Aneka Ragam Sapaan untuk Pedagang di Kota Bandung, Bagian 2
TS
Rinka17
Aneka Ragam Sapaan untuk Pedagang di Kota Bandung, Bagian 2
Pembahasan ini adalah lanjutan dari pembahasan mengenai pedagang. Bagi yang sudah membaca bagian 1, kita lanjutkan pembahasan disini. Judulnya aku bedakan sedikit, tetapi maksudnya sama. Alasannya, biar lulus sensor Kaskus Kreator. Karena peraturannya tidak boleh terlalu mirip dengan yang lain.
Kata sapaan bagi pedagang muncul karena perbedaan usia. Entah pedagang yang lebih tua, atau pembeli yang sudah tua. Bisa juga karena penampilan, meski sudah berumur, tetap tampak seperti anak muda. Sekarang kita lanjutkan pembahasan tentang sapaan bagi pedagang di kota Bandung dan sekitarnya...
Spoiler for Kang:
Konten Sensitif
Kakang sering disingkat menjadi kang. Seperti di film silat kolosal saja, ya... Begitulah pada kenyataannya, bahasa zaman dulu tetap dilestarikan. Kakang itu artinya kakak. Zaman dulu panggilan kakang juga bisa ditujukan kepada perempuan. Tetapi zaman sekarang jadi terbatas kepada laki-laki.
Ciri-ciri pedagang yang dipanggil Kakang biasanya tampak seperti pendekar silat, paras rupawan, rambut gondrong, matanya agak sipit, perawakan tampak gagah, dan murah senyum. Orangnya sendiri biasanya Urang Sunda Asli atau suku Jawa.
Tempat kerjanya sendiri lebih banyak di warung daripada di gerobak. Adapula yang mempunyai lapak di pasar. Barang dagangannya adalah barang-barang yang banyak digemari orang. Misalnya barang-barang yang biasa ada di warung rumahan. Selain itu ada yang jual suku cadang kendaraan, cenderamata, mainan, dan lain-lain.
Spoiler for Teh:
Konten Sensitif
Teh disini maksudnya teteh, kakak perempuan dalam bahasa Sunda masa kini. Dilihat dari penampilannya, tampak cantik rupawan, langsing, singset, mata belo, tubuh indah, murah senyum, rambut indah, dan pakaian indah yang menambah kecantikan. Seperti itulah ciri-ciri teteh-teteh cantik di kota Bandung.
Pedagang ini bekerja di warung, ruko, lapak di pasar, dan gerobak yang mangkal di tepi jalan. Barang dagangannya sendiri biasanya nasi kuning, nasi uduk, kue jajan pasar, mie baso, pakaian, sampai alat elektronik. Kecantikannya memancing banyak pembeli untuk datang berkunjung.
Spoiler for Bu Haji:
Bu Haji adalah panggilan yang seringkali disematkan kepada pedagang yang kelihatannya sudah kaya raya. Dilihat dari penampilannya, biasanya banyak yang gemuk, pakaian gombrang, rambut diikat membentuk cepol di belakang kepala, dan selendang yang diletakkan di kepala. Bu Haji ini pedagang yang senang bercanda, murah senyum, dan banyak teman. Karena itulah, meski belum pernah ibadah haji, tetap dipanggil bu Haji oleh para pembeli.
Dia juga rajin sembahyang meski toko sedang ramai. Tentu saja punya anak buah yang bisa dititipi toko, kemudian sembahyang secara bergantian.
Bu Haji biasanya bekerja di pasar atau buka toko di rumah. Kadang-kadang Pak Haji menemani Bu Haji berdagang di toko. Kalau di pasar, banyak yang berjualan kain dan hasil olahannya. Kalau buka toko di rumah, biasanya menjual bahan-bahan bangunan. Selain panggilan bu Haji, sebagian pelanggan banyak yang memanggilnya Uwa Haji.
Spoiler for Mas:
Mas juga sering dipakai untuk menyapa pedagang. Sapaan ini seringkali ditujukan untuk pedagang yang masih muda, meski pedagang itu bukan suku Jawa. Biasanya tampak berpakaian rapi, suka rambut pendek, kulit kencang, dan bersikap santai dalam melayani pembeli.
Dagangannya bisa bermacam-macam, mulai dari jajanan seperti baso tahu, mie baso, batagor, gorengan, sampai barang-barang yang dibutuhkan oleh warga sekitar. Tempat kerjanya juga bisa di gerobak, warung, lapak, atau toko.
Spoiler for Koh:
Asalnya dari bahasa Hokkien, koko. Tetapi orang Sunda biasa bilang engko. Sapaan ini ditujukan untuk pedagang yang keturunan China, apapun sukunya. Atau yang kelihatan seperti orang China. Dandanannya bermacam-macam, ada yang biasa saja, ada pula yang penuh gaya. Uniknya, meskipun sudah agak tua, tetap saja dipanggil engko.
Cara melayani pembeli juga ramah, tetapi suka buka-bukaan mengenai barang dagangan, berusaha keras memenuhi kebutuhan pelanggan. Karena mereka memegang ajaran Palu Gada.
"Apa lu mau, gua ada"
Pedagang ini bekerja membuka toko di rumahnya, buka lapak di pasar, toko di mall, tetapi yang jualan di ruko jumlahnya paling banyak. Barang dagangannya bermacam-macam. Satu toko rumahan isinya bisa seperti isi Toserba. Barang murah dan barang mahal juga ada.
Spoiler for Mbak:
Konten Sensitif
Pedagang yang disapa dengan sebutan Mbak banyak yang dibayangkan sebagai gadis cantik. Tubuhnya langsing, kulit kencang, dan rambut indah berkilau. Perangainya ramah terhadap pembeli.
Panggilan Mbak ini berasal dari bahasa Jawa baru, artinya kakak perempuan. Sedangkan di bahasa Jawa kuna, panggilan untuk saudara tua, baik laki-laki atau perempuan, tidak dibedakan menurut jenis kelamin. Sama seperti di bahasa Sunda Buhun, kakang, kanda, kakanda, atau kakak. Karena kedua suku ini pernah satu bahasa.
Pedagang yang biasa disapa mbak banyak yang menjadi tukang jamu keliling atau buka kedai jamu. Adapula yang membuka warung masakan. Selain itu, masih ada pula yang membuka toko di tempat mahal. Misalnya menjual barang-barang yang berhubungan dengan kecantikan dan tata busana.
Spoiler for Enci:
Enci berasal dari bahasa Mandarin, jie-jie, artinya kakak perempuan. Sapaan ini ditujukan kepada pedagang yang keturunan China. Dandanannya mulai dari yang sederhana, penuh gaya, tanpa riasan, pakai riasan, dan lain-lain. Uniknya, mau muda atau tua, tetap dipanggil enci.
Melayani pembeli dengan ramah, tidak segan untuk menjelaskan barang dagangan, dan senang bercengkrama dengan pembeli. Meski toko sedang ramai, pedagang ini masih sempat ngerumpi dengan pelanggan setia tanpa melewatkan pembeli lain yang datang ke toko.
Pedagang seperti ini tidak segan untuk menjalin pertemanan dengan para pembeli. Karena mereka percaya, suatu hari pembeli akan sering datang untuk berbelanja tokonya. Kalau sedang ada uang lebih, pedagang ini memberi bingkisan Lebaran ke pelanggan setia.
Spoiler for Jeng:
Jeng sebenarnya singkatan dari Ajeng, panggilan bagi perempuan Jawa. Tetapi aku tidak tahu mulai zaman apa ada panggilan itu. Dicari di kamus bahasa Jawa Kuna juga tidak ketemu. Pedagang yang dipanggil jeng, sangat jarang terlihat di warung, pertokoan, dan pusat perbelanjaan.
Pedagang ini sering terlihat di acara arisan, ngerumpi, dan wisata warga komplek. Dia menawarkan dagangan dengan cara yang sangat menggoda. Barang-barang yang dia jual biasanya barang-barang yang terlihat mewah, lumayan buat gaya-gayaan. Pastinya tidak jauh dari alat kecantikan dan tata busana.
Selain itu, ketika akan ada acara tertentu, mereka bisa merangkap menjadi makelar kue, makelar tanah, makelar rumah, dan lain-lain.
Masih banyak kata sapaan bagi pedagang di kota Bandung dan sekitarnya. Sapaan di kota lain pasti beda-beda. Tetapi, dimana-mana, pedagang biasa dipanggil dengan kata yang artinya paman dan bibi. Tetapi kalau masih muda, biasanya dipanggil kakanda. Setiap daerah ada sebutan masing-masing.
Seringkali penampilan dan tingkah laku pedagang membuat pembeli langsung tahu sapaan yang cocok untuk memanggil pedagang.