudah hampir tenggelam, kami baru tersadar.

Quote:


 Maka segera kami membereskan peralatan kami dan bersiap pulang.  Sebelum meninggalkan pinggiran sungai, seolah tanpa sadar aku memandang ke arah tengah sungai berarus tenang itu. Dan dalam keremangan itu, tepat di tengah sungai, aku melihat semacam serat ijuk mirip rambut kusut berwarna hitam yang panjang mengambang terbawa arus. Belum lagi aku tahu benda apa itu, tiba-tiba benda itu keluar dari permukaan air, kini jelas terlihat kalo benda kusut hitam itu adalah rambut, dan di bawah rambut itu ternyata ada sebuah kepala!

 Aku tidak salah lihat, benda itu benar-benar kepala yang memiliki rambut sangat panjang. Dan yang muncul di permukaan air cuma kepalanya aja, badannya nggak kelihatan. Wajahnya terlihat hitam legam seperti gosong.  Kukira itu adalah jasad orang yang tenggelam. Maka kupertajam pandanganku, dan ternyata mata di wajah gosong itu terbuka membelalak! 

 Lalu terdengarlah  suara tawa mengekeh yang sangat menakutkan, mulut di kepala itu terbuka lebar, memperlihatkan taring panjang yang menyembul, mata  melotot besar, kulit wajah keriput berkerut-kerut dan gosong hitam seperti bekas terbakar. 


Spoiler for :


 Kemudian dari permukaan air disamping kepala itu, terjulurlah sebuah tangan hitam legam. Tangan itu berjari-jari sangat kurus dan panjang, jauh lebih panjang dari jari normal. Di setiap ujung jari itu terdapat kuku-kuku sangat panjang yang berwarna hitam dengan ujung runcing tajam! Tiba-tiba meledaklah suara tawa menggelegar! Tawa laki-laki bersuara besar dan berat.

Quote:


 Mendadak saja kepala itu melesat cepat di permukaan air dan menuju ke arah kami. Kini tidak cuma satu tangan bercakar saja, tapi dua tangan berjari panjang dan berkuku runcing panjang seakan hendak menerkam ke arah kami! 

Spoiler for :


 Kejadian itu berlangsung dengan sangat cepatnya. Edi dan Jono masih sempat  lari tunggang langgang. Sedangkan akupun. Ikut bangkit dan hendak ikut berlari. Masih sempat kulihat kakiku luput dari cengkeraman tangan bercakar tajam itu. Maka kuteruskan lariku menyusul teman-temanku.

 Tapi baru satu langkah, kurasakan seperti ada yang mencengkram pergelangan kakiku dan menahan lariku. Ketika kulihat ke bawah, sebuah benda hitam panjang mirip dengan rambut sedang membelit kakiku.  Sedemikian eratnya belitan rambut itu hingga kakiku terasa seperti diikat dengan kawat besi. Ternyata rambut makhluk itu bisa molor panjang dan seakan berubah menjadi semacam tentakel gurita yang sekeras baja!

 Cengkeraman rambut yang seperti tentakel gurita di kakiku terasa semakin menguat. Kujejak-jejakkan kaki berusaha melepaskan diri, tapi tetap tidak bisa lepas. Sementara itu kepala sudah mendekatiku. Kedua temanku sudah tidak kelihatan lagi. Sedikit demi sedikit, rambut yang mirip tentakel itu mulai menarikku ke dalam air. Reflek aku memegang pohon yang ada di pinggir sungai. Sambil berdoa kepada Allah, aku terus bertahan dan terus menjejakkan kakiku.

 Sempat terlintas di pikiranku, mungkin ini adalah onggo-inggi yang diceritakan ibu. Kini ternyata kepala itu sudah berada diluar air, wajah hitam gosong berkeriput dengan mulut penuh dengan taring itu keluarkan suara menggeram-geram. Sejauh yang bisa kulihat, makhluk itu cuma terdiri atas kepala, rambut yang panjangnya mungkin lebih dari 2 meter, dan sepasang cakar tajam mengerikan, sedangkan badannya sendiri tidak kelihatan.

 Di tengah kepanikan dan ketakutan, aku terus bergulat dengan makhluk itu, beradu tenaga saling tarik menarik. Aku terus memegang kuat-kuat batang pohon itu sambil terus berdoa, tapi saking kuatnya tarikan makhluk itu, perlahan peganganku semakin mengendur dan terlepas sedikit demi sedikit. Mungkin inilah saatnya ajalku tiba. 

 Dan saat keputusasaan sudah berada di ujung, kusebut asma Allah berulang kali. Lalu mendadak saja terlintas sebuah wajah sangat putih dan menyeramkan dengan mulut sobek sampai telinga! Tanpa sadar aku pun meneriakkan sebuah nama.

Quote:


 Saat itulah tenagaku sudah benar-benar habis, pegangan tanganku pada pohon itu pun terlepas, maka rambut-rambut panjang yang membelit kakiku itu pun menarikku ke dalam air sampai ke batas pinggang. Tapi mendadak saja dari atas kepalaku melesat suatu bayangan hitam yang disertai suatu hembusan angin sangat keras, terdengar juga suara tawa cekikikan melengking-lengking menusuk telinga. Bayangan hitam itu langsung melabrak makhluk jin sungai yang menarikku tadi.

 Cengkeraman di kakiku terlepas. Aku langsung berusaha merangkak menjauhi sungai, setelah agak jauh, aku berbalik untuk melihat. Dan dalam keremangan senja itu kulihat dua bayangan hitam berkelebat sangat cepat, saling sambar di atas permukaan air sungai. Mereka seakan sedang bertarung dengan hebatnya!

 Aku tertegun menyaksikan pertarungan samar itu, seperti sedang menonton sebuah film silat, tapi dipercepat hingga seratus kali lipat! Dan kemudian kulihat berkas-berkas cahaya biru melesat, cahaya berbentuk sabit itu menghajar salah satu bayangan hitam tadi hingga terbelah menjadi beberapa bagian.

Quote:


 Satu raungan panjang terdengar sangat keras menggidikkan, seperti raungan serak binatang buas. Namun raungan itu cuma sebentar, karena kemudian serpihan bayangan hitam itu meluncur jatuh ke air. Bau daging gosong tercium santar di sungai itu. Dan diatas permukaan air itu masih ada satu sosok bayangan hitam yang mengambang dalam posisi berdiri dengan gagahnya.

 Kukenali bayangan itu sebagai Salma yang sedang dalam wujud kuntilanak hitam! Jauh lebih seram daripada saat pertama kali kami bertemu, ditambah kuku jari tangan yang panjang seperti pisau belati. Tenyata Salma benar-benar datang memenuhi panggilanku! Jadi rupanya kilatan-kilatan cahaya biru berbentuk sabit tadi adalah serangan Salma pada makhluk itu.

 Kurasakan suatu hawa tekanan yang luar biasa kuat terpancar dari sosoknya Salma, tekanan itu bahkan sampai membuat dadaku terasa sesak, jantungku serasa dipacu kencang, apakah ini yang disebut aura energi? Sepertinya Salma sedang diliputi kemarahan yang teramat sangat. 


Spoiler for :


 Salma masih terus mengawasi permukaan air tepat dimana makhluk tadi jatuh, seakan memastikan kalau makhluk itu benar-benar telah musnah. Beberapa menit berlalu, dan perlahan Salma berbalik ke arahku. Wujudnya langsung berubah jadi gadis sangat cantik. Tekanan aura energi dahsyat tadi menghilang seketika. Dan di bibirnya tersungging satu senyuman sangat manis.

Quote:


 Kini baru kusadari pergelangan kakiku yang dicengkeram makhluk tadi terasa sangat perih dan panas. Kuelus-elus pergelangan kakiku, tidak ada luka sama sekali, tapi rasa sakit dan panas itu terasa nyata. Salma mendekatiku, melayang dalam posisi bersimpuh, dia ulurkan tangannya dan memegang pergelangan kakiku dengan lembut. 

 Tangan itu terasa sedingin es, hingga kakiku seperti ditempeli es batu. Tapi anehnya, hawa dingin itu seakan meresap dan merasuk ke dalam kulit kakiku. Rasa panas di kakiku itupun perlahan mulai mereda dan akhirnya menghilang, meskipun perihnya masih sedikit terasa.

Quote:


 Aku tidak mengerti apa yang dia katakan, jadi akupun segera beranjak dari pinggiran sungai itu. Bahkan peralatan pancing dan juga ikan hasil tangkapan tadi pun terlupakan. Salma melayang satu meter di depanku, seakan menjadi penunjuk jalanku, karena suasana sudah gelap gulita dan aku tak bisa melihat apa-apa lagi. 

 Tapi anehnya, meskipun pakaian Salma itu hitam-hitam, aku masih bisa melihat sosoknya dengan jelas, jadi kuikuti saja sosoknya untuk  tinggalkan tempat itu. Dalam perjalanan pulang, pikiranku masih terpaku pada makhluk tadi, aku masih penasaran, sebenarnya dia itu jenis makhluk apa. Maka kutanyakan saja pada Salma.

Quote:


 Lagi-lagi sebuah penjelasan yang membuatku jadi bingung, hingga aku harus mencernanya baik-baik sebelum mengerti. Kami terus berlalu meninggalkan sungai itu, menaiki tanggul dan sampai pada jalan pinggiran kampung yang sudah ada lampu penerangannya.

 Kubiarkan Salma mendampingiku pulang ke rumah, kini dia melayang di sampingku setinggi satu jengkal di atas tanah. Sampai saat itu badanku masih gemetaran dengan hebat, aku nggak pernah  menyangka ada makhluk semacam itu di dunia, dan dia telah menyerangku secara langsung, baru kali ini aku diserang makhluk halus, tanpa provokasi dan tanpa sebab sama sekali.

Quote:


 Memang cincin pemberian Salma itu jarang sekali aku pakai. Sebenarnya aku nggak mau minta bantuan ke Salma, tapi tadi dengan sangat terpaksa aku harus memanggilnya, karena memang keadaannya sangat berbahaya, dan waktu itu yang terlintas cuma wajah mengerikan dari Salma, jadi kuteriakkan namanya saja.

 Melewati jalan aspal kampung, pikiranku berputar antara makhluk tadi, juga tentang Salma. Dia tadi sudah menyebut nama Tuhan, apakah jin itu juga punya Tuhan? Apakah Tuhannya sama dengan Tuhannya manusia? Entahlah.. hal semacam itu terlalu rumit untuk dipikirkan bocah seusiaku.

 Salma mengantarku sampai ke depan pintu rumahku, lalu dia menghilang begitu saja. Tubuh terasa lemas sekali, badan kedinginan karena pakaianku sudah basah kuyup karena air sungai. Rasa bersalah pada ibu mulai menghantui, aku sudah mengabaikan pesannya, dan kini aku merasakan sendiri akibatnya. Belum lagi kalo nanti ketahuan pakaianku basah semua, ibu pasti akan ngomel-ngomel memarahi aku. 

 Benar-benar suatu pengalaman luar biasa, hampir mati oleh makhluk yang disebut hantu sungai itu. Aku tidak pernah menceritakan soal makhluk itu pada orang tuaku, demikian juga dengan kedua temanku, biarlah menjadi rahasia kami saja.



Bersambung…




5


Surie8
waroxz76
JabLai cOY
JabLai cOY dan 56 lainnya memberi reputasi
57
Tutup