- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Susuk Nyi Blorong
![piendutt](https://s.kaskus.id/user/avatar/2020/03/10/avatar10821979_5.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
piendutt
Susuk Nyi Blorong
![Susuk Nyi Blorong](https://s.kaskus.id/images/2022/07/29/10821979_202207291019200675.jpg)
Quote:
Susuk Nyi Blorong
Part 1. Tragedi Mengubah Segalanya
Menjadi anak yang bisa melihat dunia lain, itu tidaklah mudah dan tidak seperti yang kalian pikirkan. Cerita ini mengisahkan seorang wanita yang berjuang untuk mengatasi ketakutannya karena diberikan kekuatan untuk bisa melihat hal-hal gaib.
Putri Balqis Kuncoro adalah anak semata wayang keluarga Bima Kuncoro. Seperti anak-anak lainnya, gadis berusia enam tahun itu mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari kedua orang tuanya. Bima adalah Direktur sekaligus pemilik beberapa rumah sakit yang tersebar di berbagai area. Kehidupan gadis itu benar-benar sempurna hingga membuat iri siapa pun yang melihatnya. Namun, suatu hari peristiwa nahas terjadi dan mengubah kehidupan gadis cilik itu.
Kecelakaan mobil beruntun di sebuah jalan mengakibatkan banyak korban jiwa. Tampak seorang gadis cilik sedang menangis sembari memanggil nama kedua orang tuanya.
"Ayah, Ibu ... bangun! Putri takut, Bu," pekiknya seraya mengguncang tubuh kedua orang tuanya yang sudah berlumuran darah.
Cedera di kepala gadis cilik itu membuatnya pusing, hingga tak sadarkan diri. Darah segar terus mengalir dari pelipisnya, hingga suara hiruk-pikuk dari luar mobil yang ternyata petugas keamanan berhasil menemukannya. Gadis cilik itu langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat, sedangkan kedua orang tuanya tidak terselamatkan.
Petugas kepolisian langsung menghubungi keluarga lain dari gadis cilik itu, beruntungnya ia masih mempunyai paman yang bernama Krisna Kuncoro. Adik dari sang ayah. Mendapat kabar seperti itu, Krisna beserta seluruh keluarga bergegas ke rumah sakit untuk melihat keadaan sang keponakan. Dokter berkata Putri mengalami syok dan kehilangan banyak darah. Gadis cilik itu juga mengalami trauma dan enggan untuk bangun lagi. Kini, Putri mengalami koma dan terbaring di rumah sakit. Entah kapan, gadis cilik itu bisa terbangun dan tersenyum kembali.
Sejak saat itulah, harta kekayaan Bima Kuncoro jatuh ke tangan Krisna untuk dikelola hingga Putri bangun dari tidur panjangnya.
***
Sekitar lima tahun kemudian.
Suatu pagi, terlihat dua orang perawat tengah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing di bangsal rumah sakit. Salah satu dari mereka sedang bertugas mengganti baju pasien.
"Kasihan, ya. Cantik-cantik tapi koma, udah kayak ngurus mayat aja beginian!" gerutu perawat itu.
"Hust! Dilarang ngeluh, kamu nggak tau, ya. Pasien ini anak orang kaya, jangan sampai lecet. Bisa kena marah kita nanti." Perawat yang lain pun mengingatkan.
Setelah selesai mengganti baju, tiba-tiba tangan pasien itu bergerak. Kedua perawat itu pun panik dan dengan segera memanggil Dokter untuk mengecek kondisi gadis yang sudah bertahun-tahun terbaring itu.
"Ini kabar baik, Putri akan segera bangun," serunya bersemangat.
Bersambung.
Written : @piendutt
Sumber : opini pribadi
Part 1. Tragedi Mengubah Segalanya
Menjadi anak yang bisa melihat dunia lain, itu tidaklah mudah dan tidak seperti yang kalian pikirkan. Cerita ini mengisahkan seorang wanita yang berjuang untuk mengatasi ketakutannya karena diberikan kekuatan untuk bisa melihat hal-hal gaib.
Putri Balqis Kuncoro adalah anak semata wayang keluarga Bima Kuncoro. Seperti anak-anak lainnya, gadis berusia enam tahun itu mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari kedua orang tuanya. Bima adalah Direktur sekaligus pemilik beberapa rumah sakit yang tersebar di berbagai area. Kehidupan gadis itu benar-benar sempurna hingga membuat iri siapa pun yang melihatnya. Namun, suatu hari peristiwa nahas terjadi dan mengubah kehidupan gadis cilik itu.
Kecelakaan mobil beruntun di sebuah jalan mengakibatkan banyak korban jiwa. Tampak seorang gadis cilik sedang menangis sembari memanggil nama kedua orang tuanya.
"Ayah, Ibu ... bangun! Putri takut, Bu," pekiknya seraya mengguncang tubuh kedua orang tuanya yang sudah berlumuran darah.
Cedera di kepala gadis cilik itu membuatnya pusing, hingga tak sadarkan diri. Darah segar terus mengalir dari pelipisnya, hingga suara hiruk-pikuk dari luar mobil yang ternyata petugas keamanan berhasil menemukannya. Gadis cilik itu langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat, sedangkan kedua orang tuanya tidak terselamatkan.
Petugas kepolisian langsung menghubungi keluarga lain dari gadis cilik itu, beruntungnya ia masih mempunyai paman yang bernama Krisna Kuncoro. Adik dari sang ayah. Mendapat kabar seperti itu, Krisna beserta seluruh keluarga bergegas ke rumah sakit untuk melihat keadaan sang keponakan. Dokter berkata Putri mengalami syok dan kehilangan banyak darah. Gadis cilik itu juga mengalami trauma dan enggan untuk bangun lagi. Kini, Putri mengalami koma dan terbaring di rumah sakit. Entah kapan, gadis cilik itu bisa terbangun dan tersenyum kembali.
Sejak saat itulah, harta kekayaan Bima Kuncoro jatuh ke tangan Krisna untuk dikelola hingga Putri bangun dari tidur panjangnya.
***
Sekitar lima tahun kemudian.
Suatu pagi, terlihat dua orang perawat tengah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing di bangsal rumah sakit. Salah satu dari mereka sedang bertugas mengganti baju pasien.
"Kasihan, ya. Cantik-cantik tapi koma, udah kayak ngurus mayat aja beginian!" gerutu perawat itu.
"Hust! Dilarang ngeluh, kamu nggak tau, ya. Pasien ini anak orang kaya, jangan sampai lecet. Bisa kena marah kita nanti." Perawat yang lain pun mengingatkan.
Setelah selesai mengganti baju, tiba-tiba tangan pasien itu bergerak. Kedua perawat itu pun panik dan dengan segera memanggil Dokter untuk mengecek kondisi gadis yang sudah bertahun-tahun terbaring itu.
"Ini kabar baik, Putri akan segera bangun," serunya bersemangat.
Bersambung.
Written : @piendutt
Sumber : opini pribadi
Part 1. Tragedi Mengubah Segalanya
Part 2. Bisa Melihat Arwah Gentayangan
Part 3. Kepulangan Putri ke Rumah
Part 4. Menempuh Pendidikan
Part 5. Sering diganggu Arwah
Part 6. Kecelakaan tak Terduga
Part 7. Kematian Sang Nenek
Part 8. Pertama Kali Berinteraksi dengan Arwah
Part 9. Trik Menemui Putri
Part 10. Membela Putri
Part 11. Pemasangan Susuk
Part 12. Susuk Pemikat Pria
Part 13. Ketakutan Terbesar Putri
Part 14. Bram ingin Melindungi Putri
Part 15. Putri dilukai oleh Donna
Part 16. Petaka
Part 17. Mengiklaskan Segalanya
Diubah oleh piendutt 09-09-2022 04:01
![grandiscreamo](https://s.kaskus.id/user/avatar/2011/04/25/avatar2875491_4.gif)
![terbitcomyt](https://s.kaskus.id/user/avatar/2022/03/17/avatar11185520_10.gif)
![dewiyulli07](https://s.kaskus.id/user/avatar/2023/08/10/avatar11443131_1.gif)
dewiyulli07 dan 20 lainnya memberi reputasi
21
10.1K
Kutip
91
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
![piendutt](https://s.kaskus.id/user/avatar/2020/03/10/avatar10821979_5.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
piendutt
#21
Susuk Nyi Blorong
![Susuk Nyi Blorong](https://s.kaskus.id/images/2022/08/08/10821979_202208080745010383.png)
Quote:
Part 6. Kecelakaan tak Terduga
Setelah lulus dari bangku SMA, Putri, Bram, dan Donna pun melanjutkan kuliah dan mengambil jurusan yang sama yaitu jurusan Kedokteran. Bedanya adalah Putri tetap menempuh pendidikan kuliah di rumah bersama dosen pribadinya. Butuh waktu bertahun-tahun supaya wanita itu bisa mendapatkan gelar Sarjana dan setelah itu, dia berencana untuk kembali membuka Klinik yang dulu dikelola oleh mendiang ibunya.
“Putri, apa kamu tidak ingin bekerja di Rumah sakit bersama Om?”
“Maaf, Om. Aku hanya ingin menyelesaikan kewajiban ibuku untuk mengelola Klinik, agar beliau bisa tenang di Surga.”
“Baiklah, kalau seperti itu kemauanmu, Om akan menyiapkan semuanya.”
“Terima kasih, Om.”
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kini Putri sudah mulai terbiasa dengan kekuatan yang dimilikinya dan sudah bisa menghindari makhluk-makhluk yang terkadang mencoba mengganggunya. Gadis itu berhasil mewujudkan keinginannya untuk menjadi Dokter dan mengelola Klinik peninggalan mendiang ibunya.
Putri pernah mencari artikel tentang orang-orang yang memiliki kemampuan untuk melihat arwah seperti dirinya. Dalam sebuah artikel yang dibacanya tertulis bahwa arwah-arwah penasaran itu jarang mengganggu manusia, kecuali ada maksud tertentu seperti meminta bantuan, menyampaikan pesan terakhir mereka, atau sesuatu yang lain. Namun, terkadang ada juga arwah yang benar-benar jahat. Mereka bisa saja merasuki manusia dan tidak ingin keluar dari tubuhnya. Itulah yang ditakutkan Putri dan membuatnya bertekad untuk berlatih mengendalikan ketakutannya ketika bertemu arwah-arwah seperti itu.
***
Suatu hari di Klinik, terlihat seorang perawat sedang berbicara dengan seorang Nenek.
"Nenek, rumahnya di mana?" tanya perawat wanita berbaju pink dan putih itu.
"Nenek lupa. Eh, di mana, ya?" jawab wanita tua berusia sekitar delapan puluh tahunan itu.
"Duh, gimana ini?!" Perawat itu tampak cemas.
Putri yang saat itu melihat mereka, segera berjalan menghampiri.
"Ada apa ini, Sus?"
"Oh, Dokter Putri! Kebetulan, Nenek ini sepertinya lupa jalan pulang, Dok!"
Putri pun berjongkok, lalu bertanya kepada Nenek itu.
"Nenek, ke sini mau ngapain, ya?"
"Mau ketemu cucu Nenek. Katanya, Nenek disuruh nunggu di sini.”
"Oh, gitu, ya?"
Putri tampak mengerti dan membiarkan sang nenek untuk beristirahat di Klinik sejenak. Sebelum melangkah meninggalkan Nenek itu, Putri melihat sebuah ponsel yang tergantung di leher Nenek itu. Dia pun mengurungkan langkahnya dan kembali mendekatinya.
"Nek, bolehkah saya meminjam ini? Saya akan membantu menemukan cucu Nenek."
Nenek yang bernama Ratih itu pun mengangguk dan memberikan ponsel yang tergantung di lehernya. Ternyata, ponselnya itu dalam kondisi mati. Pasti keluarga Nenek Ratih sedang kebingungan mencarinya.
Putri pun menyalakan ponsel itu dan yakin kalau kontak nomor satu pasti orang yang sangat penting, maka dia pun menekan angka satu dan terdengar suara nada panggilan.
***
Sementara, di suatu tempat, seorang wanita terlihat kebingungan mencari neneknya yang hilang. Santi hanya meninggalkan neneknya sebentar untuk mencuci piring dan ketika kembali, sang nenek sudah menghilang.
"Duh, kemana perginya, sih?" Santi pun cemas dan buru-buru menelepon adiknya untuk ikut mencari sang nenek.
Bram yang mendapat kabar dari Santi bahwa neneknya hilang, langsung pulang ke rumah.
"Kenapa lagi, Kak? Kakak buat masalah apa lagi?” tanya Bram setengah emosi.
"Aku nggak bikin masalah, Bram! Nenek aja yang pergi entah kemana!" bantah Santi.
"Kalau sampai Nenek kenapa-napa, aku nggak bakal maafin Kakak!" ancam pria itu, lalu bergegas masuk ke mobil untuk mencari neneknya.
Bram kehilangan ibunya dalam sebuah kecelakaan dan dia pun dirawat oleh sang nenek. Itu sebabnya Bram sangat peduli sekali pada neneknya itu, walaupun beliau sudah pikun. Bram tidak pernah mempermasalahkan kepikunan Nenek Ratih karena dia masih sanggup menjaga wanita renta itu, bergantian dengan Kakak perempuannya.
Bram memacu mobilnya dengan kecepatan sedang saat terdengar nada panggilan masuk dengan nama Nenek Ratih terpampang di layar ponselnya.
"Akhirnya, Nenek nelpon juga!" Bram lega karena ponsel neneknya sudah aktif kembali. Dia pun segera memasang hands-free dan menjawab panggilan itu.
“Halo? Nenek?” tanya Bram tanpa basa-basi.
“Halo? Apa Anda sedang mencari Nenek Ratih? tanya Putri padanya.
Bram sedikit kebingungan karena ternyata itu suara orang lain yang memakai ponsel neneknya.
“Eh, iya. Saya cucunya, Anda siapa, ya? Sekarang, di mana Nenek saya?”
“Nenek Anda ada di Klinik saya sekarang. Beliau lupa jalan pulang. Bisakah Anda menjemputnya?”
“Tentu saja! Saya akan segera ke sana!”
“Kalau begitu, akan saya kirimkan alamatnya,” sahut Putri.
“Iya.”
Klik!
Panggilan pun dimatikan dan Putri sudah mengirimkan alamat Klinik kepada Bram via pesan singkat, lalu mengembalikan ponsel itu pada Nenek Ratih.
"Nenek, nggak perlu khawatir lagi. Tunggu di sini ya. Sebentar lagi cucu Nenek akan datang."
"Terima kasih, ya, Cu," ujar Nenek Ratih sambil tersenyum pada Putri.
"Sus, tolong tunggu di sini sebentar sampai cucunya datang. Saya masih ada pasien." perintah Putri
"Baik, Dok!"
Putri pun pergi kembali ke ruangannya usai berpamitan dengan sang nenek.
***
Beberapa saat kemudian, Bram sudah sampai di depan Klinik sesuai alamat yang dikirimkan Putri. Tanpa pikir panjang, pemuda itu segera memasuki Klinik dan begitu tiba di lobi, dia melihat wanita tua itu duduk di sebuah kursi.
"Nenek! Kenapa bisa sampai ke sini?" tanya Bram langsung memeluk wanita yang sudah dianggap seperti ibunya itu.
"Oh, cucuku sudah datang!" sahut wanita tua itu ikut gembira.
"Terima kasih, Suster, sudah menolong Nenek saya."
"Sebenarnya, Dokter Putri yang menelepon Anda tadi, bukan saya," bantah suster itu.
"Bisakah saya bertemu dengannya, Sus?" tanya Bram.
"Oh, maaf, sekarang Dokter sedang ada pasien."
"Kalau begitu sampaikan rasa terima kasih saya pada Dokter itu. Saya pamit ya, Sus. Sekali lagi, terima kasih," ujar Bram.
"Iya, Mas."
"Ayo, Nek, kita pulang." Bram menuntun neneknya untuk pulang.
***
Sesampainya di rumah, Santi yang sedari tadi terus diliputi rasa cemas langsung semringah ketika melihat Bram pulang bersama Nenek Ratih.
"Haduh, Nek! Ke mana aja, sih?! Santi cariin ke mana-mana juga!"
"Udah, Kak. Biarin Nenek beristirahat dulu," cegah Bram yang dijawab Santi dengan anggukan. Bram pun membawa neneknya ke kamar untuk beristirahat.
"Nek, jangan pergi tanpa pamit lagi, ya? Jangan bikin Bram khawatir, Nek."
"Iya, maafin Nenek, ya," ujar wanita tua itu seraya memeluk cucu kesayangannya.
***
Hari itu Bram berulang tahun dan Nenek ingin sekali memasak untuk merayakannya. Wanita tua itu pun menarik Santi ke pasar dan berbelanja.
"Nenek, pelan-pelan jalannya! Gandeng tangan Santi, ya! Jangan sampai pergi sendiri!" pinta Santi.
"Iya."
Nenek dan Santi berbelanja banyak sekali hingga membuat Santi kewalahan membawa barang belanjaannya. Saat dia hendak membayar belanjaan, Nenek Ratih sudah terlepas dari genggamannya. Wanita tua itu berjalan ke tepi jalan karena melihat anak ayam yang berwarna-warni.
"Dulu, cucuku suka sekali dengan ayam ini," gumam Nenek Ratih, lalu berbalik dan mendapati Santi sudah tidak ada di sampingnya.
Nenek Ratih kebingungan mencari Santi dan terus berjalan hingga tidak menyadari kedatangan sebuah mobil yang melaju cukup kencang. Mobil itu pun tidak sempat mengerem saat Nenek Ratih tiba-tiba melintas. Tabrakan pun tidak bisa dihindari. Tubuh Nenek Ratih terhempas dan berguling di jalanan.
Santi yang juga sedang kebingungan lantaran sang nenek luput dari pengawasannya, melihat kerumunan orang dan segera menghampirinya. Betapa terkejutnya dia saat mengetahui tubuh Nenek Ratih sudah terkulai tidak berdaya.
"Nenekkkkk!" jerit Santi sembari menghampiri tubuh sang nenek, sementara beberapa orang berusaha menolong dengan menelepon mobil ambulans.
***
Di tempat lain, Donna mengundang teman-temannya untuk datang ke rumah, sembari membahas tentang proyek baru di Rumah sakit tempat mereka bekerja. Kini mereka semua bekerja pada satu divisi yang sama di bawah kepemimpinan Bagas, kakaknya Donna. Bram juga ikut andil dan dia sudah lama tidak berkunjung ke rumah Donna setelah sang ibu meninggal. Silvi turut menyambut mereka semua.
"Silakan masuk semuanya!"
"Selamat pagi, Tante," sapa mereka.
"Iya, pagi. Loh, ini Bram? Kamu sudah besar rupanya, masih tampan seperti dulu," puji Silvi.
"Ah, Tante, bisa aja," bantah Bram sedikit malu.
"Ayo, semuanya masuk, anggap saja rumah sendiri, ya!"
"Iya, tante!"
Mereka pun segera duduk di sofa, sementara dari kejauhan, Putri yang menyadari kehadiran teman-teman Donna itu berpikir lebih baik menghindari mereka daripada bertengkar dengan sepupunya itu. Putri pun segera merapikan buku-bukunya dan bergegas kembali ke kamar.
Bersambung.
Setelah lulus dari bangku SMA, Putri, Bram, dan Donna pun melanjutkan kuliah dan mengambil jurusan yang sama yaitu jurusan Kedokteran. Bedanya adalah Putri tetap menempuh pendidikan kuliah di rumah bersama dosen pribadinya. Butuh waktu bertahun-tahun supaya wanita itu bisa mendapatkan gelar Sarjana dan setelah itu, dia berencana untuk kembali membuka Klinik yang dulu dikelola oleh mendiang ibunya.
“Putri, apa kamu tidak ingin bekerja di Rumah sakit bersama Om?”
“Maaf, Om. Aku hanya ingin menyelesaikan kewajiban ibuku untuk mengelola Klinik, agar beliau bisa tenang di Surga.”
“Baiklah, kalau seperti itu kemauanmu, Om akan menyiapkan semuanya.”
“Terima kasih, Om.”
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kini Putri sudah mulai terbiasa dengan kekuatan yang dimilikinya dan sudah bisa menghindari makhluk-makhluk yang terkadang mencoba mengganggunya. Gadis itu berhasil mewujudkan keinginannya untuk menjadi Dokter dan mengelola Klinik peninggalan mendiang ibunya.
Putri pernah mencari artikel tentang orang-orang yang memiliki kemampuan untuk melihat arwah seperti dirinya. Dalam sebuah artikel yang dibacanya tertulis bahwa arwah-arwah penasaran itu jarang mengganggu manusia, kecuali ada maksud tertentu seperti meminta bantuan, menyampaikan pesan terakhir mereka, atau sesuatu yang lain. Namun, terkadang ada juga arwah yang benar-benar jahat. Mereka bisa saja merasuki manusia dan tidak ingin keluar dari tubuhnya. Itulah yang ditakutkan Putri dan membuatnya bertekad untuk berlatih mengendalikan ketakutannya ketika bertemu arwah-arwah seperti itu.
***
Suatu hari di Klinik, terlihat seorang perawat sedang berbicara dengan seorang Nenek.
"Nenek, rumahnya di mana?" tanya perawat wanita berbaju pink dan putih itu.
"Nenek lupa. Eh, di mana, ya?" jawab wanita tua berusia sekitar delapan puluh tahunan itu.
"Duh, gimana ini?!" Perawat itu tampak cemas.
Putri yang saat itu melihat mereka, segera berjalan menghampiri.
"Ada apa ini, Sus?"
"Oh, Dokter Putri! Kebetulan, Nenek ini sepertinya lupa jalan pulang, Dok!"
Putri pun berjongkok, lalu bertanya kepada Nenek itu.
"Nenek, ke sini mau ngapain, ya?"
"Mau ketemu cucu Nenek. Katanya, Nenek disuruh nunggu di sini.”
"Oh, gitu, ya?"
Putri tampak mengerti dan membiarkan sang nenek untuk beristirahat di Klinik sejenak. Sebelum melangkah meninggalkan Nenek itu, Putri melihat sebuah ponsel yang tergantung di leher Nenek itu. Dia pun mengurungkan langkahnya dan kembali mendekatinya.
"Nek, bolehkah saya meminjam ini? Saya akan membantu menemukan cucu Nenek."
Nenek yang bernama Ratih itu pun mengangguk dan memberikan ponsel yang tergantung di lehernya. Ternyata, ponselnya itu dalam kondisi mati. Pasti keluarga Nenek Ratih sedang kebingungan mencarinya.
Putri pun menyalakan ponsel itu dan yakin kalau kontak nomor satu pasti orang yang sangat penting, maka dia pun menekan angka satu dan terdengar suara nada panggilan.
***
Sementara, di suatu tempat, seorang wanita terlihat kebingungan mencari neneknya yang hilang. Santi hanya meninggalkan neneknya sebentar untuk mencuci piring dan ketika kembali, sang nenek sudah menghilang.
"Duh, kemana perginya, sih?" Santi pun cemas dan buru-buru menelepon adiknya untuk ikut mencari sang nenek.
Bram yang mendapat kabar dari Santi bahwa neneknya hilang, langsung pulang ke rumah.
"Kenapa lagi, Kak? Kakak buat masalah apa lagi?” tanya Bram setengah emosi.
"Aku nggak bikin masalah, Bram! Nenek aja yang pergi entah kemana!" bantah Santi.
"Kalau sampai Nenek kenapa-napa, aku nggak bakal maafin Kakak!" ancam pria itu, lalu bergegas masuk ke mobil untuk mencari neneknya.
Bram kehilangan ibunya dalam sebuah kecelakaan dan dia pun dirawat oleh sang nenek. Itu sebabnya Bram sangat peduli sekali pada neneknya itu, walaupun beliau sudah pikun. Bram tidak pernah mempermasalahkan kepikunan Nenek Ratih karena dia masih sanggup menjaga wanita renta itu, bergantian dengan Kakak perempuannya.
Bram memacu mobilnya dengan kecepatan sedang saat terdengar nada panggilan masuk dengan nama Nenek Ratih terpampang di layar ponselnya.
"Akhirnya, Nenek nelpon juga!" Bram lega karena ponsel neneknya sudah aktif kembali. Dia pun segera memasang hands-free dan menjawab panggilan itu.
“Halo? Nenek?” tanya Bram tanpa basa-basi.
“Halo? Apa Anda sedang mencari Nenek Ratih? tanya Putri padanya.
Bram sedikit kebingungan karena ternyata itu suara orang lain yang memakai ponsel neneknya.
“Eh, iya. Saya cucunya, Anda siapa, ya? Sekarang, di mana Nenek saya?”
“Nenek Anda ada di Klinik saya sekarang. Beliau lupa jalan pulang. Bisakah Anda menjemputnya?”
“Tentu saja! Saya akan segera ke sana!”
“Kalau begitu, akan saya kirimkan alamatnya,” sahut Putri.
“Iya.”
Klik!
Panggilan pun dimatikan dan Putri sudah mengirimkan alamat Klinik kepada Bram via pesan singkat, lalu mengembalikan ponsel itu pada Nenek Ratih.
"Nenek, nggak perlu khawatir lagi. Tunggu di sini ya. Sebentar lagi cucu Nenek akan datang."
"Terima kasih, ya, Cu," ujar Nenek Ratih sambil tersenyum pada Putri.
"Sus, tolong tunggu di sini sebentar sampai cucunya datang. Saya masih ada pasien." perintah Putri
"Baik, Dok!"
Putri pun pergi kembali ke ruangannya usai berpamitan dengan sang nenek.
***
Beberapa saat kemudian, Bram sudah sampai di depan Klinik sesuai alamat yang dikirimkan Putri. Tanpa pikir panjang, pemuda itu segera memasuki Klinik dan begitu tiba di lobi, dia melihat wanita tua itu duduk di sebuah kursi.
"Nenek! Kenapa bisa sampai ke sini?" tanya Bram langsung memeluk wanita yang sudah dianggap seperti ibunya itu.
"Oh, cucuku sudah datang!" sahut wanita tua itu ikut gembira.
"Terima kasih, Suster, sudah menolong Nenek saya."
"Sebenarnya, Dokter Putri yang menelepon Anda tadi, bukan saya," bantah suster itu.
"Bisakah saya bertemu dengannya, Sus?" tanya Bram.
"Oh, maaf, sekarang Dokter sedang ada pasien."
"Kalau begitu sampaikan rasa terima kasih saya pada Dokter itu. Saya pamit ya, Sus. Sekali lagi, terima kasih," ujar Bram.
"Iya, Mas."
"Ayo, Nek, kita pulang." Bram menuntun neneknya untuk pulang.
***
Sesampainya di rumah, Santi yang sedari tadi terus diliputi rasa cemas langsung semringah ketika melihat Bram pulang bersama Nenek Ratih.
"Haduh, Nek! Ke mana aja, sih?! Santi cariin ke mana-mana juga!"
"Udah, Kak. Biarin Nenek beristirahat dulu," cegah Bram yang dijawab Santi dengan anggukan. Bram pun membawa neneknya ke kamar untuk beristirahat.
"Nek, jangan pergi tanpa pamit lagi, ya? Jangan bikin Bram khawatir, Nek."
"Iya, maafin Nenek, ya," ujar wanita tua itu seraya memeluk cucu kesayangannya.
***
Hari itu Bram berulang tahun dan Nenek ingin sekali memasak untuk merayakannya. Wanita tua itu pun menarik Santi ke pasar dan berbelanja.
"Nenek, pelan-pelan jalannya! Gandeng tangan Santi, ya! Jangan sampai pergi sendiri!" pinta Santi.
"Iya."
Nenek dan Santi berbelanja banyak sekali hingga membuat Santi kewalahan membawa barang belanjaannya. Saat dia hendak membayar belanjaan, Nenek Ratih sudah terlepas dari genggamannya. Wanita tua itu berjalan ke tepi jalan karena melihat anak ayam yang berwarna-warni.
"Dulu, cucuku suka sekali dengan ayam ini," gumam Nenek Ratih, lalu berbalik dan mendapati Santi sudah tidak ada di sampingnya.
Nenek Ratih kebingungan mencari Santi dan terus berjalan hingga tidak menyadari kedatangan sebuah mobil yang melaju cukup kencang. Mobil itu pun tidak sempat mengerem saat Nenek Ratih tiba-tiba melintas. Tabrakan pun tidak bisa dihindari. Tubuh Nenek Ratih terhempas dan berguling di jalanan.
Santi yang juga sedang kebingungan lantaran sang nenek luput dari pengawasannya, melihat kerumunan orang dan segera menghampirinya. Betapa terkejutnya dia saat mengetahui tubuh Nenek Ratih sudah terkulai tidak berdaya.
"Nenekkkkk!" jerit Santi sembari menghampiri tubuh sang nenek, sementara beberapa orang berusaha menolong dengan menelepon mobil ambulans.
***
Di tempat lain, Donna mengundang teman-temannya untuk datang ke rumah, sembari membahas tentang proyek baru di Rumah sakit tempat mereka bekerja. Kini mereka semua bekerja pada satu divisi yang sama di bawah kepemimpinan Bagas, kakaknya Donna. Bram juga ikut andil dan dia sudah lama tidak berkunjung ke rumah Donna setelah sang ibu meninggal. Silvi turut menyambut mereka semua.
"Silakan masuk semuanya!"
"Selamat pagi, Tante," sapa mereka.
"Iya, pagi. Loh, ini Bram? Kamu sudah besar rupanya, masih tampan seperti dulu," puji Silvi.
"Ah, Tante, bisa aja," bantah Bram sedikit malu.
"Ayo, semuanya masuk, anggap saja rumah sendiri, ya!"
"Iya, tante!"
Mereka pun segera duduk di sofa, sementara dari kejauhan, Putri yang menyadari kehadiran teman-teman Donna itu berpikir lebih baik menghindari mereka daripada bertengkar dengan sepupunya itu. Putri pun segera merapikan buku-bukunya dan bergegas kembali ke kamar.
Bersambung.
![simounlebon](https://s.kaskus.id/user/avatar/2017/01/03/default.png)
![itkgid](https://s.kaskus.id/user/avatar/2018/06/06/avatar10235128_1.gif)
![dewiyulli07](https://s.kaskus.id/user/avatar/2023/08/10/avatar11443131_1.gif)
dewiyulli07 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Kutip
Balas
Tutup