- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Susuk Nyi Blorong
TS
piendutt
Susuk Nyi Blorong
Quote:
Susuk Nyi Blorong
Part 1. Tragedi Mengubah Segalanya
Menjadi anak yang bisa melihat dunia lain, itu tidaklah mudah dan tidak seperti yang kalian pikirkan. Cerita ini mengisahkan seorang wanita yang berjuang untuk mengatasi ketakutannya karena diberikan kekuatan untuk bisa melihat hal-hal gaib.
Putri Balqis Kuncoro adalah anak semata wayang keluarga Bima Kuncoro. Seperti anak-anak lainnya, gadis berusia enam tahun itu mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari kedua orang tuanya. Bima adalah Direktur sekaligus pemilik beberapa rumah sakit yang tersebar di berbagai area. Kehidupan gadis itu benar-benar sempurna hingga membuat iri siapa pun yang melihatnya. Namun, suatu hari peristiwa nahas terjadi dan mengubah kehidupan gadis cilik itu.
Kecelakaan mobil beruntun di sebuah jalan mengakibatkan banyak korban jiwa. Tampak seorang gadis cilik sedang menangis sembari memanggil nama kedua orang tuanya.
"Ayah, Ibu ... bangun! Putri takut, Bu," pekiknya seraya mengguncang tubuh kedua orang tuanya yang sudah berlumuran darah.
Cedera di kepala gadis cilik itu membuatnya pusing, hingga tak sadarkan diri. Darah segar terus mengalir dari pelipisnya, hingga suara hiruk-pikuk dari luar mobil yang ternyata petugas keamanan berhasil menemukannya. Gadis cilik itu langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat, sedangkan kedua orang tuanya tidak terselamatkan.
Petugas kepolisian langsung menghubungi keluarga lain dari gadis cilik itu, beruntungnya ia masih mempunyai paman yang bernama Krisna Kuncoro. Adik dari sang ayah. Mendapat kabar seperti itu, Krisna beserta seluruh keluarga bergegas ke rumah sakit untuk melihat keadaan sang keponakan. Dokter berkata Putri mengalami syok dan kehilangan banyak darah. Gadis cilik itu juga mengalami trauma dan enggan untuk bangun lagi. Kini, Putri mengalami koma dan terbaring di rumah sakit. Entah kapan, gadis cilik itu bisa terbangun dan tersenyum kembali.
Sejak saat itulah, harta kekayaan Bima Kuncoro jatuh ke tangan Krisna untuk dikelola hingga Putri bangun dari tidur panjangnya.
***
Sekitar lima tahun kemudian.
Suatu pagi, terlihat dua orang perawat tengah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing di bangsal rumah sakit. Salah satu dari mereka sedang bertugas mengganti baju pasien.
"Kasihan, ya. Cantik-cantik tapi koma, udah kayak ngurus mayat aja beginian!" gerutu perawat itu.
"Hust! Dilarang ngeluh, kamu nggak tau, ya. Pasien ini anak orang kaya, jangan sampai lecet. Bisa kena marah kita nanti." Perawat yang lain pun mengingatkan.
Setelah selesai mengganti baju, tiba-tiba tangan pasien itu bergerak. Kedua perawat itu pun panik dan dengan segera memanggil Dokter untuk mengecek kondisi gadis yang sudah bertahun-tahun terbaring itu.
"Ini kabar baik, Putri akan segera bangun," serunya bersemangat.
Bersambung.
Written : @piendutt
Sumber : opini pribadi
Part 1. Tragedi Mengubah Segalanya
Menjadi anak yang bisa melihat dunia lain, itu tidaklah mudah dan tidak seperti yang kalian pikirkan. Cerita ini mengisahkan seorang wanita yang berjuang untuk mengatasi ketakutannya karena diberikan kekuatan untuk bisa melihat hal-hal gaib.
Putri Balqis Kuncoro adalah anak semata wayang keluarga Bima Kuncoro. Seperti anak-anak lainnya, gadis berusia enam tahun itu mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari kedua orang tuanya. Bima adalah Direktur sekaligus pemilik beberapa rumah sakit yang tersebar di berbagai area. Kehidupan gadis itu benar-benar sempurna hingga membuat iri siapa pun yang melihatnya. Namun, suatu hari peristiwa nahas terjadi dan mengubah kehidupan gadis cilik itu.
Kecelakaan mobil beruntun di sebuah jalan mengakibatkan banyak korban jiwa. Tampak seorang gadis cilik sedang menangis sembari memanggil nama kedua orang tuanya.
"Ayah, Ibu ... bangun! Putri takut, Bu," pekiknya seraya mengguncang tubuh kedua orang tuanya yang sudah berlumuran darah.
Cedera di kepala gadis cilik itu membuatnya pusing, hingga tak sadarkan diri. Darah segar terus mengalir dari pelipisnya, hingga suara hiruk-pikuk dari luar mobil yang ternyata petugas keamanan berhasil menemukannya. Gadis cilik itu langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat, sedangkan kedua orang tuanya tidak terselamatkan.
Petugas kepolisian langsung menghubungi keluarga lain dari gadis cilik itu, beruntungnya ia masih mempunyai paman yang bernama Krisna Kuncoro. Adik dari sang ayah. Mendapat kabar seperti itu, Krisna beserta seluruh keluarga bergegas ke rumah sakit untuk melihat keadaan sang keponakan. Dokter berkata Putri mengalami syok dan kehilangan banyak darah. Gadis cilik itu juga mengalami trauma dan enggan untuk bangun lagi. Kini, Putri mengalami koma dan terbaring di rumah sakit. Entah kapan, gadis cilik itu bisa terbangun dan tersenyum kembali.
Sejak saat itulah, harta kekayaan Bima Kuncoro jatuh ke tangan Krisna untuk dikelola hingga Putri bangun dari tidur panjangnya.
***
Sekitar lima tahun kemudian.
Suatu pagi, terlihat dua orang perawat tengah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing di bangsal rumah sakit. Salah satu dari mereka sedang bertugas mengganti baju pasien.
"Kasihan, ya. Cantik-cantik tapi koma, udah kayak ngurus mayat aja beginian!" gerutu perawat itu.
"Hust! Dilarang ngeluh, kamu nggak tau, ya. Pasien ini anak orang kaya, jangan sampai lecet. Bisa kena marah kita nanti." Perawat yang lain pun mengingatkan.
Setelah selesai mengganti baju, tiba-tiba tangan pasien itu bergerak. Kedua perawat itu pun panik dan dengan segera memanggil Dokter untuk mengecek kondisi gadis yang sudah bertahun-tahun terbaring itu.
"Ini kabar baik, Putri akan segera bangun," serunya bersemangat.
Bersambung.
Written : @piendutt
Sumber : opini pribadi
Part 1. Tragedi Mengubah Segalanya
Part 2. Bisa Melihat Arwah Gentayangan
Part 3. Kepulangan Putri ke Rumah
Part 4. Menempuh Pendidikan
Part 5. Sering diganggu Arwah
Part 6. Kecelakaan tak Terduga
Part 7. Kematian Sang Nenek
Part 8. Pertama Kali Berinteraksi dengan Arwah
Part 9. Trik Menemui Putri
Part 10. Membela Putri
Part 11. Pemasangan Susuk
Part 12. Susuk Pemikat Pria
Part 13. Ketakutan Terbesar Putri
Part 14. Bram ingin Melindungi Putri
Part 15. Putri dilukai oleh Donna
Part 16. Petaka
Part 17. Mengiklaskan Segalanya
Diubah oleh piendutt 09-09-2022 04:01
dewiyulli07 dan 20 lainnya memberi reputasi
21
10.1K
Kutip
91
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
piendutt
#19
Susuk Nyi Blorong
Quote:
Part 4. Menempuh Pendidikan
Putri berdiri di depan pintu kamarnya, tetapi ada rasa ragu yang menyelimuti hatinya saat hendak membuka pintu itu. Bukan karena sesuatu yang besar, tetapi gadis itu belum siap untuk mengenang kembali masa-masa saat masih bersama kedua orangtuanya. Masa itu terasa begitu singkat layaknya mimpi saja.
"Ayo masuk, Non!" Suara Mbok Inah membuyarkan lamunannya.
"Iya, Mbok."
Akhirnya pintu itu pun dibuka dan Putri berjalan perlahan mengitari kamar itu.sambil memegang beberapa perabotan di sana. Benar-benar tidak berubah sama sekali. Putri juga melihat foto Ayah dan ibunya masih terpajang rapi di sana. Tidak terasa air matanya pun berlinang karena masih belum bisa menerima kepergian mereka berdua.
"Non, jangan sedih, ya. Kami semua di sini menyayangi, Non. Jadi, jangan merasa kesepian," ujar Mbok Inah menghibur Putri.
"Iya, Mbok. Makasih udah ngebantu Putri selama ini dan menjaga kamar ini tetap sama seperti dulu," sahutnya seraya mengusap air mata.
Setelah meletakkan koper milik Putri di pinggir lemari, Mbok Inah pamit agar gadis itu bisa beristirahat.
***
Putri merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Kasur itu masih terasa hangat seperti dulu. Dia mengingat bahwa dulu di belakang rumahnya ada ayunan yang dibuat oleh sang ayah. Putri pun beranjak dan ingin melihat ayunan itu dari jendela kamarnya.
Betapa terkejutnya dia saat melihat wanita bergaun putih yang tadi dilihatnya sedang bermain ayunan di sana. Putri bersembunyi di balik tirai jendela. Dia penasaran siapa wanita yang dilihatnya tadi dan mengintip kembali. Anehnya, wanita itu sudah lenyap entah ke mana.
Putri menyadari bahwa sejak terbangun dari koma, matanya bisa melihat hal-hal seperti itu. Terkadang hal itu benar-benar membuatnya ketakutan.
***
Hidangan yang begitu mewah sudah tersaji di atas meja saat makan malam tiba. Keluarga Krisna yang kini telah bertambah dengan kehadiran Putri tengah asyik berbincang-bincang.
“Putri, apakah kamarmu masih sama seperti yang dulu?" Krisna mengawali obrolan mereka.
"Iya, Om. Masih sama, kok," sahut Putri lirih.
"Om sudah memutuskan, kamu harus bersekolah lagi. Om ingin kamu mendapatkan masa depan yang layak karena kamu sudah lama tertidur dan melewatkan banyak hal. Tenang saja, Om sudah mengaturnya. Sekarang yang terpenting adalah memulihkan kesehatan kamu dulu,” terang Krisna.
"Apa Papa akan memasukkan Putri ke sekolahnya Donna?" Tiba-tiba Silvi bertanya.
"Hah?! Kenapa dimasukin ke tempatku, sih?!" ucap Donna terang-terangan menolak.
"Tidak. Putri bisa bersekolah di rumah. Mengingat keadaan Putri yang baru saja pulih, Papa sudah menyewa guru privat buat dia.”
"Kenapa nggak nyuruh aku aja, Pa? Aku juga bisa mengajari Putri." Bagas pun menawarkan diri.
"Kamu sebentar lagi lulus, Gas. Kamu masih harus membantu Papa di Rumah sakit. Jelas kamu nggak akan punya banyak waktu," ujar Krisna menjelaskan.
"Iya, Om. Makasih karena udah merhatiin Putri selama ini.”
"Jangan ngomong kayak gitu, Putri! Kita ini semua keluarga," sahut pria berumur tiga puluh tahunan itu seraya tersenyum.
***
Akhirnya Putri belajar di rumah dengan guru privat yang disewa oleh Krisna. Gadis itu masih mencoba beradaptasi agar tidak canggung saat bertemu orang-orang di sekitarnya.
Saat itu, Putri tengah belajar sendirian di belakang rumah. Jari lentiknya membolak-balik lembaran buku ketika dia merasa seperti ada seseorang yang tengah memperhatikannya. Mendadak, sebuah bayangan melintas dari belakang tubuhnya.
"Siapa di sana?! Mbok? Mbok Inah!" pekik Putri memanggilnya.
Putri segera beranjak dari kursi lalu masuk ke rumah karena tidak ada yang menjawab panggilannya. Dia berjalan mengikuti bayangan yang melintas tadi dan sampailah di depan sebuah kamar. Terlihat pintu kamar itu terbuka sedikit dan membuatnya berpikir pasti orang itu tadi masuk ke dalamnya. Belum sempat dia membuka pintu, seseorang mengagetkannya.
"Non, kenapa bisa ada di sini?" tanya Mbok Inah seraya memegang pundak Putri.
“Astagfirullah! Mbok! Kaget saya!” ucap Putri seraya mengatur napasnya lagi, sedangkan Mbok Inah menutup pintu yang sedikit terbuka itu.
"Non, jangan pernah masuk ke kamar itu, ya. Nanti Nyonya besar bisa marah!"
"Memangnya itu kamar apa, Mbok?" tanya Putri penasaran.
"Mbok nggak tau persis, Non. Tapi, Nyonya melarang siapa pun untuk masuk ke sini."
"Seingat saya ... bukannya dulu di sini gudang, ya?"
Tidak ingin berlama-lama dan khawatir ada yang melihat, Mbok Inah langsung menggandeng tangan Putri dan segera pergi dari tempat itu.
"Ayo, Non! Kita ke sana! Mbok takut nanti Nyonya melihat kita," ujar Mbok Inah
***
Kini, Putri harus belajar lebih rajin lagi untuk mengejar ketinggalan karena tertidur terlalu lama. Untungnya, dia memiliki bakat yang luar biasa, sehingga tidak cukup sulit baginya untuk menerima pelajaran baru. Setiap hari, Putri dibimbing oleh guru privat agar nilai-nilai yang didapatnya selalu bagus. Akhirnya, Putri pun bisa mendapatkan ijazah SD meskipun tidak bersekolah secara reguler.
Suatu hari Krisna mengusulkan kepada Putri untuk mencoba bersekolah reguler. Dia ingin agar sang keponakan memiliki teman bermain dan bisa berbaur dengan orang lain karena Krisna sedikit khawatir pada keponakannya yang selalu berada di rumah dan jarang keluar itu.
“Tapi, Om … Putri belum terbiasa bergaul dengan orang lain.”
“Justru karena itu, Om ingin kamu punya teman dan bisa berbagi cerita bersama mereka.”
Awalnya Putri menolak, tetapi setelah dipikir-pikir tidak ada salahnya mencoba. Mungkin dengan cara seperti itu akan dapat mengurangi kekhawatirannya selama ini.
Akhirnya, Krisna pun mulai mengurus surat-surat penerimaan murid baru untuk Putri. Sengaja dia tidak menyekolahkan keponakannya itu dengan Donna karena khawatir akan terjadi masalah.
Bersambung.
Putri berdiri di depan pintu kamarnya, tetapi ada rasa ragu yang menyelimuti hatinya saat hendak membuka pintu itu. Bukan karena sesuatu yang besar, tetapi gadis itu belum siap untuk mengenang kembali masa-masa saat masih bersama kedua orangtuanya. Masa itu terasa begitu singkat layaknya mimpi saja.
"Ayo masuk, Non!" Suara Mbok Inah membuyarkan lamunannya.
"Iya, Mbok."
Akhirnya pintu itu pun dibuka dan Putri berjalan perlahan mengitari kamar itu.sambil memegang beberapa perabotan di sana. Benar-benar tidak berubah sama sekali. Putri juga melihat foto Ayah dan ibunya masih terpajang rapi di sana. Tidak terasa air matanya pun berlinang karena masih belum bisa menerima kepergian mereka berdua.
"Non, jangan sedih, ya. Kami semua di sini menyayangi, Non. Jadi, jangan merasa kesepian," ujar Mbok Inah menghibur Putri.
"Iya, Mbok. Makasih udah ngebantu Putri selama ini dan menjaga kamar ini tetap sama seperti dulu," sahutnya seraya mengusap air mata.
Setelah meletakkan koper milik Putri di pinggir lemari, Mbok Inah pamit agar gadis itu bisa beristirahat.
***
Putri merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Kasur itu masih terasa hangat seperti dulu. Dia mengingat bahwa dulu di belakang rumahnya ada ayunan yang dibuat oleh sang ayah. Putri pun beranjak dan ingin melihat ayunan itu dari jendela kamarnya.
Betapa terkejutnya dia saat melihat wanita bergaun putih yang tadi dilihatnya sedang bermain ayunan di sana. Putri bersembunyi di balik tirai jendela. Dia penasaran siapa wanita yang dilihatnya tadi dan mengintip kembali. Anehnya, wanita itu sudah lenyap entah ke mana.
Putri menyadari bahwa sejak terbangun dari koma, matanya bisa melihat hal-hal seperti itu. Terkadang hal itu benar-benar membuatnya ketakutan.
***
Hidangan yang begitu mewah sudah tersaji di atas meja saat makan malam tiba. Keluarga Krisna yang kini telah bertambah dengan kehadiran Putri tengah asyik berbincang-bincang.
“Putri, apakah kamarmu masih sama seperti yang dulu?" Krisna mengawali obrolan mereka.
"Iya, Om. Masih sama, kok," sahut Putri lirih.
"Om sudah memutuskan, kamu harus bersekolah lagi. Om ingin kamu mendapatkan masa depan yang layak karena kamu sudah lama tertidur dan melewatkan banyak hal. Tenang saja, Om sudah mengaturnya. Sekarang yang terpenting adalah memulihkan kesehatan kamu dulu,” terang Krisna.
"Apa Papa akan memasukkan Putri ke sekolahnya Donna?" Tiba-tiba Silvi bertanya.
"Hah?! Kenapa dimasukin ke tempatku, sih?!" ucap Donna terang-terangan menolak.
"Tidak. Putri bisa bersekolah di rumah. Mengingat keadaan Putri yang baru saja pulih, Papa sudah menyewa guru privat buat dia.”
"Kenapa nggak nyuruh aku aja, Pa? Aku juga bisa mengajari Putri." Bagas pun menawarkan diri.
"Kamu sebentar lagi lulus, Gas. Kamu masih harus membantu Papa di Rumah sakit. Jelas kamu nggak akan punya banyak waktu," ujar Krisna menjelaskan.
"Iya, Om. Makasih karena udah merhatiin Putri selama ini.”
"Jangan ngomong kayak gitu, Putri! Kita ini semua keluarga," sahut pria berumur tiga puluh tahunan itu seraya tersenyum.
***
Akhirnya Putri belajar di rumah dengan guru privat yang disewa oleh Krisna. Gadis itu masih mencoba beradaptasi agar tidak canggung saat bertemu orang-orang di sekitarnya.
Saat itu, Putri tengah belajar sendirian di belakang rumah. Jari lentiknya membolak-balik lembaran buku ketika dia merasa seperti ada seseorang yang tengah memperhatikannya. Mendadak, sebuah bayangan melintas dari belakang tubuhnya.
"Siapa di sana?! Mbok? Mbok Inah!" pekik Putri memanggilnya.
Putri segera beranjak dari kursi lalu masuk ke rumah karena tidak ada yang menjawab panggilannya. Dia berjalan mengikuti bayangan yang melintas tadi dan sampailah di depan sebuah kamar. Terlihat pintu kamar itu terbuka sedikit dan membuatnya berpikir pasti orang itu tadi masuk ke dalamnya. Belum sempat dia membuka pintu, seseorang mengagetkannya.
"Non, kenapa bisa ada di sini?" tanya Mbok Inah seraya memegang pundak Putri.
“Astagfirullah! Mbok! Kaget saya!” ucap Putri seraya mengatur napasnya lagi, sedangkan Mbok Inah menutup pintu yang sedikit terbuka itu.
"Non, jangan pernah masuk ke kamar itu, ya. Nanti Nyonya besar bisa marah!"
"Memangnya itu kamar apa, Mbok?" tanya Putri penasaran.
"Mbok nggak tau persis, Non. Tapi, Nyonya melarang siapa pun untuk masuk ke sini."
"Seingat saya ... bukannya dulu di sini gudang, ya?"
Tidak ingin berlama-lama dan khawatir ada yang melihat, Mbok Inah langsung menggandeng tangan Putri dan segera pergi dari tempat itu.
"Ayo, Non! Kita ke sana! Mbok takut nanti Nyonya melihat kita," ujar Mbok Inah
***
Kini, Putri harus belajar lebih rajin lagi untuk mengejar ketinggalan karena tertidur terlalu lama. Untungnya, dia memiliki bakat yang luar biasa, sehingga tidak cukup sulit baginya untuk menerima pelajaran baru. Setiap hari, Putri dibimbing oleh guru privat agar nilai-nilai yang didapatnya selalu bagus. Akhirnya, Putri pun bisa mendapatkan ijazah SD meskipun tidak bersekolah secara reguler.
Suatu hari Krisna mengusulkan kepada Putri untuk mencoba bersekolah reguler. Dia ingin agar sang keponakan memiliki teman bermain dan bisa berbaur dengan orang lain karena Krisna sedikit khawatir pada keponakannya yang selalu berada di rumah dan jarang keluar itu.
“Tapi, Om … Putri belum terbiasa bergaul dengan orang lain.”
“Justru karena itu, Om ingin kamu punya teman dan bisa berbagi cerita bersama mereka.”
Awalnya Putri menolak, tetapi setelah dipikir-pikir tidak ada salahnya mencoba. Mungkin dengan cara seperti itu akan dapat mengurangi kekhawatirannya selama ini.
Akhirnya, Krisna pun mulai mengurus surat-surat penerimaan murid baru untuk Putri. Sengaja dia tidak menyekolahkan keponakannya itu dengan Donna karena khawatir akan terjadi masalah.
Bersambung.
itkgid dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Kutip
Balas
Tutup