LordFaries3.0Avatar border
TS
LordFaries3.0
Duet SBY-JK Bakal Bantu Anies Baswedan-AHY Bila Maju Saat Pilpres 2024

Judul asli kepanjangan: Duet SBY-JK Bakal Bantu Anies Baswedan-AHY Bila Maju Saat Pilpres 2024, Begini Kata Pengamat Politik

POS-KUPANG.COM - Pengamat Politik dari Universitas Paramadina Jakarta, Ahmad Khoirul Umam memprediksikan kekuatan politik saat Pilpres 2024.

Saat pemilu berlangsung, katanya, duet SBY-JK bakal turun tangan membantu pasangan yang menjanjikan perubahan di Indonesia.

Pasangan yang menyebut dirinya sebagai Duet Perubahan Indonesia itu, adalah Anies Baswedan-AHY (Agus Harimurti Yudhoyono).

Lantaran menjanjikan perubahan, maka duet SBY-JK yang dulunya menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI itu diperkirakan akan membantu secara total pasangan calon ini.


Untuk diketahui, Anies Baswedan merupakan Gubernur DKI Jakarta yang akan segera mengakhiri masa jabatannya pada 16 Oktober 2022 mendatang.

Baca juga: Survei SMRC: Ganjar Urutan Pertama, Pasangan Anies-AHY Berpeluang Menang di Pilpres 2024

Sementara AHY alias Agus Harimurti Yudhoyono merupakan Ketua Umum Partai Demokrat, yang juga putera sulung Presiden SBY.


AHY kini semakin digandrungi emak-emak dan kalangan milenial karena pelbagai hal.

Sementara pada Rabu 13 April 2022 kemarin, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY mengunjungi Kabupaten Garut.


Dalam kunjungannya ke kawasan Islamic Center itu ia disambut hangat oleh warga setempat.

Ia bahkan diteriaki sebagai presiden oleh emak-emak yang ikut menyambut kedatangannya.

"AHY Presidenku, AHY Presidenku 2024," ujar sejumlah emak-emak.

Dalam kunjungannya ke Kota Intan itu, AHY didampingi oleh sang istri, Annisa Pohan.

Merespons teriakan sejumlah pendukungnya, AHY menyebut bahwa Partai Demokrat kini tengah bersiap-siap menghadapi Pemilu 2024.

Dalam waktu yang tersisa ini, katanya, ia berusaha untuk terus meningkatkan elektabilitas partai.

"Mudah-mudahan terbuka jalan, terbuka bagi Demokrat untuk ikut dalam kontestasi pemilihan presiden. Jadi bukan hanya saat pemilihan legislatif," ujarnya saat diwawancarai awak media.

Selain itu pihaknya juga tengah mempersiapkan para kadernya yang ada di tingkat daerah untuk bekerja lebih keras dalam menyongsong pertarungan di 2024 nanti.

"Kami yakinkan bekerja secara efektif dan solid, kompak, strategi kami juga harus siap," ucapnya.

AHY juga menyebutkan kunjungannya ke Kabupaten Garut itu untuk bertemu dengan para guru honorer.

Mereka menurutnya sangat berharap program-program pro rakyat yang dulu dijalankan oleh Presiden SBY bisa kembali dilanjutkan.

Siap Lawan Capres PDIP
PDIP yang menggadang-gadang Puan Maharani maju di Pilpres 2024 perlu memperhitungkan Anies Baswedan jika maju pada Pilpres 2024.

Selain namanya selalu muncul dan sejumlah hasil survei Pilpres 2024, jika dia berkoalisi dengan putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), memiliki peluang menjadi pemenang Pilpres 2024.

Hitung-hitungannya, keduanya bisa menjadi antitesis penguasa dan mengulang kesuksesan pasangan SBY-JK saat keduanya maju di Pilpres 2004, mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi.

Apalagi pasangan Anies Baswedan - AHY kini mengklaim diri sebagai "Duet Perubahan."

Peluang keduanya memenangkan Pilpres 2024 juga amat besar karena ada sokongan dan mentor dari para politisi senior di belakang mereka.

Pengamat politik Universitas Paramadina Jakarta Ahmad Khoirul Umam mengatakan, SBY dan JK sangat mungkin akan membantu keduanya.

"Anies-AHY bisa mengklaim koalisinya sebagai “Duet Perubahan”," kata Umam dalam keterangannya, dikutip Minggu 6 Februari 2022.

Kabarnya, lanjut Ahmad Khoirul Umam, saat ini penjajakan kedua belah pihak sudah dimulai.

Ahmad Khoirul Umam menilai, koalisi keduanya dapat mengulang kemenangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) - Jusuf Kalla (JK) pada Pemilu 2004 silam.

Jika keduanya berkoalisi, maka ada dua tokoh politik besar yang menjadi joined forces, yakni SBY selaku ayah dari AHY dan JK yang merupakan mentor politik Anies Baswedan.

"Jika duet ini digarap dengan baik, bisa saja duet Anies-AHY mengulang kemenangan SBY-JK sebagaimana terjadi di Pemilu 2004 lalu," katanya.

Menurut dia, bekal keduanya ialah elektabilitas yang memadai dengan posisi satu hingga enam besar.

"Peringkatan elektabilitas itu tercermin di hampir seluruh hasil survei lintas lembaga yang muncul belakangan ini. Keduanya konsisten berada di radar dan bukan kategori tokoh dengan elektabilitas 1 koma," kata Umam.

Jika keduanya berkoalisi, maka Partai Demokrat akan menjadi sponsor utama yang membentuk 20 persen presidential threshold.

Itu akan menjadi awal yang baik, kata dia, sebab, tokoh partai yang memiliki elektabilitas dan mesin politik memadai hanya dua, yakni Prabowo dari Gerindra dan AHY.

"Kecuali PDIP yang bisa mengusung pasangan Capres-Cawapres sendiri," ujarnya.

Partai Demokrat sebagai sponsor juga akan menarik partai politik lain dari garis ideologi nasional dan politik Islam untuk merapat demi mendapatkan efek ekor jas atau coat tail effect.

Anies yang tidak mendeklarasikan diri masuk ke partai politik juga dinilai bisa menjadi pemersatu bagi partai-partai pengusungnya.

"Efek ekor jas itu terbentuk jika partai politik pengusung nama Capres-Cawapres memiliki chemistry dan paradigma yang sama, sehingga tidak ada kegamangan yang menjadi sumber slit ticket voting," kata dia. (*)

https://kupang.tribunnews.com/2022/0...ngamat-politik

emoticon-Nyepi
emineminna
GoKiEeLaBieEzZ
asamboigan
asamboigan dan 17 lainnya memberi reputasi
12
10K
302
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
LordFaries3.0Avatar border
TS
LordFaries3.0
#1
Sebelum gue beropini gue mau menegaskan gue lebih tertarik dengan pasangan Prabowo-Puan (Gerindra-PDIP), namun sebagai orang awam gue mau utak atik otak mengenai pasangan Anies-AHY

Ini cuma opini orang awam ya bre jangan baper.

Anies sekarang punya daya jual tinggi, tak lain karena dia membuka diri untuk terus di serang oleh oposisinya di DKI selama bertahun-tahun.

Apa keuntungannya diserang terus-menerus bertahun-tahun?

Pertama, spot light dari media.
Tak henti-hentinya berita tentang Anies berceceran di media terutama di media online maupun media sosial. Ini berarti banyak orang mengenal namanya entah itu karena hal positif ataupun negatif.

Kedua, memunculkan kompetitor untuk mengangkat brand nya sendiri.
Sama hal nya yang terjadi pada Pep5i dan coc4 col4, ketika dari pihak Pep5i ataupun coc4 col4 menjelek-jelekan produk lawannya, secara alami akan membentuk barisan yang mendukung pihak yang di jelekkan. Dan dari pihak Pep5i maupun coc4 col4 akan mempertahankan pola pertarungan seperti ini untuk menjaga brand mereka tetap terangkat. Singkatnya permusuhan yang menguntungkan kedua belah pihak.

Namun ada yang berbeda Pep5i dengan coc4 col4. Anies masih bisa majukan dalam pilpres namun lawannya misal Ahok, sudah tidak bisa diangkat dalam pertarungan di Pilpres. Ini merupakan keuntungan tersendiri bagi Anies Baswedan.

Ketiga, kedekatan kultural
Pada poin kedua saya menjabarkan permusuhan yang menguntungkan kedua belah pihak. Namun secara kultur Anies jauh diuntungkan. Mengapa?

Saya tidak bermaksud SARA, namun fakta dilapangan orang lebih memilih Tokoh yang memiliki kedekatan kultural. Misal sesama suku tertentu atau agama tertentu.

Saya mencoba membandingkan dan saya tegaskan kembali ini hanya untuk pembahasan opini saya dan tidak bermaksud sara.

Anies diposisikan dahulu sebagai musuh. Anies "k4drun", cuma pintar berkata-kata, kerja nol, intoleran, mentri pecatan, politik identitas dan lain-lain.

Dan kita bandingkan dengan Ahok. maaf sebelumnya, kerjanya cuma bisa caci maki doank, "c*nak*", penista ag4ma, "c3bong", i5tr1nya diembat good pren elang medan dan lain sebagainya.

Keduanya telah di posisikan sebagai "musuh", tinggal dilihat, sentimen mana yang lebih menjual untuk di jadikan musuh? Tidak perlu saya jawab.

Sebetulnya masih banyak yang mau saya bahas tentang Anies-Ahok dan dualisme Kejahatan dan Kebaikan, yin dan yang, Batman dan Joker, yang di mana dalam sejarah, dualisme seperti ini sangat menjual selama berabad-abad.


Sekarang Mas AHY. Ngapunten Pak SBY. Ya mungkin mas AHY lebih rentan untuk diserang.

Pertama, karena pengalaman tempurnya di dunia politik belum "Battle Proven"

Kedua, Demokrat tidak sekuat dahulu yang bisa menggandeng banyak partai untuk berkoalisi.

Ketiga, dan sebagainya saja saya tidak ingin meneruskan terlalu banyak.


Namun kelebihannya yaitu:
Pertama, Cikeas memiliki citra yang Adem, tidak grusak-grusuk maupun "arogan", dan mas AHY bisa menampilkan citra seperti ini.

Kedua, mas AHY tokoh muda dan masih fresh, yang seharusnya image ini di pegang tokoh dari PSI, namun ternyata dapat di ambil alih oleh mas AHY.

Ketiga, dia putra SBY. Mantan Presiden kita ini memiliki karisma dan koneksi yang sangat luas, walaupun di era sekarang cendrung pasif dan defensif.

Keempat, ini opini pribadi saya sebagai orang awam lo ya, Pak SBY merupakan salah satu tokoh dengan kemampuan strategi yang luar biasa. Banyak taktik yang yang tak terduga digunakan dalam memenangkan pemilu, terbukti dengan Naiknya SBY di priode pertama dari seorang mentri dengan partai baru melawan raksasa partai yang memiliki akar masa yang kuat.

Ketiga, dan lain sebagainya saja, sebenarnya masih banyak yang bisa di gali dari pak SBY

Untuk Masalah partai, yang jelas Demokrat, kemungkinan selanjudnya Nasdem dan Golkar.

Mengapa Golkar saya masukan? Setelah keributan Opung VS Banteng sepertinya pecah kongsi di 2024. Dan itu jadi pelajaran ketika berkoalisi namun kawan koalisi memiliki tokoh yang Over Power akan bisa merugikan.

Sekali lagi ya bre... Ini cuma opini, jangan baper. Kalau ada salah kata mohon maaf, saya mencoba pakai bahasa yang lugas saja.


MEREMEHKAN LAWAN ITU MERUPAKAN SATU LANGKAH MENUJU KEKALAHAN.


______________

Update

Setelah diskusi di kolom komen bawah dan beberapa tambahan masukan.

Kita lihat PT dulu

Presidential Threshold 115 Kursi

PDIP 128 Kursi
Gerindra 78 Kursi
Golkar 85 Kursi
Nasdem 59 Kursi
Demokrat 54 Kursi
PKB 58 Kursi
PKS 50 Kursi
PAN 44 Kursi
PPP 19 Kursi.

Gue coba membagi beberapa poros, antara lain:

1. Poros JKW 3 Priode: Golkar, PKB dan PAN Total 187 Kursi

2. Poros Batu Tulis: PDIP dan Gerindra Total 206 Kursi

3. Poros Nasionalis Religius: Demokrat, Nasdem, PKS Total 163 Kursi

Sisa partai yang belum tergabung kemungkinan akan bergabung pada poros yang ada.

*Catatan: Penamaan poros hanya untuk memudahkan saja dalam mengklasifikasikannya.


Gue ingatkan sekali lagi, Ini cuma opini
Diubah oleh LordFaries3.0 15-04-2022 09:20
ronny398
ipHan aDoel
Sir.Joe
Sir.Joe dan 41 lainnya memberi reputasi
42
Tutup