Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

GludinAvatar border
TS
Gludin
Genjutsu di Dunia Nyata: Pengkondisian Klasik
Genjutsu di Dunia Nyata: Pengkondisian Klasik



Merasa heran mengetahui begitu banyak korban aplikasi Binary Options?Atau, mengapa ada orang yang takut terhadap sesuatu sementara yang lain tidak? Contoh lainnya, mengapa hanya dengan melihat benda peninggalan mantan agan, mampu menghadirkan kenangan akan cinta kalian yang kandas? Yah, beragam contoh yang disebutkan merupakan penerapan dan dampak Genjutsu di dunia nyata.

Dari sekian metode yang mampu untuk menjelaskan fenomena di atas, ane akan mencoba menjelaskannya dengan Pengkondisian Klasik. Sebuah metode belajar yang didalamnya terdapat istilah, seperti; stimulus yang dikondisikan (Conditional Stimulus/CS), stimulus yang tidak dikondisikan (Unconditioned Stimulus/UCS), respon yang tidak dikondisikan (Unconditioned Response/UCR), dan respon yang dikondisikan (Conditioned Response/CR). Nanti akan ane jelaskan lebih lanjut setelah agan-agan kenalan dulu dengan penemu metode Pengkondisian Klasik.

Genjutsu di Dunia Nyata: Pengkondisian Klasik

Adalah Ivan Pavlov; seorang fisiolog asal Rusia melakukan eksperimen dengan anjing peliharannya. Awalnya sih, Pavlov nggak sengaja ngeliat anjingnya ngeluarin air liur ketika Pavlov membawakan makanan untuknya. Kemudian, tercetuslah sebuah ide untuk eksperimen; “Kira-kira bisa nggak, ya, si anjing tetap mengeluarkan air liur dengan alat yang lain?”

Setelah dilakukan serangkaian eksperimen/pengkondisian, ternyata bisa. Hewan peliharaan Pavlov mengeluarkan air liur saat mendengar suara lonceng. Hasil penelitiannya mengantarkannya meraih Nobel. Di kemudian hari, hasil penelitiannya disebut Pengkondisian Klasik.

Genjutsu di Dunia Nyata: Pengkondisian Klasik

Pengkondisian Klasik menyebar ke seluruh penjuru, dan salah satunya didengar oleh John Broadus Watson; behavioris militan asal Amerika Serikat. Pada tahun 1920-an, John Watson melakukan eksperimen dengan manusia. Kejadian ini kemudian hari disebut kasus “The Little Albert.” Seorang bayi laki-laki berusia sebelas bulan perilakunya berubah. Albert menjadi takut dengan tikus putih setelah menjalankan proses pengkondisian. Berikut ini pembagian elemen-elemen menurut Pengkondisian Klasik yang digunakan dalam kasus The Little Albert

Pertama, elemen pengkondisian stimulus (Conditioned Stimulus/CS). Elemen ini bersifat netral, tanpa arti. Sehingga, target pengkondisian tidak akan memberikan respon apa pun ketika CS diberikan. Dalam kasus ini: tikus putih. 

Kedua, merupakan stimulus yang tidak dikondisikan (Unconditioned Stimulus/UCS). Stimulus ini akan menimbulkan reaksi tertentu ketika diberikan namun tidak bisa dikendalikan. John Broadus Watson menggunakan suara keras. Inilah yang menjadi UCS. 

Ketiga, respon yang tidak dikondisikan (Unconditioned Response/UCR). Dalam artian sederhana, UCR merupakan respon refleks ketika diberikan UCS. Jelas, apabila seorang bayi diberikan suara keras (UCS) responnya adalah ketakutan. Dalam kasus The Little Albert, ketakutan dijadikan UCR.

Terakhir, respon yang dikondisikan (Conditioned Response/CR). CR merupakan respon yang sama dengan UCR. Hanya saja, UCR terjadi tanpa pengkondisian atau pembelajaran, sementara CR diperoleh setelah mengalami serangkaian pengkondisian.

Selanjutnya, terdapat tiga tahapan Pengkondisian Klasik. Pertama disebut Sebelum Pengkondisian. Dalam kasus ini, awalnya Albert merespon netral ketika diberikan tikus putih (Conditional Stimulus/CS). Namun, ketika diberikan suara keras (Unconditioned Stimulus/UCS), Albert merespon dengan rasa takut (Unconditioned Response/UCR).

Kedua, disebut Tahap Pengkondisian. Bisa dikatakan tahapan ini merupakan proses pembelajaran. Seperti yang diketahui, Albert akan ketakutan ketika mendengar suara keras (UCS). Pada saat inilah proses pengkondisian dilakukan; tikus putih (CS) akan selalu diberikan bersamaan dengan suara keras (UCS). Sehingga, Albert akan merespon ketakutan (UCR). Tahapan ini akan dilakukan berulang kali hingga Albert belajar bahwa Conditional Stimulus/CS akan menghasilkan Unconditioned Stimulus/UCS, atau tikus putih menghasilkan suara keras.

Terakhir, disebut Pasca Pengkondisian. Pada tahapan ini, John Broadus Watson memberikan tikus putih. Rupanya, respon Albert tetap sama; ketakutan. Padahal sudah tidak lagi diberikan suara keras bersamaan dengan diberikannya tikus putih. Respon ketakutan ini terjadi setelah mengalami proses pengkondisian; CS dan UCS diberikan bersamaan berkali-kali. Rasa takut dalam tahapan Pasca Pengkondisian disebut Classical Response(CR). 

Jadi, Classical Responseterjadi melalui Pengkondisian Klasik; sebuah proses pembelajaran dengan menggabungkan antara Classical Stimulus/CS dengan Unconditioned Stimulus/UCS.

Artinya, metode Pengkondisian Klasik sangat bergantung pada dunia eksternal, yakni; lingkungan. Karena dari lingkungan proses pembelajaran akan terjadi melalui interaksi individu dengan stimulus eksternal yang diberikan selama proses pembelajaran. Hal inilah yang membuat seseorang mampu melahirkan perilaku tertentu yang dipengaruhi oleh faktor eksternal. 

Berbagai fenomena yang ane sebutkan di awal paragraf bisa dijelaskan dengan Pengkondisian Klasik. “Kenapa seseorang takut dengan suatu hal sementara yang lain tidak?” Jawabannya bisa agan dapatkan dari penjelasan kasus “The Little Albert”yang telah ane jabarkan sebelumnya.

Genjutsu di Dunia Nyata: Pengkondisian Klasik

Nah, sekarang kita masuk kasus yang lagi fenomenal banget, yakni; Binary Options. Karena menurut ane bagian ini lebih mengarah marketing, artinya, dalam prosesnya menggabungkan antara ilmu marketing dengan Pengkondisian Klasik. 

Tujuannya agar prosesnya berjalan lebih terstruktur dan sistematis. Btw, kalo agan paham banget dengan metode ini, agan bisa aja membuat brandingalias pencitraan, baik personal branding maupun branding sebuah produk. 

Kita balik ke kasus Binary Options.

Mungkin zaman sekarang sudah terlampau sulit dalam mencari uang, sehingga pejuang cuan tak jarang melirik jalan lain tanpa berpikir panjang. Apalagi ditambah hadirnya era pandemi. Mereka sudah sedih dan hampir putus asa lantaran sudah berjuang keras mendapatkan uang namun hasilnya jauh dari harapan. Emosi semacam inilah yang dijadikan Unconditioned Response/UCR. 

Dengan mengkolaborasi ilmu marketing, aplikasi binaryoptions memanfaatkan UCR. Ditambah dengan kehadiran afiliator, influencer, atau apapun sebutannya, yang tujuannya agar masyarakat menjadi aware akan keberadaan sebuah aplikasi yang mampu mendapatkan uang segudang tanpa bersusah payah.

Kemudian, penggiat binaryoptions membuat berbagai konten terkait; dari sekedar tata-cara bermain hingga cerita sukses yang mengharukan yang didapat dari bermain aplikasi jenis ini. Tak jarang membuat orang terperangkap dalam genjutsu. Seiring berjalannya waktu, aplikasi yang tadinya berstatus CS menjadi CR, lantaran ada penggabungan antara CS dengan UCR. 

Selanjutnya, mengambil contoh barang peninggalan mantan mampu membuatmu mengenang cinta agan-agan sekalian yang kandas. Agan mungkin sudah begitu sayang dengannya, memiliki segudang harapan dan berbagai khayalan bila hidup bersama, namun nasib berkata lain. 

Peristiwa putusnya hubungan tersebut diputar berulang kali di kepala agan. Sampai-sampai tidak sadar bahwa agan telah melakukan Pengkondisian Klasik kepada diri agan. Sebuah benda yang tadinya tak bermakna (CS), kamu maknai dengan suatu makna (UCR). Hanya dengan melihat benda pemberian darinya, agan bisa galau seharian (CR).

Pengkondisian Klasik juga mampu menjelaskan berbagai fenomena gangguan mental seperti; fobia, kecanduan, Gangguan Pasca-Trauma, dan lain sebagainya. Metode ini memang memiliki sumbangsih yang cukup besar dalam dunia kejiwaan. 

Dalam sudut pandang yang positif, misal; seseorang bersemangat ketika melakukan kegiatan tertentu atau sekedar menonton sebuah film atau mendengarkan sebuah lagu. Hal ini terjadi lahirnya emosi yang positif lantaran adanya sebuah kejadian atau kenangan yang akhirnya melekat dalam pikiran. 

Memang, Pengkondisian Klasik merupakan metode belajar luar biasa. Ivan Pavlov sebagai penemu bahkan disebut sebagai ilmuwan paling berpengaruh pada abad 20. Namun, bukan berarti metode ini seratus persen sempurna.

Pengkondisian Klasik mereduksi kompleksitas manusia. Ini yang kerap kali dilakukan para behavioris lantaran mereka terlalu mengagungkan faktor eksternal; lingkungan. Perilaku manusia sebetulnya sangat kompleks namun dikerdilkan dengan stimulus-respon. Akhirnya, reduksionisme mengantarkan kepada determinisme. Karena teori ini terlalu menekankan lingkungan. Tak jarang mengabaikan faktor internal.

Misal, dua bersaudara yang hidup di lingkungan sama, nyatanya bisa menjadi pribadi yang berbeda. Lingkungan yang busuk dan penuh kriminal memang berpotensi melahirkan pelaku tindak kejahatan. Namun bukan berarti lingkungan yang baik dan minim kriminal tidak memiliki potensi. 

Dalam kasus lain, adanya atlet atau berbagai tokoh terkenal justru lahir dan tumbuh besar di lingkungan yang kurang menguntungkan, meskipun ada juga yang tidak dalam lingkungan demikian. Kaum behavioris agak kesulitan dalam menjelaskan fenomena ini. 

Sebetulnya, kaum behavioris nggak bisa disalahkan juga. Karena begini, dalam sebuah perkembangan suatu ilmu atau metode, dipengaruhi oleh fenomena yang berkembang saat itu. 

Dalam kasus Pengkondisian Klasik secara khusus, atau mazhab Behavioral secara umum, sangat dipengaruhi oleh fenomena reduksionisme. Kalo kata KBBI sih, reduksionisme; teori atau prosedur menyederhanakan gejala, data, dan sebagainya yang kompleks sehingga menjadi tidak kompleks. Ingat kata kuncinya; penyederhanaan.

Nah, pada masa tersebut, ilmu yang berkembang pesat akibat reduksionisme adalah ilmu alam, seperti; matematika, kimia, dan fisika. Dalam konteks agama, paham atheisme mulai berkembang juga. 

Dalam psikologi, yang berkembang selain mazhab behaviorisme adalah mulai berkembangnya biopsikologi/psikologi faal, psikologi klinis, dan sependek yang ane inget, mazhab Gestalt pun juga mulai punya panggung. Sehingga, pada masa itu, psikologi udah jarang banget ngomongin jiwa secara abstrak. Tindak-tanduk jiwa seseorang diamati melalui perilaku. Dalam ukuran mikro, dapat diamati dari sistem saraf, neurotransmitter, dan lain sebagainya. 

Kalo ditelisik lebih lanjut, akarnya adalah berkembangnya pemikiran determinisme (sebab-akibat) dalam ilmu filsafat. Contohnya, pemikiran kehendak bebas atau kebebasan, bahkan kebahagiaan hanyalah ilusi. Karena pada masa itu, sangat sulit banget mendapatkan hal-hal tersebut. Wajar. Karena perang terjadi dimana-mana dan seolah-olah nggak akan pernah selesai.

Wah, kalo dilanjut bakalan OOT. 

Intinya sih, Pengkondisian Klasik bisa membantu untuk mencapai hal-hal yang telah ditentukan. Selain itu, Pengkondisian Klasik juga mampu menjelaskan berbagai fenomena yang sedang terjadi di lingkungan sosial. Setidaknya, melalui tulisan thread ini, agan bisa paham penyebab orang-orang yang terkena genjutsuakibat stimulus lingkungan.

Sekian~

ahfaloomz
drajadgalih
nikohaus
nikohaus dan 2 lainnya memberi reputasi
3
4.4K
39
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
anthrlfeAvatar border
anthrlfe
#11
UCS: mentri2 kowik ngluarin policy yg membuat resah gundah galau merana masyarakat.
UCR: rakyat jelata jengkel kesal ngamuk2 di medsos sumpah serapah maki2 dan akan TURUN KEJALAN.
CS: Kowik datang as a hero savior to save the day to cancel those fucking upsetting policy😬.
CR: rakyat jelata thanks to lord kowik our saviour of the dark.long live our lord kowik.3rd periode pokoke.

at the end..
rakyat jelata jadi pengkultus pemuja muji lord kowik yg very2 obedient.


satu contoh lgi...

UCS: ponpes merupakan tempat pendidikan bagi calon2 pemuka agama Islam.
UCR : banyak ortu yg menyekolahkan anaknya di ponpes dengan harapan anaknya kelak berguna bagi agama,dan punya ilmu agama yg tinggi.
CS: Banyak kejadian pelecehan seksual(entah by design/cumak coinsiden) yg terjadi di lingkungan ponpes dan diberitakan scra masif oleh msm dan diikuti dengan apa komentar dari para publik figure(authority).
CR: ortu yg dasarnya tak terlalu fanatik agama alias moderat stlah tahu akan adanya hal2 tsb jadi enggan dan ogah menyekolahkan anaknya di ponpes.

hal ini lead to..:

kedepan jumlah orang yg benar2 mengerti agama dan bisa menjadi pemuka agama islam akan berkurang scara drastis jumlahnya...dan coba imajinasikan jika jumlah orang yg pintar dan paham akan suatu ilmu berkurang/malah hilang...apa yg akan terjadi bagi disiplin ilmu tsb???.

bukan gak mungkin generasi(yg katanya emas) di thun 2050 (klo blon bubar). di indo bakal jdi bangsa sekuler ,hedon,punya banyak tempat judi legal,tdak ada lagi minuman haram yg ada minuman halal😂...dan mungkin jga akan punya industri porn.


0
Tutup