Part 2


Ketidaksregan ane sama si makhluk namanya Reza ini dimulai ketika dia mulai berceramah dan bertingkah aneh seolah2 mengikuti hadist tertentu. Semisal, dia yang pertama kali mendorong para anak Rohis (kelompok agamis sekolah) untuk memakai celak di bulu mata. Dengan alasan itu kebiasaan para syech dan memang sesuai salah satu hadist. Apalagi keyakinan mereka para rombongan pemakai celak ini untuk mempertajam pandangan mata. Ane waktu itu walau kagak terlalu kosong urusan agama tapi juga ogah otak ane mau dicuci ala para majelis agama di sekolah. ane cuman tertawa dalam hati dan jangan heran, si Tio pun termasuk dalam bujuk rayu si reza. Bagi ane, yang normal2 aja ga usah berlaku aneh2 udah cukup membuat ane tampan .

Sejak nama ane semakin moncer akibat nampil jadi vokalis di festival musik sekolah, sejak saat itu pula si TIo semakin dekat dan akrab dengan si Reza. Kebetulan rumah si Reza berada di dekat pasar yang berdekatan dengaan tempat jualan mamaknya Tio. Terkadang, si Reza juga ikut menemani Tio menjualkan dagangan ortunya Tio. Memang, ane akuin si Reza ini tipikal anak yang bisa ngambil hati para orang tua. Termasuk, guru2 di sekolah terutma yang ibu2, tidak ada yang tidak suka sama si Reza. Soalnya, perilaku si Reza bener2 kemayu dan seperti anak cewek yang manja tapi juga rajin. Tapi ane secara pribadi justru menilai kelakuan Reza ini lebay dan memuakkan. Ane kagak tau, tapi ane tau biasanya orang yang punya kepribadian seperti ini selalu ada maksud yang terpendam alias ada udang dibalik batu. Berusaha mengambil hati dan kepercayaan karena ada maksud yang ingin diraih.

Selama ane masih sekelas dengan Tio, ane memperhatikan banyak gelagat yang berubah dari dia sejak dekat dengan Reza. Jujur aja, ane termasuk yang sangat ikhlas membantu bahkan terkadang jadi donatur tetap bagi para fakir bensin di sekolah. Apalagi si Tio yang memakai vespa tua yang sangat rentan dengan mogok dan kehabisan bensin. Ane pun dengan senang hati memberikan duit buat mengganti duit jajan si Tio yang harus terpakai untuk mengganti beberapa onderdil vespanya. Ane lakuin itu tanpa sepengetahuan siapapun hanya ane dan Tio yang tau waktu itu. karena ane kagak mau diketahuin banyak duit dan dipanggil2 orang kaya yang bagi ane sangat geli, tapi bagi si Desi sebuah panggilan yang membanggakan.

Sesekali kelas kosong karena guru tidak datang atau ada rapat guru, maka seketika si Tio meninggalkan meja sebangku dengan ane dan pindah ke meja Reza. Ane pun cuek2 aja saat itu karena si Joni sering maen ke meja ane.
"ada apa si Tio dengan kau ne wak? bebalah (berantem) kalian ne ya?", tanya Joni
"ah mana ada, ga tau tuh sejak habis kita nampil dan jadi heboh band kita, dia jadi gitu, mungkin dia pengen jadi vokalis kali", ujar ane
memang si Tio nampak fokus latihan vokalnya di samping reza sembari menyanyikan lagu2 dan si Reza bertindak seperti manager atau pelatih vokalnya.
"ah masa iya, ada2 aja Tio, padahal dia gitaris juga uda okay, banyak juga yang ngefans, masih kurang apa?", ujar Joni
ane cuman tersenyum dan no comment.

Si joni pun bergerak ke meja Reza dan Tio.
"Hoy, kau ne Tio, berhentilah deket2 sama Reza, nak jadi Homo apa kau ini", hina Joni
"astagfrullah, sembarangan aja kau ngomong e", ujar Reza dengan gaya ngomong kemayu
"hah, tak percaya aku, coba sini aku tes bunyi kentut kamu2 ini", ujar Joni
ane dan bahkan satu kelas ngakak2 mendengar ujaran si Joni ini. Maksud si Joni ingin mengetes kentut Reza dan Tio karena mencurigai telah terjadi adegan batang masuk ke lubang kentut yang membuat kentut pun sudah terjepit lagi alias sudah lossss
"apa2an sih kau ini Joni, sana pergi, rusuh aja", ujar Tio kesal
"aku ne ngasih tau kau aja Tio, jangan pernah terpengaruh dengan Reza yang rajin ganti agama ini. Lihat, kau sudah make celak ikut2an dia", ejek Joni
"ah, kau tuh kalau tak paham ya sudah jangan komentar", bantah Tio

Si Joni pun akhirnyaa menyingkir karena hampir adu jotos dengan si Tio. Ane kagak tau, pokoknya si Joni ini memang sudah merasakan keanehan dari si Tio yang sepertinya ingin menonjol sendiri. Sedangkan si Joni memang berusaha untuk menjaga agar band kami tetap kompak. Memang sebenernya si Joni juga pengen naekin pamor, tapi selalu bisa nego waktu nampil. Misal dia minta ada bagian2 vokal kasih ke dia, ane pun monggo2 aja. Ane juga ngasih kesempatan buat si Tio gabung dalam vokal tertentu. Ane kagak ada masalah yang penting kompak aja. Walau pada akhirnyaa pada protes kenapa bagian vokal tertentu ngasih si Joni yang bikin lagu jadi cempreng .

Keanehan lain dari si Tio muncul ketika salah satu teman sekelas yang selalu borong goreng2an ke kelas. Waktu itu sebut aja namanya si yuyun, dia langsung menyodorkan goreng2an ke ane dan Tio. Ane pun langsung melahap apalagi tahu bunting dan bakwan kesukaan ane. Namun dengan gaya bak artis yang menganggap goreng2an adalah makanan kelas bawah, si Tio menolak dan mengucapkan terima kasih. Ane sangat terkejut, namun ane ga berani komentar. Sedangkan si yuyun yang termasuk ratunya ceplas ceplos di kelas, langsung nyerocos mempertanyakan alasan si Tio tak mau menyantap goreng2an yang dia beli.

"ini goreng2an bude belakang, sombong bener kau ga mau makan goreng2an lagi, padahal dulu sama aku mau kau nemenin aku beli ini, tenang aja Tio, tak ada pelet2 dalam gorengan ini. Tengok aja si Uwak santai aja makan, kok kau kawan lebih lama dari aku tak mau makan belian aku", ujar Yuyun kesal
"bukan gitu yun, aku memang tak boleh lagi makan yang berminyak2 dan yang bersantan. Supaya kualitas vokal aku terjaga", ujar Tio
"hah? masa? jadi artis2 vokalis tuh penyanyi tuh tak ada yang makan gorengan? yang bener? lagian kau kan cuman vokalis band2an biasa aja, ngapain tak mau makan gorengan", ujar Yuyun
ane pun ngekek dalam hati karena memang terkesan sangat lebay
"aku tuh udah gurah, semua paru2 dan tenggorokan aku dibersihkan, jadi tak boleh diisi dengan minyak2 kalau ga nanti sia2 aja", ujar Tio
"ah, jadi mau jadi penyanyi, tak boleh makan goreng2an, ais sebegitu bener", ujar Yuyun

ane pun ga mengerti maksud gurah yang dimaksud si Tio.
"iya, aku disaranin sama Reza supaya gurah paru2 biar plong dan suara aku makin tinggi", ujar Tio
ane pun cuman ooo dan mengangguk2 tak komentar. Sebegitu seriusnya si Tio ingin menjadi vokalis terbaik sekolah.
"nah kau uwak, tak boleh juga makan goreng2an?", tanya yuyun ke ane
"ah, aku ne vokalis apaan yun, orang ngeband tuh cuman rame2 dan hobby aja. Kebetulan diajak bikin band ya sudah. Lagian tak ada bakat dan niat mau jadi musisi yun, berat saingan dan bukan hanya masalah bakat, tapi banyak hal lain2", ujar ane
Ane sangat paham soal politik dan seluk beluk yang juara2 band sewaktu ane di Batam semuanya sudah settingan dan pesanan saja. Modal menjadi hal yang paling utama supaya berhasil di Industri musik sepemahaman ane waktu itu.
Namun tidak bagi Tio yang masih berkeyakinan bisa semulus yang dia pikirkan.
"nah iya, mending aku dak jadi vokalis ketimbang tak boleh makan goreng2an", ujar yuyun
ane pun ngakak2 dan Tio semakin menunjukkan ketidak senangan tidak hanya ke ane, tapi juga ke teman2 lamanya. Anehnya, si TIo semakin membenci ane karena merasa teman lamanya justru sepemikiran dengan ane yang nyata2 anak pindahan.

Si Tio semakin bertingkah ingin menjadi bintang kelas dengan melakukan berbagai kegiatan yang akan memancing perhatian para gadis. Dimulai dengan ikutan berbagai bela diri, dari wushu, taekwondo, silat, kungfu dsb. Memang, di kelas ane waktu itu rata2 ya memang suka musik dan maen bola kaki. Sedangkan si Tio sangat tidak mau maen bola karena akan membuat kulitnya semakin hitam . Hal ini membuat kebencian anggota band ane semakin menjadi. Sedangkan ane tetap no comment karena bagi ane si TIo sedang tahap puber yang sedang mencari jati diri.

Semakin si Tio dekat dengan Reza semakin jarang dia ngobrol dengan ane. Bahkan hingga suatu ketika dia pun memohon untuk tukar tempat duduk temannya Reza ke ane. Ane pun terhenyak tapi ga terkejut lagi. Ane sudah bisa merasakan dan memang ga bisa berbuat apapun. Namun, hal ini justru membuat hampir satu kelas atau katakaanlah teman2 dekat si Tio menjadi berang dengan kelakuannya. Dalam pandangan teman2nya, si Tio ini sangat tidak berterima kasih dan merasa beruntung duduk dengan ane. Apalagi, ane memang jarang ngomong dan ga pernah bersitegang dengan si Tio. Atas alasan apa si Tio pindah tempat duduk. Ane cuman tersenyum dan ga komentar ketika para teman2 kelas menyindir si Tio.

Seringkali teman2 si Tio mengajak untuk maen ke rumah, tapi Si TIo menolak karena memilih untuk menghabiskan waktu menginap di Rumah Reza.
"ada apa emangnya di Rumah Reza?", ujar si Dika
"ya tak ada, sekalian biar belajar", ujar Tio
"kau ne sekarang sudah berubah ya, tiap hari sama Reza", ujar Dika
"ah biasa aja, emang dia baik. Emang tak boleh kalau aku dekat sama Reza? Emang kamu selama ini peduli sama aku?", ujar Tio
ane bener2 ga paham maksud si Tio karena ane ga menyangka ternyata benar dugaan ane si Tio sangat butuh perhatian. Mungkin melalui Reza, si Tio mendapatkan perhatian sesuai yang diharapkannya.
Sejak si Tio pindah tempat duduk, sejak saat itu pula ane berhenti berkomunikasi hingga saat suatu siang ketika ane nunggu pacar ane zuhuran yang udah ane ceritain di part 1.

Ane tau, pernah suatu saat abangnya si Tio datang ke kelas dan diingatkan Joni supaya berhati2 dengan perubahan sikap dari si Tio akibat terlalu dekat dengan Reza. Namun, abangnya tampaknya tidak percaya dengan omongan Joni yang juga ceplas ceplos. Apalagi memang si Joni terkenal sangat sering konfrontasi dengan Tio. Mungkin, curiga ane si Reza bisa juga mengambil hati si abangnya Tio dengan membelikan sesuatu atau menraktir. Kecurigaan ane ini terbukti nantinya.

Alhamdulilah keinginan Tio untuk semakin dielukan di sekolah tercapai. Waktu itu dia berhasil nampil memukai di festival musik sekolah di akhir menjelang ane lulus SMA. Namun, satu hal yang tak disadari Tio, namanya menjadi cowok favorit sekolah itu relatif. Karena, ternyata ada adik kelas yang juga berfikiran sama dengan si Tio. Apalagi, si adik kelas ini juga blasteran bule nan tampan. Sehingga pamor dia pun sedikit redup dibandingan adik kelas ganteng ini. Si adik kelas ini pun mengambil ekstrakulikuler palang merah. Ane si paham2 aja, biar nanti banyak cewek2 pura2 pingsan biar ditolong sama ne adik kelas ganteng . Pola pikir anak sekolah SMA memang aneh2 . Sedangkan ane sendiri sudah tidak ambil pusing karena fokus ane sudah urusannya mau kuliah dimana. Di mata ane, sekolah sudah usai dan fokus dengan lanjutan cita2.

Hingga suatu ketika, saat rombongan sekolah ane sudah mulai kehidupan baru dan saling mengutarakan niat kumpul alias reuni. Ane termasuk yang cuek, palingan cuman dengan sahabat ane yang hoby berkelakar. Terus terang ane rada malas masuk dalam grup besar, karena banyak pola pikir dan over acting yang ga jelas. Apalagi banyak semakin aneh2 pengaruh yang diberikan kawan2 sekolah ane. Ane ingat betul sewaktu pasca awal2 kuliah, mulai bertebaran dengan kawan2 sekolah ane yang berubah menjadi sosok2 yang begitu paham dan yakin dengan bagaimana caranya menjadi orang sukses dengan cepat. Padahal, mereka2 ini juga belum sukses tapi sangat pede untuk mempengaruhi teman2 sekolah ane untuk mengikuti pola pikirnya. Ada yang berkeyakinan kalau jadi polisi dan TNi merupakan takaran sukses, sehingga membuat mereka petantang petenteng karena sudah nerima gaji. Sedangkan ane dan rombongan yang kuliah normal pun menjadi sasaran cemoohan.

Hal ini membuat banyak para rombongan kuliah, Semisal, ada teman ane yang sudah jelas2 kuliah jurusan sosial, namun karena terpengaruh pola pikir begini, memutuskan berhenti kuliah dan fokus tes polisi dan angkatan namun gagal. Belum lagi paham MLM yang berseliweran yang menjanjikan kesuksesan yang instan lewat prospak prospek(in) kawan . Ane jujuran, bener2 dongkol waktu itu karena seolah2 teman2 yang sudah punya gaji duluan ini berasa paling sukses. Ane tetap yakin bahwa tiap orang punya jalan masing2, yang penting jangan saling mengomentari dan petantang petenteng. Ane tetap fokus dan percaya bahwa jalan ane ini yang membuat ane punya jalan hidup dan kesuksesan berbeda (alhamdulilah, berkat kutukan tampan ane merasakan demikian sekarang ).

Hal inilah yang membuat ujaran reuni dan kumpul2 ala anak2 lugu sekolahan bubar karena masing2 merasa minder dan tak mau dipermalukan jika dibandingkan dengan teman2 sekolah yang udah masuk kedinasan tertentu. Ane pun memutuskan keluar dari grup ngobrol fesbuk khusus alumni SMA ane.

Kurang lebih 5 tahun kemudian setelah kelulusan, ane pun berlanjut sekolah dan menetap di Jakarta. Saat itu, ane sangat paham banyak teman2 ane sudah punya mobil, rumah dan menikah karena sudah bekerja terutama yang masuk di kedinasan. Sedangkan ane masih status sekolah, dan ane masih selow dan santai. Ane kagak peduli, walau belum menghasilkan tetapi ane tetap yakin dengan jalan hidup ane. Hingga suatu ketika, ane pun dimasukkan di dalam grup BBM.

Ane pun mengecek satu persatu nama di BBM grup. Ada satu nama yang ane cari karena selama kurang lebih 5 tahun, ane selalu dapat informasi perkembangan dari teman2 ane kecuali si Tio.
"Eh, si TIo gimana kabarnya?", ujar ane dalam hati
jujur aja, ane antara penasaran juga pengen tau bagaimana perkembangan si Tio yang sangat ambisius dan rela bersikap demikian demi menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang ter- dan paling dibandingkan kami2. Apalagi, pertemuan ane terakhir dengan Tio sangat kental gaya sengak dan pedenya.

ane pun serta merta mengetik ke dalam chat grup bbm untuk sapa pertama kali dan menanyakan kabar Tio
"halo, dulur2 apa kabar, eh kok di grup ga ada Tio, gimana kabarnya?", ujar ane
semua menyapa ane dengan histeris karena memang banyak kenangan lawak2 selama di sekolah. Namun satu hal yang tak dijawab urusan pertanyaan ane tentang Tio.
Hingga muncul ping dari salah satu teman sekelas ane yang juga anak pindahan dari pekan baru, sebut aja namanya Anis. Dia ini cewek yang termasuk dekat dengan Tio atau mungkin pernah dideketin Tio karena ingin membuat Desi cemburu.

begini isi bbm ane dengan ane seingat ane
"Uwaaaakkk... kau Di Jakarta juga ya, aku sekarang juga kuliah di tempat kau", ujar Anis
"eh, Anis. Mantap, kau ambil jurusan apa dan kos dimana?", tanya ane
"aku ambil notaris wak, kau kos dimana? aku kos di depok sinilah", ujar Anis
"oh kau di Depok, yaudah nanti kapan2 pas kuliah ke depok, nanti aku kabarin dan mampir ke kosan kau ya", ujar ane
"oke2 wak siap, kabarin aja. Oh ya wak, tolong jangan tanya2 lagi tentang Tio wak, kasian abangnya", ujar Anis

ane pun kaget dan ga paham apa maksud dari ucapan si Anis
"maksudnya kenapa? emang kenapa kok tak boleh nanya kabar si Tio, emangnya si Tio benci aku apa gimana? atau aku ada salah apa kok sampai tak boleh nanya kabar dia?", balas ane
"Bukan, bukan gitu waaakkk, kau tuh tak tau cerita tentang Tio apa?", balas Anis
"aku tuh udah dari sejak kita baru2 kuliah, udah kutanyain ke setiap anak2 rombongan kita, semua jawab tak ada yang tau dan tak ada yang balas. Aku kan pengen tau perkembangaan setiap kawan kita kan wajar, nah cuman TIo yang aku ga tau", ujar ane
"aduh Wak, aku ne mau ngomong tapi gimana, pokoknya wak kau tak perlu tanya2 lagi di grup tentang Tio, itu aja ga usah tanya2 kenapa lagi", ujar Anis

mendengar penjelasan Anis, ane semakin penasaran dan ga mengerti ada masalah apa yang menyebabkan ane ga boleh tau dan nanya urusan TIo. Kalau ane ada salah, atau nyata2 si TIo ngomong benci sama ane, maka ane laangsung mau ngobrol langsung dengan TIo. jujur aja, ane ga ada kepentingan atau pengen membuktikan sesukses apa si Tio dengan gaya sengaknya itu.
"Anis, aku tau kau pasti pernah smsan karena kau dekat dengan Tio, kalau kau masih aku nganggep kawan kau cerita sekarang. Aku cuman pengen tau karena aku bener2 ga tau dan ga ngikutin perkembangan teman2 sekolah kita. Kau kan yang di Palembang, sedanagkan aku udah di Jogja, mana aku uda leave dari grup Fesbuk duluan", ujar ane
"Jadi, kau bener2 tak tau wak?", balas Anis
"Demi Allah aku bener2 tak tau, ada apa sih sebenernya? Kalau kau tak mau cerita, aku bakalan tiap hari chat di grup nanya tentang TIo, sebodo amat", ujar ane
"Uwaaakkk plisss wakkkk udah jangan lagi tanya2 TIo, kasian wakkkk, kasiaannn", ujar Anis

ane pun semakin ga mengerti tapi melihat ekspresi anis yang demikiian memelas, ane menjadi nurut aja. Walau rasa penasaran ane akan info terbaru tentang TIo semakin menjadi. Ane pun berusaha mengecek facebook dan juga mengecek facebook abangnya TIo, tidak ada satupun foto barengan dengan TIo. Setiap foto2 ngumpul2 anak2 rombongan sekolah reunian di Palembang pun tak ada yang mengupload foto bareng TIo. Ane semakin bingung, namun dalam pikiran ane mungkin gara2 perilaku sengak si TIo membuat para anak2 rombongan sekolah ane muak dan mungkin si TIo ga mau ngumpul selagi dia belum sukses.

Akhirnya ane memberi tau Anis bahwa akan maen ke depok sekalian maen ke kosannya.
"Anis, aku abis ada kuliah di Depok neh, mau makan siang bareng ga? Sekalian tau kosan kau lah", ujar ane
"oh, bisa wak, kau kabarin aja kalau udah di depan gerbang kosan, kosan aku dekat lampu merah margonda wak", ujar Anis
ane pun segera meluncur dan menunggu di pinggir jalan. 15 menit kemudian si Anis keluar dengan berkaos kuning dan celana pendek selutut. Ane melihat Anis masih seperti waktu sekolah dulu, sederhana dan ga berubah sama sekali. Sedangkan rata2 teman2 ane ketika kuliah langsung berubah dan sok gahol .

kami pun membeli makanan di warteg langganan si Anis dan membawa ke kosannya. Sembari kelakaran dan menyantap makanan, ane pun membahas cerita2 selamaa ane ngumpul dengan anak di Jogja. Hingga tiba2 si Anis melihat ane dengan tatapan misterius.
"Uwak, uwak beneran ga tau cerita si TIo?", tanya anis
"Ya elah, sumpah demi Allah, aku beneran ga tau, setiap orang yang aku tanya tak ada yang merespon. Waktu itu aku mikir karena memang si Tio yang berubah sengak jadinya pada ga mau tau atau kesal sama si TIo", ujar ane
"hmmmm.... Bukan wak, bukan karena anak2 tuh kesal sama si Tio, tapi memang kasian wak ceritanya", ujar Anis
"kasian? kasian gimana?", ujar ane semakin penasaran walau paha putih anis yang semakin tersingkap tidak membuat ane hilang fokus tentang cerita si anis (ini selingan buat otak2 porno model @littlevan )

"aduh, aku ne sebenernya mungkin satu2nya orang yang tau cerita si TIo karena memang cuman aku yang dipercaya Tio untuk curhat. Sampai keluarganya pun taunya info si TIo tuh dari aku, si RIo (abangnya TIo) aja tau info TIo yang terakhir tuh dari aku, baru bisa ketemu", ujar Anis
"terakhir? maksudnya gimana? udah meninggal, innalilahi wainnailaihi rojiun", ujar ane secara otomatis mengucap demikian
"tapi aku udah janji wak tak boleh cerita ke siapapun, makanya wak anak2 tuh juga pada penasaran sebenernya sama perkembangan si TIo tapi mereka tak berani nanya juga tak enak mau nanya, karena memang sebenernya sama kayaak kau yang penasaran", ujar Anis dengan suaranya yang serak yang semakin seksi dengan keringaat diatas bibir merahnya

"ini gimanaa sih sebenernyaa ceritanya, terus kaitan sama kau gimana ceritanya, udah cerita sekarang, kau kan tau sama2 anak pindahan kita saling berbagi derita dan kenikmatan ", jurus ane supaya mengingatkan jasa2 ane selama si Anis di bully Desi sebagai anak pindahan
"iya aku tau, cuman kau yang pertama kali mau kawanan dengan aku, karena pada takut dan segan sama si Desi, ratu kelas kita itu", ujar Anis
"nah iya, udah sekarang kau cerita dengaan aku, aku janji ga akan cerita ke anak2", ujar ane
"okay aku mau cerita, tapi dengan dua syarat", ujar Anis
"syarat apa? nanti kau minta aku jadi pacar aku pulak, kan kau udah tau kita cocoknya cuman temenan", ujar ane sok playbois .
Tapi memang bener, waktu itu si Aanis sangat tersentuh hatinya akibat ketampanan ane, dia adalah salah satu dari ratusan wanita yang pernah menyatakan cintanya
"yang pertama..