- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengkaji Ucapan Bu Mega tentang Kelangkaan Minyak Goreng dan Cara Memasak.
TS
lonelylontong
Mengkaji Ucapan Bu Mega tentang Kelangkaan Minyak Goreng dan Cara Memasak.
Masih belum reda juga, umpatan netizen, termasuk di kaskus ini, tentang pernyataan mantan presiden RI, Ibu Megawati. TS sebenarnya sempat mikir beberapa kali sebelum menulis trit ini. Bukan kenapa-kenapa, tapi pendapat TS kali ini, sepertinya tidak sejalan dengan banyak pendapat kaskuser yang TS baca.
Berikut beberapa argumen, mengapa TS berpendapat demikian:
1. Lihat Konteks-nya.
Lihat konteksnya di mana dan kapan Bu Mega mengeluarkan ucapan itu. Dia mengucapkan kalimat yang menyakiti banyak orang itu dalam sebuah webinar yang bertajuk " Cegah Stunting untuk Generasi Emas."
Dia tidak sedang bicara mengenai kebijakan pemerintah. Dia tidak sedang bicara tentang mengapa minyak goreng jadi langka. Dia tidak sedang bicara tentang pedagang-pedagang makanan yang menghadapi kesulitan akibat langka dan mahalnya minyak. Dia tidak sedang bicara tentang masalah ekonomi.
Konteksnya adalah mencegah stunting, atau kalau boleh TS sedikit ubah kata-katanya, konteksnya adalah : "Bagaimana sebuah rumah tangga, memenuhi kebutuhan nutrisi anak-anak mereka, dengan segala macam kondisi dan situasi yang ada. Termasuk dalam situasi yang menyulitkan."
2. Masalah Proses Memasak.
Kenyataannya, yang dikatakan Bu Mega itu kan benar? Apa cara masak cuman menggoreng? Kalau minyak sedang langka, kenapa harus memaksaksn diri memasak dengan cara menggoreng?
Kalau netizen kemudian menanggapi dengan merebus krupuk, ya menurut ane itu blunder. Sudah jelaslah masakan apa yang dimasak dengan cara menggoreng dan masakan apa yang dimasak dengan cara merebus/steam/bkar/dst.
Itu namanya teori berdebat orang-orangan sawah.
Bu Mega tidak pernah mengatakan, krupuk direbus. Yang dia katakan, apa tidak ada cara lain untuk memasak? Logical fallacy yang parah dan buruk. Apalagi kalau kemudian ad hominem, yang dibahas kemudian adalah siapa Bu Mega dan apa ijazahnya.
Menurut ane sih, itu sebuah cara debat yang tidak sehat.
3. Dari sudut pandang kesehatan.
Balik lagi ke nomer 1, konteksnya apa? Kalau konteksnya adalah menciptakan generasi emas, lewat nutrisi dan pola hidup yang sehat.
Masuk akal donk, kalau yang disampaikan itu mengarah ke cara memasak yang lebih sehat, variasi sumber nutrisi di kala sumber nutrisi tertentu sedang langka, dst.
4. Dalam hal berbangsa dan bernegara.
Dalam membangun sebuah negara itu ada pemerintah, ada rakyat. Ada bagiannya pemerintah, ada bagiannya rakyat. Tugas pemerintah untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok dan menjamin keberlangsungan kebutuhan pokok.
Bagaimana dengan rakyat? Menurut ane pribadi, tugas rakyat adalah menghasilkan yang terbaik dalam situasi apa pun. Termasuk situasi seperti saat ini, kemarin soal kedelai, lalu sekarang soal minyak goreng, dan ke depannya ada masalah Pertamax.
Alangkah indahnya kalau semuanya itu gayung bersambut. Pemerintah bekerja keras untuk menunaikan tugasnya. Rakyat juga bekerja keras untuk memperbaiki taraf hidup mereka masing-masing, syukur-syukur kalau bisa berkontribusi pada masyarakat sekitar. Minimal yang bisa mereka lakukan, jangan menjegal kerja pemerintah.
Ketika situasinya tidak ideal, menurut ane, kalau mau negaranya jadi baik, jangan saling lempar kesalahan, tapi pastikan bahwa masing-masing diri kita sendiri, bisa melakukan yang terbaik.
Dalam konteks ini, tugas pemerintah menstabilkan dan memastikan kebutuhan rakyat akan minyak goreng. Tugas rakyat, yang pertama, bagaimana kehidupan mereka tetap bisa berjalan di tengah mahalnya minyak. Yang kedua, mestinya ya misalnya kalau pemerintah sudah menjatah tiap KK beli 1, jangan kemudian sekeluarga memborong minyak, sampai orang lain tidak kebagian.
----------
Cukup 4, sebenarnya masih bisa ditambahkan alasan lain mengapa menurut TS, ucapan Bu Mega itu tidak salah jika ditempatkan dalam konteksnya yaitu Webinar tentang masalah stunting.
Salah kalau Bu Mega menyampaikan itu ke P. Jokowi atau menteri dan pejabat pemerintahan, yang punya tugas untuk menstabilkan harga minyak.
Tepat, kalau penyampaian itu ditujukan untuk keluarga-keluarga yang diharapkan bisa menyediakan nutrisi mumpuni bagi generasi berikutnya, dalam berbagai situasi dan kondisi, yang tidak selalu baik. Bahkan di saat terjadi situasi dan kondisi yang berat itu, maka dituntut setiap orang lebih kreatif dan lebih paham masalah nutrisi.
Jadi nggak salah juga Bu Mega menyampaikan informasi demikian.
-------------------
Kesalahannya menurut TS adalah dari segi cara berkomunikasi. Cara komunikasi yang seakan-akan "membodoh-bodohkan" orang lain, nyinyir dengan keputusan orang lain, dst.
KESIMPULAN
Ucapan Bu Mega tidak salah, tetapi mestinya bisa disampaikan dengan cara yang lebih baik.
Sumber referensi :
Berita di koran dan opini pribadi.
Quote:
Gbr diambil dr akurat.co
Berikut beberapa argumen, mengapa TS berpendapat demikian:
1. Lihat Konteks-nya.
Lihat konteksnya di mana dan kapan Bu Mega mengeluarkan ucapan itu. Dia mengucapkan kalimat yang menyakiti banyak orang itu dalam sebuah webinar yang bertajuk " Cegah Stunting untuk Generasi Emas."
Dia tidak sedang bicara mengenai kebijakan pemerintah. Dia tidak sedang bicara tentang mengapa minyak goreng jadi langka. Dia tidak sedang bicara tentang pedagang-pedagang makanan yang menghadapi kesulitan akibat langka dan mahalnya minyak. Dia tidak sedang bicara tentang masalah ekonomi.
Konteksnya adalah mencegah stunting, atau kalau boleh TS sedikit ubah kata-katanya, konteksnya adalah : "Bagaimana sebuah rumah tangga, memenuhi kebutuhan nutrisi anak-anak mereka, dengan segala macam kondisi dan situasi yang ada. Termasuk dalam situasi yang menyulitkan."
2. Masalah Proses Memasak.
Kenyataannya, yang dikatakan Bu Mega itu kan benar? Apa cara masak cuman menggoreng? Kalau minyak sedang langka, kenapa harus memaksaksn diri memasak dengan cara menggoreng?
Kalau netizen kemudian menanggapi dengan merebus krupuk, ya menurut ane itu blunder. Sudah jelaslah masakan apa yang dimasak dengan cara menggoreng dan masakan apa yang dimasak dengan cara merebus/steam/bkar/dst.
Itu namanya teori berdebat orang-orangan sawah.
Bu Mega tidak pernah mengatakan, krupuk direbus. Yang dia katakan, apa tidak ada cara lain untuk memasak? Logical fallacy yang parah dan buruk. Apalagi kalau kemudian ad hominem, yang dibahas kemudian adalah siapa Bu Mega dan apa ijazahnya.
Menurut ane sih, itu sebuah cara debat yang tidak sehat.
3. Dari sudut pandang kesehatan.
Balik lagi ke nomer 1, konteksnya apa? Kalau konteksnya adalah menciptakan generasi emas, lewat nutrisi dan pola hidup yang sehat.
Masuk akal donk, kalau yang disampaikan itu mengarah ke cara memasak yang lebih sehat, variasi sumber nutrisi di kala sumber nutrisi tertentu sedang langka, dst.
4. Dalam hal berbangsa dan bernegara.
Dalam membangun sebuah negara itu ada pemerintah, ada rakyat. Ada bagiannya pemerintah, ada bagiannya rakyat. Tugas pemerintah untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok dan menjamin keberlangsungan kebutuhan pokok.
Bagaimana dengan rakyat? Menurut ane pribadi, tugas rakyat adalah menghasilkan yang terbaik dalam situasi apa pun. Termasuk situasi seperti saat ini, kemarin soal kedelai, lalu sekarang soal minyak goreng, dan ke depannya ada masalah Pertamax.
Alangkah indahnya kalau semuanya itu gayung bersambut. Pemerintah bekerja keras untuk menunaikan tugasnya. Rakyat juga bekerja keras untuk memperbaiki taraf hidup mereka masing-masing, syukur-syukur kalau bisa berkontribusi pada masyarakat sekitar. Minimal yang bisa mereka lakukan, jangan menjegal kerja pemerintah.
Ketika situasinya tidak ideal, menurut ane, kalau mau negaranya jadi baik, jangan saling lempar kesalahan, tapi pastikan bahwa masing-masing diri kita sendiri, bisa melakukan yang terbaik.
Dalam konteks ini, tugas pemerintah menstabilkan dan memastikan kebutuhan rakyat akan minyak goreng. Tugas rakyat, yang pertama, bagaimana kehidupan mereka tetap bisa berjalan di tengah mahalnya minyak. Yang kedua, mestinya ya misalnya kalau pemerintah sudah menjatah tiap KK beli 1, jangan kemudian sekeluarga memborong minyak, sampai orang lain tidak kebagian.
----------
Cukup 4, sebenarnya masih bisa ditambahkan alasan lain mengapa menurut TS, ucapan Bu Mega itu tidak salah jika ditempatkan dalam konteksnya yaitu Webinar tentang masalah stunting.
Salah kalau Bu Mega menyampaikan itu ke P. Jokowi atau menteri dan pejabat pemerintahan, yang punya tugas untuk menstabilkan harga minyak.
Tepat, kalau penyampaian itu ditujukan untuk keluarga-keluarga yang diharapkan bisa menyediakan nutrisi mumpuni bagi generasi berikutnya, dalam berbagai situasi dan kondisi, yang tidak selalu baik. Bahkan di saat terjadi situasi dan kondisi yang berat itu, maka dituntut setiap orang lebih kreatif dan lebih paham masalah nutrisi.
Jadi nggak salah juga Bu Mega menyampaikan informasi demikian.
-------------------
Kesalahannya menurut TS adalah dari segi cara berkomunikasi. Cara komunikasi yang seakan-akan "membodoh-bodohkan" orang lain, nyinyir dengan keputusan orang lain, dst.
KESIMPULAN
Ucapan Bu Mega tidak salah, tetapi mestinya bisa disampaikan dengan cara yang lebih baik.
Sumber referensi :
Berita di koran dan opini pribadi.
xxlindria dan 24 lainnya memberi reputasi
19
7.6K
263
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
agungdar2494
#2
Yang jadi bingung itu, Bu Mega seolah-olah memberitahukan informasi baru ke masyarakat. Bahwa memasak itu bukan cuma menggoreng! Seakan kita gak tahu tentang itu.
Kepanikan membeli minyak goreng hingga rela antri, rela bayar mahal. Itu bukan karena ibu-ibu cuma bisa menggoreng. Ane juga gak tau sih jawabannya apa, karena anepun bukan ibu-ibu. Dan ane baik-baik aja tanpa beli minyak goreng udah 2 bulan ini (kerjaan cuma ngerebus mie, ngerebus telor). Tapi itu kan ane ya. Sekalipun pengen nge-goreng (telor/daging) kan bisa pakai mentega (meski kurang sehat).
Balik tentang ibu-ibu yang rela "rebutan", kalau boleh berasumsi secara asal. Menurut ane ibu-ibu tersebut rela antri dan beli mahal adalah karena mereka gak bisa masakkin anaknya mie rebus doang, atau sayur rebus, atau semua rebusan lain. Jangankan anak kecil, ane aja makan kalo gk sreg males2an.
Kalau kelangkaan minyak goreng sehari dua hari, okelah. Ini kan cukup lama ya.
Kepanikan membeli minyak goreng hingga rela antri, rela bayar mahal. Itu bukan karena ibu-ibu cuma bisa menggoreng. Ane juga gak tau sih jawabannya apa, karena anepun bukan ibu-ibu. Dan ane baik-baik aja tanpa beli minyak goreng udah 2 bulan ini (kerjaan cuma ngerebus mie, ngerebus telor). Tapi itu kan ane ya. Sekalipun pengen nge-goreng (telor/daging) kan bisa pakai mentega (meski kurang sehat).
Balik tentang ibu-ibu yang rela "rebutan", kalau boleh berasumsi secara asal. Menurut ane ibu-ibu tersebut rela antri dan beli mahal adalah karena mereka gak bisa masakkin anaknya mie rebus doang, atau sayur rebus, atau semua rebusan lain. Jangankan anak kecil, ane aja makan kalo gk sreg males2an.
Kalau kelangkaan minyak goreng sehari dua hari, okelah. Ini kan cukup lama ya.
dbsupa dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Tutup