raaaaud20Avatar border
TS
raaaaud20
Korban Cintamu


Menceritakan tentang korban dari playboy😂
emoticon-Malu

Selamat membaca,

Pagi ini terasa amat menyenangkan, terlihat dari senyum merekah di bibir Lala. Dia berjalan sambil bersenandung pelan, rambutnya menari ke kiri dan kanan seperti menikmati senandung yang dilantunkan oleh Lala. Orang-orang sekitar nampaknya tak peduli akan kehadiran gadis kecil yang sedang jatuh cinta itu, mereka terlalu sibuk dengan urusan masing-masing.

Lala melangkahkan kakinya masuk ke salah satu kedai kopi yang terletak tak jauh dari rumahnya, di ujung pertigaan. Aroma kopi menusuk indra penciuman saat pintu terbuka, terlihat jejeran biji kopi yang menjadi pajangan menambah suasana tenang.

Jejeran kursi dan meja di tata sedemikian rupa untuk pengunjung duduk berbincang sambil menikmati hidangan, tanaman hias berwarna hijau menambah kesan nyaman dan alami, di dinding ada banyak lukisan yang berjejeran di pajang untuk memanjakan mata. Cafe ini terdiri dua lantai, namun sayang di lantai dua bukan rofftop hanya ada balkon yang menghadap langsung dengan pemandangan kota yang padat.
Para pekerja dan barista terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing, namun itu tidak mengurangi kesan tenang di dalam kafe ini, lagu-lagu indie diputar secara acak membuat pengunjung tak bosan untuk berlama-lama di sini. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, namun pengunjung cafe sudah ramai oleh pengunjung yang rata-rata anak remaja.
Lala berjalan menuju kasir dan memesan kopi Expresso dan Tiramisu. Dia berjalan menuju lantai dua dan memilih duduk di balkon yang menghadap langsung dengan pemandangan kota yang padat sekali dengan orang-orang yang sibuk. Terik matahari tak menyurutkan raut kebahagiaan di wajah Lala. Entah apa yang membuat Lala terlihat bahagia sekali hari ini.

Ting!

Sebuah pesan masuk, Lala melihat nama si pengirim sambil tersenyum, namun surut kertika melihat isi pesannya.

Cinta:
Sayang maaf aku ga bisa temenin kamu beli buku
Maaf ya, lain kali aja ya sayang
Nanti sore aku beliin es krim di pertigaan ya

Lala:
Iya gapapa kok.
Aku tunggu nanti sore di rumah ya.

Kemudian pesananan Lala datang dan menambah pesanannya lagi, cheese cake dan coklat dingin. Memang benar kata orang-orang, kalo cewek sedang unmood gairah makannya bertambah. Seperti Lala sekarang, dia gagal beli buku bersama kekasih barunya. Hubungan mereka baru terjalin seminggu yang lalu.

👣👣


Jangan lupa cendol segar, rate dan bagikan. Belajar Bersama Bisa dan Terimakasih

Quote:
Diubah oleh raaaaud20 03-09-2022 13:56
lina.wh
someshitness
embunsuci
embunsuci dan 21 lainnya memberi reputasi
20
5.3K
105
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
raaaaud20Avatar border
TS
raaaaud20
#99
LOST
Tubuhku terbujur kaku di brankar rumah sakit, pandangan kosong menatap asbes putih. Tak ada hal sia-sia dibalik sakitku, membayangkan dia tersenyum setelah sidang saja sudah menjadi obat.

Memori otakku memutar membayangkan ketika berjuang bersama mengerjakan skripsi bersama hingga larut malam, menemani bimbingan hingga di titik puncak semester akhir meskipun aku harus terbujur di sini tapi tak menyurutkan senyumku sedari tadi.
Kuraba nakas di sebelah mencari ponsel, nihil. Padahal aku ingin sekali melihat dan mendengar secara langsung bagaimana dia menyelesaikan sidang hari ini. Kusapukan pandangan ke seluruh ruangan, tak ada seorang pun.

“Sedih banget padahal aku pengen banget lihat dia,” keluhku sembari menghela napas kesal. “mungkin ponselku dibawa sama Ibu.”

Terdengar derap langkah mendekat ruangan. Apakah ini dia? Apa mungkin dia sengaja tidak memberikan kabar untuk kejutan ke sini? Ah membayangkan saja sudah membuat hatiku berdegup kencang. Dia kan pernah janji kalau sidang akan memberikan aku sebuah kejutan.
Aku pura-pura tidur aja deh, biar kejutannya berhasil. Sedari tadi senyumku tidak pernah luntur meskipun infus tertancap di tanganku sejak tadi malam. Ya, aku tadi malam merasakan sakit yang hebat, perutku seperti diperas dan badanku panas hingga menggigil. Dan entah bagaimana bisa tubuhku sudah terbujur di sini, lalu ada tas ibu dan laptop milik Izza.
Pintu berderit terbuka dan berjalan pelan ke arahku, sontak kupejamkan mata dan bergerak pelan seperti orang tertidur pulas. Hatiku sudah berdegub kencang sedari tadi, harapanku tak terlalu tinggi, Cuma berharap dia datang sembari membawa hasil skripsi yang kita kerjakan bareng meskipun aku yang berperan penting dalam pengerjaan ini dan memperlihatkan gelarnya.

Tapi kok tidak ada pergerakan seperti orang memberikan surprise ya? Batinku.
Rasa penasaran begitu besar, kuberanikan untuk sedikit membuka mata untuk melihat siapa yang datang. Hatiku mencelos, pupus sudah harapanku. Harapan hanyalah harapan. Ternyata hanyalah suster yang meletakkan makanan.

“Mbak gak ada cowok ke sini?” tanyaku tanpa basa-basi membuat susternya terperanjat kaget.

“Enggak, Mbak. Silahkan di makan, semoga lekas sembuh,” ucapnya dengan lembut.
Aku hanya tersenyum kecut. Tak lama kemudian sosok wanita berdiri di daun pintu, pandanganku menangkapku sedang terbangun. Senyumnya merekah dan berlari menuju arahku.

“Ya ampun anakku sudah bangun. Gimana perutnya udah enakan belum? Ini makanannya kok belum di makan?” cerocos wanita itu sembari memegang dahiku.

“Alhamdulillah, Ma. Sudah enakan kok. Ini makannya barusan dianter sama suster,” jawabku.
Tangan wanita itu terulur mengambil piring dan sendok. “Ayo mama suapin.”

Sontak aku menggeleng keras. “Aku masih bisa makan sendiri, Ma. Mama istirahat aja dulu.”

“Nak, kamu itu lagi sakit, Mama akan sakit kalau lihat anak kesayangan mama sakit juga. Harus sembuh ya.”

Aku mengangguk pelan, dan menerima suapan dari Mama.

“Oiya, Ma, ada Roni ke sini ngga?” tanyaku.

Raut wajah mama berubah. “Gak ada. Pokoknya kamu harus sembuh.”

Alisku bertaut tak mengerti. “Mama kenapa kok ga seperti biasanya? Ponsel aku mana, Mah?”
“Anak kesayangan mama harus sembuh ya, harus semangat sembuh dulu yah,” ucap Mama membuatku tak mengerti.

“Iya aku pasti sembuh kok, ponselku mana, Mah?” tanyaku sekali lagi.

Senyum mamaku merekah, lesungnya semakin terlihat jelas. “Jangan main ponsel dulu ya, biar fokus penyembuhan.”

Aku mengangguk paham dan melanjutkan suapan berikutnya. Pikiranku semakin bertanya-tanya, kenapa sikap mama berubah saat aku bertanya Roni. Biasanya antusias kalau aku bercerita atau sekadar mengeluarkan keluh kesah tentang hubungan romansaku.
Ah, mungkin mama sedang badmood saja, batinku dan tak ingin memperpanjang hal ini.
Tak lama kemudian datang gadis cantik memakai baju hitam putih dibalut jas almamater kampus dan tangannya menenteng beberapa paper bag. Mama langsung menyambut dengan pelukan hangat dan ucapan selamat.

“Wah selamat ya, Izza. Tante tinggal dulu mau ngurus administrasi di bawah.”
Senyumku ikut merekah meskipun sedikit kecewa aku yang seharusnya sidang hari ini harus ikut gelombang selanjutnya karena sakit. “Selamat ya!!!”
Tangannya meletakkan semua paper bag dan memelukku erat. “Eh tadi Roni ke sini ngga?”
“Seharusnya aku nanya kamu, dia gak tahu emang kalau aku ke rumah sakit?” tanyaku heran.
Kita sama-sama kebingungan dan mengerutkan alis. “Tadi sih aku liat bonceng cewek, keknya temen sekelasnya deh.”
Tiba-tiba ponsel Izza ramai oleh notifikasi. Aku masih saja berbincang dan membahas masalah yang Roni yang tak kunjung menjengukku. Hingga dering telpon dari Eni membuat kita menyelesaikan pembicaraan ini.

“Cepetan buka status WA Roni!!!!” teriak Eni dari seberang telepon.

Aku dan Izza saling berpandangan tak mengerti, tanpa menunggu lama Izza membuka aplikasi chat warna hijau itu, lalu mengetikkan nama Roni. Izza perlahan menjauh dariku, “Kenapa, Za?”

Izza hanya tersenyum kecut. “Kamu gak boleh liat.”

“Ih apaan sih, aku juga mau liat. Emang statusnya apa? Pasti surprise kan buat aku sesuai sama janji dia sama aku,” ucapku menebak sambal tersenyum sumringah.

Izza masih diam dan tidak berkata-kata. Apakah isinya seperti ekspresi Izza sekarang? Wajahnya terlihat sedih dan penuh kesedihan.

“Isinya apa emang? Kalau gak dikasih tahu, aku nekat cabut infus dan berangkat ke kampus,” ancamku tak sabaran.

Sedari tadi aku sudah sabra oleh sikap mama, sekarang aku harus penasaran lagi padahal sudah di depan mata. Apalagi ini ya Tuhan.


“Kamu masih sakit, jangan bergerak,” jawab Izza panik.

Tanganku akan mencabut infus di tangan kanan, namun Izza dengan cepat menahan. “Oke, tapi janji jangan berbuat hal-hal di luar nalar.”

Tangan Izza menyodorkan ponselnya yang berisi status WA Roni, hatiku seperti diremas-remas, perutku terasa semakin terlilit.

“Kalian gak ada masalah kan?” tanya Izza hati-hati.

Aku menggeleng lesu. Mataku memanas tanpa sadar air mata mengalir deras. Pantaskah aku menangisi lelaki yang seperti dia? Bahkan hubungan kita masih terjalin, dia sudah ada yang lain. Secepat itukah melupakanku? Atau memang aku saja yang terlalu antusias dalam hubungan ini hingga tak sadar jika dia sedang dekat dengan orang lain. Tolong siapapun jelaskan ini semua, aku tak sanggup menahan sakit ini yang dia torehkan.

“Salah aku apa sih? Aku masuk rumah sakit karena bantuin dia dan nemenin berjuang skripsian, sekarang dia menambah sakit hati. Hati dan ragaku lengkap sudah menerima sakit dari dia,” ucapku sembari menangis sesegukan.

Tak ada lagi harapan untuk mewujudkan janji kita yang pernah kita ucapkan bersama, cinta yang selama ini kita bangun dengan kuat hancur berkeping-keping. Jika memang ini takdirnya aku tidak bisa terima hal ini dengan mudah. Datangmu tanpa permisi, dan pergi tanpa pamit.

baik sekali dia.


****


Terlalu berharap terkadang menimbulkan sakit yang tidak terduga.
Malang, 03 September 2022
Diubah oleh raaaaud20 03-09-2022 13:56
kucingkampung97
kucingkampung97 memberi reputasi
1
Tutup