Vina Garut, nama itu sempat tenar beberapa tahun yang silam. Namun, tak elok juga sebenarnya membawa nama daerah asal kelahirannya. Seakan menjatuhkan nama wilayah tersebut, padahal banyak orang besar dan bertalenta juga lahir di wilayah itu tapi tidak disematkan nama wilayahnya, seperti musisi Voice of Baceprot yang berasal dari Garut, bahkan sudah manggung di beberapa konser di Eropa.

Jadi disini saya akan memanggilnya Vina saja walau nama panjangnya Vina Aprilianti, yang saat ini atas kasusnya adalah penyebaran konten video mesum yang dijual untuk kepentingan pribadi dan meresahkan masyarakat.



Mereka membuat video adegan bercinta secara beramai-ramai dan semua pelaku ditetapkan sebagai tersangka, dan mendapatkan hukuman pidana.

Menariknya pengacara dari ketiga pelaku lainnya, Welly, Dodi, dan Rayya, yaitu saudara Soni Sonjaya menyatakan bahwa Vina sudah bebas yang sebelumnya ada di Rutan Kelas II-B Garut lalu dipindahkan ke Lapas Sukamiskin, Bandung.

Dan yang membuat kaget pengacara itu, dikabarkan Vina juga sudah mempunyai anak. Berarti apakah ia hamil dipenjara? Karena ketika persidangan, kalau Vina dalam keadaan hamil, tentu tim penasehat hukumnya mengajukan sejumlah pertimbangan kepada majelis hakim saat sidang berlangsung, tapi ini berjalan dalam keadaan normal.



Jadi ada kejanggalan disini, semoga pihak Rutan bisa konfirmasi atau klarifikasi atas isu yang menyebar ini. Bahwa ada apa dengan Vina? Siapa yang menghamilinya?

Walau mungkin Vina dianggap sosok yang tak penting bagi sebagian orang, tapi kalau hamil di dalam rutan dan tak jelas siapa bapaknya, atau ada pernikahankah selama dipenjara hal ini jelas akan mengundang tanya dan curiga.



Oke, kita tinggalkan berita diatas. Namun dari kasus ini ada pertanyaan pribadi, kenapa ada perbedaan hukum dengan Dea Onlyfans ini juga mengundang tanya! Apakah tidak bisa membayar denda, karena Vina bukan orang berada?

Entahlah, itu hanya sebuah pertanyaan yang jawabannya juga sulit untuk diungkap. Namun, bagi kamu yang suka menjual konten-konten mesum ke ranah publik, atau mengkonsumsi konten itu secara private. Segeralah sadar, karena perbuatan tersebut melanggar hukum di Indonesia.



Tapi kalau kamu berada di luar negeri yang melegalkan hal tersebut karena masalah HAM, tapi ingat, hati-hati jejak digital sangat kejam. Jangan sampai ketika sudah tua, foto atau adegan video malah ditonton oleh anak sendiri dijadikan bahan referensi di pojokkan kamar mandi. Atau sang anak dibully oleh temannya! Pikirkan masa depan keturunanmu, ini yang terpenting dalam sebuah siklus kehidupan. Masa hidup orang tua hancur, anak pun mentalnya juga dipaksa untuk hancur!

Adakah yang mau bantu menjawab pertanyaan diatas? Atau teramat sulit untuk dijawab, karena perlu bukti dan data agar jawaban tidak mengambang dan membuat isu baru.





Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2022
referensi : klik, klik, klik
Pic : google