POV Rena*gw visualisasi sendiri berdasarkan interogasi dg cara tak terduga

Ini hari terakhir gw bekerja disini, selain lingkungan yg begitu toxic ada juga pimpinan cabul. Benar gw memasuki kantor ini tanpa usaha. Slamet yg menaruh gw ditempat ini, gw juga tak tahan ingin segera keluar dari neraka ini dan ikut bekerja bersama papa.
Sore ini perut gw mulai berbunyi, lambung gembel gw meronta-ronta untuk mendapatkan asupan makanan. Apa di rumahnya ada makanan??
Mengingat ibunya telah meninggal, hal itu juga menyakitkan untuk gw. Beliau sudah seperti ibu kandung, memperlakukan gw juga seperti anak kandung. Apa yg ia berikan pada anaknya, beliau juga memberi hal yg sama pada gw. Betapa gw merindukannya, tapi apa Slamet punya makanan dirumah?? Apa gw harus beli dan makan bersamanya?? Apa ia tengah makan bersama Nerissa??

Ah rasanya tak mungkin ia tengah bersama Nerissa. Mengingat ia putus dg dirinya yg buatnya begitu marah. Ia hilang kendali dan menghancurkan mobilnya dalam kecepatan tinggi. mengingat hal itu membuat gw khawatir dg keadaannya. Gw juga mengingat berkelahi malam itu melawan Nerissa karena ulahnya. Rasanya masih kurang gw untuk memukulinya.

Nerissa benar Benar menghancurkan hati Slamet, tapi entah kenapa gw begitu bahagia melihatnya. Karena selama ini gw benar benar tau dimana menaruh cinta ini.
Ah... Lebih baik gw sudahi mengingat memori ini dan segera pulang.
Akhirnya gw sampai rumahnya dg banyak makanan. Mungkin ia juga masih belum makan dan bersedih selepas kepergian ibunya. Karena sebenarnya gw dilema karenanya, disatu sisi gw merasa kasihan padanya tapi disisi lain gw malah merasa kasihan pada diri sendiri yg tak sekuat dirinya.

Tak perlu dipikirkan juga hal ini, lebih baik kami makan bersama.

" Ongkosnya??" Tanya Abang gojek

" Pake gopay ya pak" jawab gw sambil memberi tips bensin mengingat tempat gw bekerja dan rumahnya begitu jauh.

Gw memutar melewati pintu belakang, karena mungkin pintu depannya terkunci...
Dari belakang sini gw mendengar suara erangan halus ditambah kekehan aneh. Terlihat wanita yg sangat gw kenali hanya memakai bra dan bawahan rok mini dg tingkahnya begitu menggoda pria gw yg bertelanjang dada. Wajah mereka begitu dekat dan bibir yg bertaut.

" BANGSAD!!!" Maki gw

Gw segera menghampiri dan melayangkan tinju. Gw sudah mengincar bagian fatal dan membuat perempuan itu jatuh tak sadarkan diri.

" Apa apaan lu Ren!!?"

Slamet beranjak dan menggendong wanita pramuria itu.

" Pukulan lu bisa bikin Salsa koma!" Ia membela wanita itu

" Buat apa lu masih berhubungan dg pramuria ini??"

" Jaga mulut lu" katanya mencoba menyadarkan pramuria itu.

Hingga akhirnya Salsa sadar dg raut begitu kesakitan. Slamet berlalu

" Jangan berani lu sentuh dia" ancamnya

Ancamannya tak mempengaruhi gw sama sekali

" Hei pramuria!" Kata gw
" Pergi atau lu gak akan pernah pergi! Gw gak segan segan untuk bunuh orang, terutama lu!" Ancam gw

Ia masih kesakitan dg kedua tangannya mencoba melepas genggaman gw pada rambutnya.

" Lepas!"

Gw menuruti perkataan Slamet, ia membawa handuk dg air hangat untuk kompres pada tubuh Salsa yg gw tinju. Ia juga membantu memakaikan pakaian untuk pramuria itu. Kemudian menggendongnya menuju mobil.

" Diam disini!" Kata Slamet sibuk mencari kunci mobil

Ingin rasanya gw rusak mobil itu agar Slamet tak mengantar pramuria itu pulang, tapi gw harus tahu diri itu bukan mobilnya melainkan milik ci Alice. Gw berani merusak mobil kesayangannya jika ini situasinya, gw berani. Segera ia hilang dari pandangan gw.
Perut lapar gw begitu menyakitkan dirasa, hidangan sudah gw sediakan di piring. Tapi nafsu gw untuk menikmati hilang seketika itu juga melihatnya. Kenapa bisa pramuria itu masih berhubungan dg Slamet. Dan hal ini membuat gw benar benar marah pada Slamet juga, kenapa ia bisa tak berpikir jernih karena hal hal percintaan yang tak sehat itu.

PYARR!!!

Begitu kesalnya, gw harus membanting Piring sebagai pelampiasan.