Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mahadev4Avatar border
TS
mahadev4
Cincin Putih (Ketika Cinta Tak Mesti Memiliki)


Daftar Isi

Chapter 01

Chapter 02

Chapter 03

Chapter 04

Chapter 05

Chapter 06

Chapter 07

Chapter 08

Chapter 09

Chapter 10

Chapter 11

Chapter 12

Chapter 13

Chapter 14 End
Diubah oleh mahadev4 04-05-2023 09:08
bukhorigan
indrag057
bachtiar.78
bachtiar.78 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.1K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
mahadev4Avatar border
TS
mahadev4
#3
Chapter 2
Deburan ombak pantai menghantam gundukan karang-karang, cukup kuat untuk menggoyahkan kaki seorang gadis cantik dan imut yang tengah asyik bergaya di pinggiran pantai itu, ia menjerit kaget dan langsung terhempas terduduk di air, sekujur badannya basah kuyup oleh air laut, pakaiannya yang basah justru menampakkan lekukan indah tubuhnya, walau pun memakai kaos panjang dengan ukuran longgar tak mampu menutupi pesona tubuhnya, gadis cantik itu bersungut-sungut manja menatap seorang lelaki yang berdiri di pantai dengan sebuah kamera digital di tangan.

"Kok malah di ketawain sih, Kak Rei jahat!" protes gadis itu sedikit berteriak.

"Hahaha ... salah sendiri, siapa suruh gayanya narsis gitu? jadinya kehilangan keseimbangan deh ... Cintya, Kak Rei foto ya, posenya bagus tuh, apalagi dengan ekspresi cemberutmu yang ngegemesin, jadi terlihat makin cantik," lelaki yang di panggil Rei balik meledeknya.

"Iiih ... sebel tau!!" Cintya bangkit dan bergegas berlari ke arah Rei yang masih tertawa terpingkal-pingkal, ia tidak menyangka Cintya bakal bangkit secepat itu, tanpa sempat di hindari tubuh Cintya telah meloncat dan memeluk tubuh Rei, mereka bergulingan di pasir putih.

"Ya ampun, Cintya ... Kak Rei jadi ikutan basah dan penuh pasir nih."

"Biarin, biar sama-sama basah, adil kan? wee ...." Cintya menjulurkan lidah dengan ekspresi penuh kepuasan melihat Rei yang kini tergeletak dengan tubuh yang juga basah dan bersimbah butiran pasir.

Cintya bangkit dan berjalan ke arah sebuah mobil tidak jauh dari tempat mereka, mengambil sebuah handuk, mengeringkan rambut dan pakaiannya, juga merapikan kembali jilbabnya. Setidaknya ia tak lagi tampak basah kuyup, lalu di lemparkannya handuk itu kepada Rei.

Gadis cantik berjilbab dengan wajah imut yang di panggil Cintya, bernama lengkap Cintya Meydiani Safitri, ia putri seorang pengusaha asal Banten yang memilih tinggal di Bandar Lampung bersama tantenya dan bersekolah di salah satu SMA terkemuka. Sedangkan lelaki yang dipanggil Rei, nama lengkapnya Reinaldy Kumala, seorang pelukis wajah yang pendidikannya hanya sampai SMP, ia bukan anak berada, pun hidup jauh dari kedua orang tua, sejak kecil ia telah di asuh oleh neneknya yang miskin dan bekerja sebagai pedagang ikan segar di Pasar Gudang Lelang. Kemiskinan tak membuatnya putus asa, walau hidupnya belum cukup untuk di katakan layak tetapi ia punya mimpi besar yang tetap teguh ia pegang, dengan satu keyakinan bahwa kapan pun waktunya, mimpi itu pasti bisa di raih.

"Cintya ...."

"Hmmm ...."

"Cin ...."

"Iya, Kak Rei, ada apa?"

"Met ultah, ya."

"Idiih kirain apaan, kan tadi waktu ketemu Kakak juga udah ngucapin met ultah ke Adik"

"Iya sih ...."

"Terus ...."

"Kadonya kan belum."

Kaget, Cintya memalingkan wajahnya menatap Reinaldy. "Memangnya Kakak mau kasih adik apa?"

Reinaldy merogoh sakunya, meraih sebuah kotak kado kecil terbungkus kertas berwarna putih perak, di serahkannya kotak kecil itu, "Maaf ya, Kak Rei baru bisa kasih kamu sekarang."

"Terima kasih ya, Kak. Padahal adik nggak minta loh."

Reinaldy tersenyum melihat wajah Cintya yang berseri-seri.

Kotak kado dibuka, sebuah kotak kaca, berisi sebentuk cincin berwarna putih dengan permata putih yang gemerlapan di dalamnya. Cintya tampak terkejut dan tak menyangka akan menerima hadiah yang memang sangat di idam-idamkannya.

"Ini kan mahal, Kakak ...."

"Mulai deh ngomongin harga, jadi males tahu," Reinaldy pasang muka cemberut.

"Iya deh, maaf ... maaf, terima kasih ya Kakak sudah kasih kado yang paling Cintya suka. Adik boleh kan minta sesuatu sama Kakak lagi?"

"Haa ... masih kurang ya kadonya?"

"Iih bukan gitu. Mulai sekarang Adik maunya dipanggil Cincin Putih ...."

===

Suasana ruang VIP tempat Reinaldy dirawat jadi hening, Reinaldy mengulangi gumamannya, "Cincin Putih ... Kamukah itu?"

"Bu Cintya, Ibu kenapa?" Suster menepuk pundak Cintya, menyadarkannya dari lamunan masa lalu yang secara tiba-tiba melintas di kepalanya.

"Eh nggak apa-apa, Sus. Bisa tinggalkan kami berdua saja?"

"Ooh tentu. Permisi. Kalau ada keperluan, Bu Cintya bisa hubungi saya di depan."

"Terima kasih, Suster."

Suster jaga segera keluar, kembali pada rutinitasnya.

Cintya melangkah mendekati Reinaldy, duduk di samping dan meraih tangan Reinaldy.

Ditariknya nafas panjang, mengumpulkan keberanian untuk melontarkan kata-kata, karena sejujurnya ia tak menyangka kalau pria yang kemarin ditabrak adalah seseorang yang dulu begitu dicintai dan juga mencintainya, seseorang yang sampai detik ini pun masih ia cinta.

"Ya Kak Rei ... aku Cincin Putih."

===

Bersambung
indrag057
bachtiar.78
bachtiar.78 dan indrag057 memberi reputasi
2