- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Susuk Nyi Blorong
![piendutt](https://s.kaskus.id/user/avatar/2020/03/10/avatar10821979_5.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
piendutt
Susuk Nyi Blorong
![Susuk Nyi Blorong](https://s.kaskus.id/images/2022/07/29/10821979_202207291019200675.jpg)
Quote:
Susuk Nyi Blorong
Part 1. Tragedi Mengubah Segalanya
Menjadi anak yang bisa melihat dunia lain, itu tidaklah mudah dan tidak seperti yang kalian pikirkan. Cerita ini mengisahkan seorang wanita yang berjuang untuk mengatasi ketakutannya karena diberikan kekuatan untuk bisa melihat hal-hal gaib.
Putri Balqis Kuncoro adalah anak semata wayang keluarga Bima Kuncoro. Seperti anak-anak lainnya, gadis berusia enam tahun itu mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari kedua orang tuanya. Bima adalah Direktur sekaligus pemilik beberapa rumah sakit yang tersebar di berbagai area. Kehidupan gadis itu benar-benar sempurna hingga membuat iri siapa pun yang melihatnya. Namun, suatu hari peristiwa nahas terjadi dan mengubah kehidupan gadis cilik itu.
Kecelakaan mobil beruntun di sebuah jalan mengakibatkan banyak korban jiwa. Tampak seorang gadis cilik sedang menangis sembari memanggil nama kedua orang tuanya.
"Ayah, Ibu ... bangun! Putri takut, Bu," pekiknya seraya mengguncang tubuh kedua orang tuanya yang sudah berlumuran darah.
Cedera di kepala gadis cilik itu membuatnya pusing, hingga tak sadarkan diri. Darah segar terus mengalir dari pelipisnya, hingga suara hiruk-pikuk dari luar mobil yang ternyata petugas keamanan berhasil menemukannya. Gadis cilik itu langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat, sedangkan kedua orang tuanya tidak terselamatkan.
Petugas kepolisian langsung menghubungi keluarga lain dari gadis cilik itu, beruntungnya ia masih mempunyai paman yang bernama Krisna Kuncoro. Adik dari sang ayah. Mendapat kabar seperti itu, Krisna beserta seluruh keluarga bergegas ke rumah sakit untuk melihat keadaan sang keponakan. Dokter berkata Putri mengalami syok dan kehilangan banyak darah. Gadis cilik itu juga mengalami trauma dan enggan untuk bangun lagi. Kini, Putri mengalami koma dan terbaring di rumah sakit. Entah kapan, gadis cilik itu bisa terbangun dan tersenyum kembali.
Sejak saat itulah, harta kekayaan Bima Kuncoro jatuh ke tangan Krisna untuk dikelola hingga Putri bangun dari tidur panjangnya.
***
Sekitar lima tahun kemudian.
Suatu pagi, terlihat dua orang perawat tengah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing di bangsal rumah sakit. Salah satu dari mereka sedang bertugas mengganti baju pasien.
"Kasihan, ya. Cantik-cantik tapi koma, udah kayak ngurus mayat aja beginian!" gerutu perawat itu.
"Hust! Dilarang ngeluh, kamu nggak tau, ya. Pasien ini anak orang kaya, jangan sampai lecet. Bisa kena marah kita nanti." Perawat yang lain pun mengingatkan.
Setelah selesai mengganti baju, tiba-tiba tangan pasien itu bergerak. Kedua perawat itu pun panik dan dengan segera memanggil Dokter untuk mengecek kondisi gadis yang sudah bertahun-tahun terbaring itu.
"Ini kabar baik, Putri akan segera bangun," serunya bersemangat.
Bersambung.
Written : @piendutt
Sumber : opini pribadi
Part 1. Tragedi Mengubah Segalanya
Menjadi anak yang bisa melihat dunia lain, itu tidaklah mudah dan tidak seperti yang kalian pikirkan. Cerita ini mengisahkan seorang wanita yang berjuang untuk mengatasi ketakutannya karena diberikan kekuatan untuk bisa melihat hal-hal gaib.
Putri Balqis Kuncoro adalah anak semata wayang keluarga Bima Kuncoro. Seperti anak-anak lainnya, gadis berusia enam tahun itu mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari kedua orang tuanya. Bima adalah Direktur sekaligus pemilik beberapa rumah sakit yang tersebar di berbagai area. Kehidupan gadis itu benar-benar sempurna hingga membuat iri siapa pun yang melihatnya. Namun, suatu hari peristiwa nahas terjadi dan mengubah kehidupan gadis cilik itu.
Kecelakaan mobil beruntun di sebuah jalan mengakibatkan banyak korban jiwa. Tampak seorang gadis cilik sedang menangis sembari memanggil nama kedua orang tuanya.
"Ayah, Ibu ... bangun! Putri takut, Bu," pekiknya seraya mengguncang tubuh kedua orang tuanya yang sudah berlumuran darah.
Cedera di kepala gadis cilik itu membuatnya pusing, hingga tak sadarkan diri. Darah segar terus mengalir dari pelipisnya, hingga suara hiruk-pikuk dari luar mobil yang ternyata petugas keamanan berhasil menemukannya. Gadis cilik itu langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat, sedangkan kedua orang tuanya tidak terselamatkan.
Petugas kepolisian langsung menghubungi keluarga lain dari gadis cilik itu, beruntungnya ia masih mempunyai paman yang bernama Krisna Kuncoro. Adik dari sang ayah. Mendapat kabar seperti itu, Krisna beserta seluruh keluarga bergegas ke rumah sakit untuk melihat keadaan sang keponakan. Dokter berkata Putri mengalami syok dan kehilangan banyak darah. Gadis cilik itu juga mengalami trauma dan enggan untuk bangun lagi. Kini, Putri mengalami koma dan terbaring di rumah sakit. Entah kapan, gadis cilik itu bisa terbangun dan tersenyum kembali.
Sejak saat itulah, harta kekayaan Bima Kuncoro jatuh ke tangan Krisna untuk dikelola hingga Putri bangun dari tidur panjangnya.
***
Sekitar lima tahun kemudian.
Suatu pagi, terlihat dua orang perawat tengah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing di bangsal rumah sakit. Salah satu dari mereka sedang bertugas mengganti baju pasien.
"Kasihan, ya. Cantik-cantik tapi koma, udah kayak ngurus mayat aja beginian!" gerutu perawat itu.
"Hust! Dilarang ngeluh, kamu nggak tau, ya. Pasien ini anak orang kaya, jangan sampai lecet. Bisa kena marah kita nanti." Perawat yang lain pun mengingatkan.
Setelah selesai mengganti baju, tiba-tiba tangan pasien itu bergerak. Kedua perawat itu pun panik dan dengan segera memanggil Dokter untuk mengecek kondisi gadis yang sudah bertahun-tahun terbaring itu.
"Ini kabar baik, Putri akan segera bangun," serunya bersemangat.
Bersambung.
Written : @piendutt
Sumber : opini pribadi
Part 1. Tragedi Mengubah Segalanya
Part 2. Bisa Melihat Arwah Gentayangan
Part 3. Kepulangan Putri ke Rumah
Part 4. Menempuh Pendidikan
Part 5. Sering diganggu Arwah
Part 6. Kecelakaan tak Terduga
Part 7. Kematian Sang Nenek
Part 8. Pertama Kali Berinteraksi dengan Arwah
Part 9. Trik Menemui Putri
Part 10. Membela Putri
Part 11. Pemasangan Susuk
Part 12. Susuk Pemikat Pria
Part 13. Ketakutan Terbesar Putri
Part 14. Bram ingin Melindungi Putri
Part 15. Putri dilukai oleh Donna
Part 16. Petaka
Part 17. Mengiklaskan Segalanya
Diubah oleh piendutt 09-09-2022 04:01
![grandiscreamo](https://s.kaskus.id/user/avatar/2011/04/25/avatar2875491_4.gif)
![terbitcomyt](https://s.kaskus.id/user/avatar/2022/03/17/avatar11185520_10.gif)
![dewiyulli07](https://s.kaskus.id/user/avatar/2023/08/10/avatar11443131_1.gif)
dewiyulli07 dan 20 lainnya memberi reputasi
21
10.1K
Kutip
91
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
![piendutt](https://s.kaskus.id/user/avatar/2020/03/10/avatar10821979_5.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
piendutt
#38
Susuk Nyi Blorong
![Susuk Nyi Blorong](https://s.kaskus.id/images/2022/09/05/10821979_202209050758480950.png)
Quote:
Part 14. Bram ingin Melindungi Putri
Bram meninggalkan Donna dan menyusul Putri ke teras. Pria itu terenyuh melihat Putri tengah duduk sendirian. Wanita pujaannya itu terlihat sedih dan Bram terus menatapnya dari belakang. Ada sesuatu yang membuat Bram selalu mengkhawatirkan keadaan Putri dan ingin terus melindunginya. Namun, dia tidak tahu sesuatu itu apa.
Bram begitu mengagumi ketabahan Putri dalam menjalani kehidupannya yang berbeda dengan manusia lainnya. Pria itu salut karena Putri terus berusaha mengendalikan ketakutan yang timbul akibat kemampuan mistis yang dimilikinya.
Putri membenahi posisi duduk saat melihat Bram datang menyusulnya.
"Sudah ngobrolnya sama Donna? Kok, cepet banget?"
"Aku sama dia juga tiap hari ketemu di tempat kerja. Kami bisa ngobrol kapan aja. Beda sama kamu yang sulit banget ditemui. Lagian, aku ke sini mau nemuin kamu, bukan dia," ujar Bram terang-terangan.
Putri menatap pria yang tengah duduk di hadapannya itu dengan malu-malu.
“Makasih … udah nolongin aku dua kali hari ini.”
"Iya, sudah seharusnya."
“Maksudnya?” Putri balik bertanya.
“Entah kenapa ... hatiku merasa nggak tenang saat kamu dalam bahaya.”
Lagi-lagi, Putri tersipu malu mendengar penuturan itu. Setelah beberapa saat, dia pun menceritakan kejadian di taman tadi pada Bram dan juga sesosok wanita yang selalu berada di belakang Donna.
“Mengapa mereka mau mencelakaimu?”
“Aku juga nggak tahu apa alasannya. Oh, iya, Nenek kamu ada di sini! Biarkan aku bertanya beberapa hal dulu padanya.”
Bram pun mengangguk dan menyimak dengan serius, meskipun dia tidak bisa melihat kehadiran sang nenek. Pria itu ingin memahami cara Putri berinteraksi dengan arwah Nenek Ratih.
"Nek, makasih tadi udah nolongin Putri. Tapi … wanita itu sebenarnya siapa, Nek?" tanya Putri pada arwah Nenek Ratih yang berdiri di hadapannya.
"Itu Nyi Blorong, Nak. Dia yang menjaga Donna untuk saat ini," jawab Nenek Ratih.
"Menjaga Donna? Kok bisa, Nek? Tapi … dulu Donna nggak ada yang jaga, lho! Aneh!"
"Kalau orang jaman dulu menyebutnya Gembolan Susuk, Nak. Jadi, Donna sekarang memakai susuk dan benda itulah yang menjaganya sekarang.”
"Astagfirullah! Susuk? Buat apa Donna memakainya, Nek?!"
"Nak Putri, sepertinya Donna mengincar Bram dan ingin mencelakaimu. Waktu Nenek di sini hanya tinggal beberapa hari lagi. Nenek tidak bisa menjaga kalian selamanya. Bisakah kalian pergi ke rumah pamannya Bram? Nenek rasa, dia bisa membantu kalian," pungkas Nenek Ratih dan langsung menghilang.
Putri menatap Bram dan kebingungan harus mulai bercerita dari mana.
"Kenapa, Put? Nenekku bilang apa?"
"Apa kamu merasa ada yang aneh dengan Donna?"
"Bagiku, sih, biasa aja. Tapi, kayaknya anak-anak lain makin tergila-gila sama Donna. Entah kenapa," jawab Bram.
"Dia pakai susuk buat ngedapetin kamu, Bram," ujar Putri tiba-tiba.
"Astagfirullah! Nggak mungkin lah! Nggak usah bercanda, deh!" sahut Bram yang tidak percaya sama sekali.
"Yang dorong aku dari tangga tadi itu … arwah penjaga susuk Donna. Dia nggak suka ngeliat kamu terlalu deket sama aku," sahut Putri.
"Serius kamu?! Apa itu tadi juga nenekku ... yang bisikin suruh cepet-cepet nolongin kamu?"
"Iya, itu bisikan dari Nenek Ratih," sahut Putri. "Waktu Nenek di dunia ini tinggal beberapa hari lagi. Beliau nggak bisa menjaga kita selamanya dan meminta kita pergi ke rumah pamanmu.”
"Oh, Paman Tirto! Nenekku bilang gitu, ya? Baiklah! Minggu ini aku jemput kamu, ya? Kita ke sana bareng-bareng," ajak Bram.
"Iya," sahut Putri setuju.
Malam itu Bram tidak bisa tidur di kamarnya. Dia gelisah memikirkan semua kejadian hari ini yang membuatnya bingung. Bram pun kembali mengingat semua perkataan Putri dan bangkit dari ranjangnya. Pria itu membuka laptopnya dan mencari informasi tentang susuk.
Setelah beberapa lama mencari di internet, Bram mendapatkan beberapa informasi penting.
“Hem, jadi seperti ini,” gumamnya bermonolog.
***
Keesokan harinya, setelah terbebas dari kesibukan mengurus pasien, Bram sengaja mengajak teman-temanya untuk makan siang. Tidak lupa, Bram pun turut mengundang Donna.
"Tumben banget ngajakin kita makan, Bram? Ada angin apa, nih?" ejek Clara.
"Iya, nih! Kayak seneng banget tuh anak," sahut Ridwan.
"Nah, kawan-kawan! Pesanannya sudah datang!" seru Bram sambil meletakkan beberapa piring sate ayam dan kambing.
"Apa nggak ada menu lain, ya?!" tanya Donna yang terkejut melihat piring-piring berisi sate itu. Dia pantang menyantap sate karena memakai susuk.
"Kenapa, Don? Bukannya kamu suka banget makan sate?" tanya Clara keheranan melihat sikap Donna. Sebagai teman baik, Clara tahu pasti bahwa Donna sangat menyukai sate.
"Hem … aku lagi diet!" sahut Donna beralasan.
"Sate ini dibakar, Don, bukan digoreng! Dijamin nggak bikin gemuk, kok! Yuk makan!" sahut Bram yang terus berusaha menawarkan sate-sate itu pada Donna.
Donna pun tidak bisa mengelak lagi mendengar ucapan manis dari mulut Bram. Dengan wajah cemberut, Donna pun memakan sate itu dengan cara melepaskan daging sate dari tusuknya menggunakan garpu.
"Lho? Kok, nggak dimakan dari tusuknya, Don? Rasanya beda tau!" celetuk Ridwan yang masih sibuk mengunyah daging di mulutnya.
"Ehmm, aku suka makan kayak gini, kok! Udah jangan pedulikan aku! Lanjut aja makannya!"
Melihat sikap Donna, akhirnya Bram pun mengetahui bahwa Donna pantang memakan sate dari tusuknya. Sama seperti tulisan pada artikel yang dibacanya semalam.
Bersambung.
Bram meninggalkan Donna dan menyusul Putri ke teras. Pria itu terenyuh melihat Putri tengah duduk sendirian. Wanita pujaannya itu terlihat sedih dan Bram terus menatapnya dari belakang. Ada sesuatu yang membuat Bram selalu mengkhawatirkan keadaan Putri dan ingin terus melindunginya. Namun, dia tidak tahu sesuatu itu apa.
Bram begitu mengagumi ketabahan Putri dalam menjalani kehidupannya yang berbeda dengan manusia lainnya. Pria itu salut karena Putri terus berusaha mengendalikan ketakutan yang timbul akibat kemampuan mistis yang dimilikinya.
Putri membenahi posisi duduk saat melihat Bram datang menyusulnya.
"Sudah ngobrolnya sama Donna? Kok, cepet banget?"
"Aku sama dia juga tiap hari ketemu di tempat kerja. Kami bisa ngobrol kapan aja. Beda sama kamu yang sulit banget ditemui. Lagian, aku ke sini mau nemuin kamu, bukan dia," ujar Bram terang-terangan.
Putri menatap pria yang tengah duduk di hadapannya itu dengan malu-malu.
“Makasih … udah nolongin aku dua kali hari ini.”
"Iya, sudah seharusnya."
“Maksudnya?” Putri balik bertanya.
“Entah kenapa ... hatiku merasa nggak tenang saat kamu dalam bahaya.”
Lagi-lagi, Putri tersipu malu mendengar penuturan itu. Setelah beberapa saat, dia pun menceritakan kejadian di taman tadi pada Bram dan juga sesosok wanita yang selalu berada di belakang Donna.
“Mengapa mereka mau mencelakaimu?”
“Aku juga nggak tahu apa alasannya. Oh, iya, Nenek kamu ada di sini! Biarkan aku bertanya beberapa hal dulu padanya.”
Bram pun mengangguk dan menyimak dengan serius, meskipun dia tidak bisa melihat kehadiran sang nenek. Pria itu ingin memahami cara Putri berinteraksi dengan arwah Nenek Ratih.
"Nek, makasih tadi udah nolongin Putri. Tapi … wanita itu sebenarnya siapa, Nek?" tanya Putri pada arwah Nenek Ratih yang berdiri di hadapannya.
"Itu Nyi Blorong, Nak. Dia yang menjaga Donna untuk saat ini," jawab Nenek Ratih.
"Menjaga Donna? Kok bisa, Nek? Tapi … dulu Donna nggak ada yang jaga, lho! Aneh!"
"Kalau orang jaman dulu menyebutnya Gembolan Susuk, Nak. Jadi, Donna sekarang memakai susuk dan benda itulah yang menjaganya sekarang.”
"Astagfirullah! Susuk? Buat apa Donna memakainya, Nek?!"
"Nak Putri, sepertinya Donna mengincar Bram dan ingin mencelakaimu. Waktu Nenek di sini hanya tinggal beberapa hari lagi. Nenek tidak bisa menjaga kalian selamanya. Bisakah kalian pergi ke rumah pamannya Bram? Nenek rasa, dia bisa membantu kalian," pungkas Nenek Ratih dan langsung menghilang.
Putri menatap Bram dan kebingungan harus mulai bercerita dari mana.
"Kenapa, Put? Nenekku bilang apa?"
"Apa kamu merasa ada yang aneh dengan Donna?"
"Bagiku, sih, biasa aja. Tapi, kayaknya anak-anak lain makin tergila-gila sama Donna. Entah kenapa," jawab Bram.
"Dia pakai susuk buat ngedapetin kamu, Bram," ujar Putri tiba-tiba.
"Astagfirullah! Nggak mungkin lah! Nggak usah bercanda, deh!" sahut Bram yang tidak percaya sama sekali.
"Yang dorong aku dari tangga tadi itu … arwah penjaga susuk Donna. Dia nggak suka ngeliat kamu terlalu deket sama aku," sahut Putri.
"Serius kamu?! Apa itu tadi juga nenekku ... yang bisikin suruh cepet-cepet nolongin kamu?"
"Iya, itu bisikan dari Nenek Ratih," sahut Putri. "Waktu Nenek di dunia ini tinggal beberapa hari lagi. Beliau nggak bisa menjaga kita selamanya dan meminta kita pergi ke rumah pamanmu.”
"Oh, Paman Tirto! Nenekku bilang gitu, ya? Baiklah! Minggu ini aku jemput kamu, ya? Kita ke sana bareng-bareng," ajak Bram.
"Iya," sahut Putri setuju.
Malam itu Bram tidak bisa tidur di kamarnya. Dia gelisah memikirkan semua kejadian hari ini yang membuatnya bingung. Bram pun kembali mengingat semua perkataan Putri dan bangkit dari ranjangnya. Pria itu membuka laptopnya dan mencari informasi tentang susuk.
Setelah beberapa lama mencari di internet, Bram mendapatkan beberapa informasi penting.
“Hem, jadi seperti ini,” gumamnya bermonolog.
***
Keesokan harinya, setelah terbebas dari kesibukan mengurus pasien, Bram sengaja mengajak teman-temanya untuk makan siang. Tidak lupa, Bram pun turut mengundang Donna.
"Tumben banget ngajakin kita makan, Bram? Ada angin apa, nih?" ejek Clara.
"Iya, nih! Kayak seneng banget tuh anak," sahut Ridwan.
"Nah, kawan-kawan! Pesanannya sudah datang!" seru Bram sambil meletakkan beberapa piring sate ayam dan kambing.
"Apa nggak ada menu lain, ya?!" tanya Donna yang terkejut melihat piring-piring berisi sate itu. Dia pantang menyantap sate karena memakai susuk.
"Kenapa, Don? Bukannya kamu suka banget makan sate?" tanya Clara keheranan melihat sikap Donna. Sebagai teman baik, Clara tahu pasti bahwa Donna sangat menyukai sate.
"Hem … aku lagi diet!" sahut Donna beralasan.
"Sate ini dibakar, Don, bukan digoreng! Dijamin nggak bikin gemuk, kok! Yuk makan!" sahut Bram yang terus berusaha menawarkan sate-sate itu pada Donna.
Donna pun tidak bisa mengelak lagi mendengar ucapan manis dari mulut Bram. Dengan wajah cemberut, Donna pun memakan sate itu dengan cara melepaskan daging sate dari tusuknya menggunakan garpu.
"Lho? Kok, nggak dimakan dari tusuknya, Don? Rasanya beda tau!" celetuk Ridwan yang masih sibuk mengunyah daging di mulutnya.
"Ehmm, aku suka makan kayak gini, kok! Udah jangan pedulikan aku! Lanjut aja makannya!"
Melihat sikap Donna, akhirnya Bram pun mengetahui bahwa Donna pantang memakan sate dari tusuknya. Sama seperti tulisan pada artikel yang dibacanya semalam.
Bersambung.
![itkgid](https://s.kaskus.id/user/avatar/2018/06/06/avatar10235128_1.gif)
![ariefdias](https://s.kaskus.id/user/avatar/2016/09/13/default.png)
![simounlebon](https://s.kaskus.id/user/avatar/2017/01/03/default.png)
simounlebon dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Kutip
Balas
Tutup