- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Sisi Lain Dunia
TS
xandler
Sisi Lain Dunia
Spoiler for Open:
Sebelum membaca thread ini, di sarankan untuk membaca thread saya sebelum nya, akan ada refrensi yang di ambil dari thread saya sebelum nya (Tidak Harus)
[1951] Aku Mencintai Sesosok Jin [TAMAT]
[1951] Aku Mencintai Sesosok Jin [TAMAT]
Original Picture : Pexels
Edited by Xandler
Edited by Xandler
Quote:
GIF
Sebelum melanjut kan, Harap di perhatikan bahwa ;
1.Cerita Akan di Update 1-3 Hari, jika ada keterlambatan pasti akan saya kabarkan terlebih dahulu karna cerita akan sangat panjang
2.Jangan terlalu di anggap serius apalagi di kaitkan dengan kejadian tertentu, just enjoy the story
Sebelum melanjut kan, Harap di perhatikan bahwa ;
1.Cerita Akan di Update 1-3 Hari, jika ada keterlambatan pasti akan saya kabarkan terlebih dahulu karna cerita akan sangat panjang
2.Jangan terlalu di anggap serius apalagi di kaitkan dengan kejadian tertentu, just enjoy the story
Spoiler for episode Chapter:
Chapter 1 : Terpilih
|
Chapter 02 : Raja
|
Chapter 03 : Penukaran Batu
|
Chapter 04 : Santet
|
Chapter 05 : Khadam Penjaga
|
Chapter 06 : Faded
|
Chapter 07
|
Chapter 08 : Awal Perjalanan
|
Chapter 09 : Binatang Biru
|
Chapter 10 : Thanks for everything
|
Chapter 11 : Air Terjun Putri Nglirip
|
Chapter 12 : Ratu Penguasa Pantai Kenjeran
|
Chapter 13 : Warisan Aira
|
Chapter 14 : Boneka
|
Chapter 15 : Kepuasan atau Kehampaan
|
Chapter 16 : Pertemuan yang di Takdirkan?
|
Chapter 17 : Hitam dan Putih
|
Chapter 18 : Kitab Orang Mati
|
Chapter 19 : Waktu tidak akan menunggu
|
Chapter 20 : Toyotomi vs Tokugawa
|
Chapter 21 : Envy
|
Chapter 22 : Pesugihan Keluarga di Bogor
|
Chapter 23 : Jin Purba/Spesial
|
Chapter 24 : Twosret Pentagon
|
Chapter 25 : Obsesi atau Kebodohan
|
Chapter 26 : Masa Lalu Merry
|
Chapter 27 : Gunung Kawi Part 1
|
Chapter 28 : Gunung Kawi Part 2
|
Chapter 29 : Gunung Kawi Last Part
|
Chapter 30 : Sugesti
|
Chapter 31 : Hari Pertunangan
|
Chapter 32 : Santet
|
Chapter 33 : Adofo si Baboon
|
Chapter 34 : Mulai Terungkap
|
Chapter 35 : Pemindahan Makam
|
Chapter 36 : Wanita itu?
|
Chapter 37 : Beribadah
|
Chapter 38 : Penyihir Gunung Belayan
|
Chapter 39 : Peperangan Jawa
|
Chapter 40 : Tragedi Parangtritis
|
Chapter 41 : Ra dan Iblis Domba
|
Chapter 42 : Kau Memang Lah Anakku
|
Chapter 43 : Keputusasaan
|
Chapter 44 : Keluarga Pembunuh
|
Chapter 45 : Iblis Serangga?
|
Chapter 46 : Pesugihan Babi Ngepet
|
Chapter 47 : 3 koin
|
Chapter 48 : Tujuan yang samar
|
Chapter 49 : Pria Misterius
|
Chapter 50 : Tersesat Di Gunung Gede
|
Chapter 51 : Desa Bunga Mawar Merah P1
|
Chapter 52 : Desa Bunga Mawar Merah P2
|
Chapter 53 : Desa Bunga Mawar Merah P3
|
Chapter 54 : Awal Peretmuan Rival Abadi
|
Chapter 55 : Cornelia
|
Chapter 56 : Alundra
|
Chapter 57 : Liam VS Alundra
|
Chapter 58 : Segel
|
Chapter 59 : Anak Anjing Baru
|
Chaptee 60 : Arwah Kucing Hitam
|
Chapter 61 : Hannesh
|
Chapter 62 : Hannesh Part 2
|
Chapter 63 : Tradisi Merepotkan
|
Chapter 64 : Acara Silat
|
Chapter 65 : Kesurupan
|
Chapter 66 : Pengkhianat Organisasi
|
Chapter 67 : D/D (Roh Prajurit Iblis)
|
Chapter 68 : Liam vs Fajar
|
Chapter 69 : Monster Absolute
|
Chapter 70 : Bimbang
|
Chapter 71 : Pembantaian
|
Chapter 72 : Malaikat yang terjebak
|
Chapter 73 : Rasa Manusiawi
|
Chapter 74 : Kamuzu
|
Chapter 75 : Kamuzu & Salam Dari Aira
|
Chapter 76 : Future?
|
Chapter 77 : Perjanjian Khusus
|
Chapter 78 : Kontrak Kamuzu
|
Chapter 79 : Revenge
|
Chapter 80 : Fikiran Tanpa Hati
|
Chapter 81 : Perang Surga
|
Chapter 82 : Asmodeus & Segel
|
Chapter 83 : Kelahiran Penerus
|
Chapter 84 : 4 Pelayan Tuhan
|
Chapter 85 : Kebencian
|
Chapter 86 : Replika
|
Chapter 87 : Arsy
|
Chapter 88 : Tujuan Sesungguhnya
|
Chapter 89 : Kilida
|
Chapter 90 : This Is War
|
Chapter 91 : Counter
|
Chapter 92 : Penuntasan
|
Chapter 93 : Masa Lalu Hinata
|
Chapter 94 : Masa Lalu Hinata Part 2
|
Chapter 95 : Masa Lalu Hinata Last Part
|
Chapter 96 : Heroes Comeback
|
Chapter 97 : Its Okay, im here
|
Chapter 98 : Demonstran
|
Chapter 99 : Dia Akan Datang
|
Chapter 100 : Tuhan Telah Bersabda
|
Chapter 101 : Keheningan Sebelum Badai
|
Chapter 102 : Yohan
|
Chapter 103 : Vampire
|
Chapter 104 : Neraka Utara
|
Chapter 105 : Perjanjian Begemoth
|
Chapter 106 : Amunisi
|
Chapter 107 : Pengkhianatan
|
Chaptet 108 : DogFight
|
Chapter 109 : Perjudian
|
Chapter 110 : Charlotte POV
|
Chapter 111 : The First Vampire
|
Chapter 112 : Last Fight Part 1
|
Chapter 113 : Last Fight Part 2
|
Chapter 114 : Last Fight - Final Part
|
TAMAT
|
Bonus Chapter
|
Quote:
Dilarang keras untuk mempublikasikan ke media lain dalam bentuk apa pun untuk tujuan ke untungan pribadi, terkecuali sudah memiliki izin dari penulis "xandler"
Diubah oleh xandler 14-02-2023 15:39
xue.shan dan 197 lainnya memberi reputasi
188
269.7K
Kutip
3.3K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
xandler
#929
Quote:
Chapter 98 : Demonstran
"ahh.... indah nya hidup kalau bisa terus setenang ini".
ucap ku yang berada Gazebo belakang rumah ku sendiri di Jakarta, pada malam hari, dengan di temani segelas kopi susu hangat..
"biasa nya kalau kamu ngomomg gitu, bakal ada kejadian lagi". ujar Tetua yang ikut duduk di samping ku.
"seperti Jinx ya?". ujar ku.
"ji...jinx? apa itu?". tanya tetua.
"ah tidak.. lupakan". saut ku yang kembali meminum kopi.
.
Setelah kejadian Di jepang beberapa hari lalu, aku tidak lagi mendengar kabar dari Akemi atau pun adik nya, lalu untuk Masaki, iya sudah kembali sehat, karna luka tembakan yang iya terima kala itu, tidak mengancam hidup nya.
Sedangkan Acabra, setelah pertarungan waktu itu, aku sedikit mengobrol dengan nya, iya memang benar-benar secara tidak sengaja dapat bertemu dengan ku, waktu itu dia sebenarnya hanya ingin datang untuk menyapaku karna merasakan energi ku, namun.. Hal yang tidak di sangka terjadi dan dia akhirnya menolong ku.
Acabra tidak mengatakan untuk apa dia berada di sana, namun dia berjanji akan mengatakan nya jika bertemu lagi dengan ku, ya.. setelah di tolong oleh nya, tidak mungkin aku memaksa nya untuk memebritau kau. Dan setelah itu Acabra pun kembali pergi.
Dari arah kolam renang, dekat pintu belakang, ada seorang pria yang datang dan seperti nya memang ingin menghampiri ku..
"tuh kan masalah lain dateng". ujar Tetua.
"tch". saut ku.
Dan ternyata pria itu adalah Bobi, salah satu anak buah yang dekat dengan ayah, dan sejujur nya.. aku tidak begitu menyukai nya, bukan karna dia suka mengusiku atau bagaimana, aku hanya tidak menyukai semangat nya... ia selalu terlihat bersemangat dimana pun dan kapan pun...
"TUAN LIAMMMM". Ucap Bobi berdiri di depan ku.
"iya iya... manggil nya santai aja". saut ku.
"ah.. MAAF AKU TIDAK AKAN MENGULANGI NYA LAGI". ucap nya yang langsung menundukan kepala.
"ahh... sudahlah, apa yang ingin kau bicarakan?". tanya ku.
"Tuan Hanum... meminta saya untuk mengajak Tuan Liam besok". ujar nya dengan posisi tegap.
"jangan panggil tuan-tuan... langsung nama aja, dan ga perlu begitu formal". ujar ku sedikit kesal.
"ahh. MAAAFFFF TU- LIAMM". Ucap nya yang kembali menundukan kepala.
"biarkan aku mengajar mu sekali ya?". saut ku kesal.
"SILAHKAN....". ujar nya.
"ahhh sudahlah... memang nya ada apa besok?". tanya ku.
"Sudah terjadi 7 kali demo di kantor pusat, jadi... Tuan Hanum meminta Tu-- kamu... untuk mengatasi nya dengan bertemu dengan perwakilan pihak pendemo". ujar nya dengan sedikit terbata.
"heeeehhhh......". saut ku malas.
Semakin kesini permintaan ayah semakin banyak dan juga makin aneh, bahkan setelah aku kembali dari jepang, iya hanya melihat ku dari kaki hingga kepala lalu mengusap kepala ku tanpa mengatakan satu kata pun.
"Baiklah... aku akan menemani mu besok". ucap ku.
"terimakasih... saya izin mengundurkan diri". ujar nya yang kembali menundukan kepala dan pergi meninggalkan ku.
Si Boby itu, jika ku perhatikan iya memang lah tipe pekerja keras, dan juga begitu polos... dimana ayah bisa menemukan nya, namun di sisi lain aku juga merasa kasihan kepada nya, karna ayah hanya menganggap nya sebagai anak anjing yang akan dia buang jika sudah tidak bisa menghiburnya.
"Benarkan.. masalah baru". ujar tetua.
"BERISIK". saut ku kesal.
Lalu aku pun hanya diam di gazebo untuk waktu nya cukup lama, dan sekitar pukul 10 malam, aku kembali kamar ku.
Saat sampai di kamar ku, aku melihat anggi tertidur kasur, aku pun sedikit terkejut mengapa dia bisa sampai tertidur di sini, namun aku juga tidak tega untuk membangunkan nya, dan akan bertanya pada nya keesokan hari nya.
Dan akhirnya aku memutuskan untuk tidur di sofa yang juga masih berada di kamar ku.
.
.
*Keesokan Pagi nya
"Liam...Liam...Liam"
Ucap seorang wanita sembari menggoyang-goyangkan badan ku.
"hah?". saut ku yang masih mengantuk.
"Pindah gih ke kasur, aku aja yang tidur di sini". jawab nya yang ternyata itu adalah Anggi.
"ohh okk". saut ku setengah sadar.
Baru 10 menit aku kembali tidur, sebuah Alarm ponsel berbunyi begitu kencang, dan yang pasti itu bukanlah ponsel ku, karna aku tidak akan meneyetel alarm pada pukul 4 pagi.
Dengan mata yang masih mengantuk, aku melihat anggi bangun dari sofa dan sedang melakukan pemanasan, lalu iya pergi ke kamar mandi dan sekitar 10 menit dari kamar mandi ia keluar dengan pakaian olahraga.
"Mau joging nggi?". tanya ku.
"iya.. mau ikut?". tanya nya.
"ga.. makasih". saut ku yang kembali tidur.
Setelah itu anggi pun pergi keluar rumah untuk joging, sedangkan aku? aku melanjutkan tidur ku yang sudah terganggu 2 kali..
Namun...
"Liam......". seseorang memanggil ku dari depan pintu.
"LIAM LIAM LIAM... BERISIKKKK". Ujar ku kesal.
"heh.... ngomong sama siapa kamu?". ujar orang tersebut yang ternyata adalah Ibu.
"aahhh... mamah, di kira siapa hehe". saut ku.
"anterin mamah ke bandara, pak joko lagi izin soal nya... 30 menit lagi mamah tunggu di bawah". ucap nya yang langsung pergi meninggalkan kamar.
"heeeeeeehhhhhh". saut ku malas.
Mau tidak mau aku pun harus bangkit dan pergi mencuci muka di kamar mandi, karna harus pergi mengantarkan ibu, ngomong-ngomong kenapa ibu ku tidak memakai taksi saja? karna dia tidak suka harus 1 mobil dengan orang yang tidak dia kenal.. ya.. hanya itu saja...
Dan setelah nya aku pun pergi mengantarkan ibu, kira-kira membutuhkan waktu 2 jam lebih untuk pulang pergi, biasa nya akan memakan waktu lebih, namun karna saat ini masih subuh jadi jalanan pun ikut sepi.
Saat aku telah mengantarkan ibu dan sudah sampai di dalam komplek perumahan ku, aku melihat anggi sedang berlari, seperti nya iya juga ingin pulang, aku pun menyuruh nya untuk naik ke mobil bersama ku.
"makan di luar yuk nggi sekali-kali". ajak ku.
"boleh". jawab nya.
Akhir nya kami pun memutuskan untuk makan di luar sebentar sebelum pulang ke rumah, karna tidak ingin pergi jauh, aku pun memutuskan untuk makan bubur ayam pinggir jalan, yang berada di dekat pintu masuk komplek..
Aku pun memakirkan mobil di sebelah nya dan kami pun keluar, sontak mata para pembeli yang sedang ramai tersita ke arah anggi. Namun anggi tidak terlalh memperdulikan nya.
Setelah itu, kami pun makan di tempat, dan kali ini.. Aku mulai terlihat risih karna sedari tadi banyak orang yang melirik-lirik ke arah anggi, ku yakin sih Anggi sudah terbiasa, di tambah saat ini.. pakaian nya....
Aku pun secara perlahan menggeser bangku plastik yang sedang ku gunakan, untuk menjauh dari anggi, karna.. aku tidak ingin ikut menjadi pusat perhatian...
"am". ujar anggi.
"a..apa?". saut ku sedikit panik.
"Kata nya hari ini mau nemenin Boby? jadi?". tanya nya.
"iya.. nanti siang, masalah demo doang sih". jawab ku.
"jangan anggap enteng masalah nya am, nanti kamu nyesel loh". ujar anggi kembali.
"memang nya kenapa?". tanya ku.
"engga sih.. biasa nya kalau Demo yang suka menargetkan seseorang atau lembaga tertentu, sedari awal memang sudah di persiapkan.. jadi ada kemungkinan kalau memang sudah ada yang merencakan demo di kantor ayah kamu". ujar nya sembari memakan bubur.
"masuk akal sih, ya.. coba liat nanti deh". jawab ku.
"ngomong-ngomong am". ucap nya kembali.
"hmm?". saut ku.
"Kamu kenapa duduk nya jauh? aku bau ya? tadi lupa make parfume, mana lagi keringetan juga". ujar nya.
"ah...aahhhhh engga kok, emang lebih nyaman aja di sini, bisa keliatan mobil-mobil lewat hehe". ujar ku berbohong.
"ohh bagus deh". jawab nya.
"oia ngi.. ngomong-ngomong tumben semalem ga sempet pulang dulu, kenapa?". tanya ku.
"karna pagi nya aku udah kecapean latihan sama bokap sih, jadi baru berasa cape nya pas malem, akhir nya aku yang cuma niat rebahan di kasur, tapi malah ketiduran hehe". jawab nya dengan tawa kecil.
"ouh.. okok". jawab ku.
Setelah selesai sarapan, kami pun kembali ke rumah.. Sesampai nya di rumah, terlihat Anggi langsung izin untuk mandi, sedangkan aku memilih untuk kembali tidur sebentar, karna masih ada waktu kurang lebih 4 jam sebelum pergi bersama Boby.
namun... sekali lagi....
"LIAAAAAMMMM"...
Teriakan seorang pria dari depan pintu kamar ku, dan ternyata itu adalah...
"LIAM....LIAMM". Teriak nya kembali.
Itu adalah afif, aku lupa kalau dia kembali dari amerika kemarin malam.
*BUKKKKKKKKK*
Aku pun melempar bantal tepat mengenai wajah nya.
"Masa baru ketemu lagi langsung di lempar bantal". saut nya dengan senyum.
"Paling kesini mau minta tolong lagi". saut ku sembari bangkit dari kasur.
"kok tau... haha.... aku mau min--
"gak"
"masa udah di to--
"gak"
"ayolah... malam in--
"gak"
Di tengah-tengah pembicaraan kami, tiba-tiba Merry muncul karna mendengar suara afif, dan aku pun memberikan kode dengan kedpan mata ke arah merry untuk membawa afif pergi. dan untung nya Merry mengerti dan langsung menarik tangan afif.
"Sekali lagi ada yang manggil Liam.... liat aja".
Ucap ku yang kembali merebahkan badan untuk tidur.
*tok tok tok*
"Liammm". terdengar suara Boby sembari mengetuk pintuk kamar.
"UDAH GA USAH TIDUR... GA USAHHHH". Teriak ku kesal.
Aku pun hanya memelototi Boby yang tidak tau apa-apa dan langsung pergi ke dapur untuk membuat kopi, karna aku tau aku tidak akan bisa melanjutkan tidur.
Setelah itu pun aku menyuruh boby untuk mengikuti ku ke Gazeboa belakang dan duduk bersama dengan Afif dan Merry.
"Terus.. kenapa kamu kesini, bukan nya masih jam 1 kita pergi nya?". tanya ku ke boby.
"ma...maaf... Demo nya sudah di mulai, dan kali ini masa nya 3x lipat dari biasa nya". jawab Boby dengan grogi.
"lalu dimana ayah?". tanya ku.
"Dia dadi kemarin pergi bersama Julian entah kemana". jawab Boby.
"hadeh... orang itu". gumam ku kesal.
"Demo apa am?". tanya afif.
Lalu seketika aku mendapatkan ide, aku mengingat kalau afif adalah orang yang begitu pintar berbicara, jadi...
"eh.. kenaoa liatin aku begitu?". tanya afif.
"ntar ikut aku fif". ajak ku.
"heh? kemana?". tanya nya.
"Demo... aku di suruh ngomong sama perwakilan pendemo nya, jadi temenin aku". ujar ku.
"ohh... ok, tapi untuk balasan nya, malam ini ikut aku ya?". ujar afif kembali.
"deal". jawab ku.
.
Akhir nya 1 jam kemudian, kami pun pergi ke kantor ayah bersama dengan Afif dan juga Bobby, lalu Anggi yang seperti biasa mengawal ku.
Dan kurang lebih 30 menit di perjalanan, kami pun sampai di depan kantor, terlihat sudah banyak polisi yang berjaga dan para demonstran yang terlihat telah memenuhi area pintu utama.
Demi keamanan, Bobby meminta supir untuk lewat pintu belakang, melihat pemandangan demonstran seperti itu, membuat ku sedikt gugup, karna aku belum pernah menghadapi mereka secara langsung.
Setelah memakirkan mobil, kami pun pergi ke ruangan atas tepat nya di sebuah ruang meeting, yang dimana 3 orang perwakilan demonstran sudah berada di sana menunggu ku untuk berbicara langsung.
Setelah masuk ke ruangan aku melihat beberapa petinggi perusahaan, termasuk dengan amanda juga, aku pun langsung berinisiatif menyalami satu per satu dan duduk di samping afif dan juga amanda, sedangkan Boby dan juga Anggi menunggu di luar.
"Begini mas liam... perusahaan seenak nya saja memutus kerjasama dengan kantor kami, yang awal nya adalah cabang dari perusahaan ini juga, dan langsung memotong semua anggaran pembantu". ucap pria berjenggot.
"Benar... karna itu juga beberapa perusahaan lain yang sebelum nya begitu bergantung dengan sumber dana dari pusat, atau yang belum bisa mandiri pasti akan langsung collapse, dan sekarang kami terpaksa harus PHK ratusan karyawan kami". ujar pria bertopi.
Aku pun menarik nafas sekedar untuk menenangkan fikiran, karna sebenarnya aku hanya mengetahui sedikit apa yang telah terjadi setelah berbicara dengan Boby sebelum nya di jalan.
"jadi.. kemauan kalian bagaimana?". tanya ku.
"Kami ingin Perusahaan induk tidak memutus kontrak secara sepihak, atau setidak nya kami ingin meminta dana anggunan selama 2 tahun kedepan, sekedar untuk mempertahankan perusahaan". jawab kembali pria bertopi.
"Berarti kalian menyalahkan kami atas ketidak becusam kalian menjaga keuangan kalian?". ujar ku.
Seketika seluruh ruangan langsung menengok ke arah ku, karna ucapan ku barusan.
"hah? maksud nya?". tanya pria berjenggot.
"ya.. dari yang aku telah pelajari, kebanyakan dari perusahaan yang telah kami putus kerjasama nya adalah karna terjadi Minus Profit setidak nya selama 5 tahun terakhir, dan maksud kalian... kami harus terus membuang uang kami untuk mempertahankan perusahaan yang hanya merugi kan kami?". saut ku kembali.
"Mas Liam.. Kerjasama perusahaan itu bukanlah hanya tentang Untung dan Rugi secara materi, tapi juga tentang prospek kedepan, kami memang mengalami kerugian profit dalam beberapa tahun terakhir, namun... itu masih dalam perkiraan kami, dan kami hanga perlu waktu untuk membuktikan nya". ujar kembali pria berjenggot.
"Nama perusahaan Bapak apa?". tanya ku.
"PT. Helamurti ". jawab nya.
Lalu aku mengambil kertas yang di serahkan amanda dan melihat rincian kerugian yang di timbulkan oleh PT tersebut.
"Di sini terhitung semenjak 5 tahun lalu, kami telah menyokong dana kurang lebih 3jt dolar per tahun, namun dalam setiap tahun tersebut, kami belum juga mendapatkan timbal balik... dan 2 tahun lalu, kalian mengajukan pinjaman sebanyak 500 ribu dolar yang sampai sekarang belum kalian kembalikan... Lalu... Bukankah kami baik? hanya memutus kontrak kalian tanpa meminta ganti rugi?". ujar ku.
Setelah mendengar ucapan ku mereka pun terdiam dan terlihat ekspresi bingung pada wajah mereka.
"Aku kira awal nya terjadu kesalah pahaman, ternyata kalian hanya perusahaan manja yang hanya bisa merengek untuk selalu di suapi... rapat selesai". ujar ku kembali sembari melempar kertas ke atas meja.
*BUKKKKK*
"Kalau begitu kami akan terus berdemo sampai semua tuntutan kami terpenuhi..." ujar pria berjenggot tersebut sembari memukul meja.
"Silahkan". saut ku dengan senyum.
Setelah itu aku meminta security untuk membawa mereka pergi, karna mereka mulai terlihat semakin emosi dan aku tidak ingin terjadi hal aneh.
Dan setelah mereka bertiga pergi, Amanda dan Pak Gery mengampiri ku...
"Mas Liam.. jika terus di biarkan maka saham perusahaan kita akan terus merosot, setelah demo 6 hari ini saja, saham kita sudah turun 1.2%". ucap Pak Gery, dia adalah direktur pengembangan di perusahaan kami.
"Benar Liam.. setidak nya lebih baik kita berikan mereka konpensasi, karna selain turun nya harga saham, jika terus di biarkan akan merusak nama perusahaan". ucap Amanda.
Aku pun berdiri dan membuka tiari kaca di ruangan, lalu melihat para demonstran di bawah sana.
"Mereka tidak menginginkan kompensasi ataupun kembali bekerja sama dengan kita". ujar ku.
"eh.. maksud mas liam?". tanya pak Gery.
"Permintaan mereka terlalu tidak masuk akal, 2 tahun dana anggunan? atau kembali bekerjasama dengan mereka? .... mereka tau kalau kita tidak akan mengabulkan hal seperti itu, meski kita tawar sekalipun mereka tidak akan mau". jawab ku.
"Jadi maksud mu... mereka memiliki tujuan lain?". tanya amanda.
"Ada seseorang di balik semua ini, dengan memanfaatkan situasi... mereka ingin mencekik kita secara perlahan". jawab ku.
"seseorang? lalu apa yang lebih baik kita lakukan?". tanya Amanda kembali.
"Kita akan menjebak mereka". jawab ku.
"Menjebak? bagaimana maksud mu?". tanya ku.
"Kita akan mengancam mereka dengan membongkar seluruh dana yang telah mereka gelapkan selama ini". jawab ku.
"Aku tau banyak di antara mereka yang telah mengelapkan dana perusahaan, namun jika kita melakukan nya... itu sama saja seperti bunuh diri, jika kita melaporkan mereka, maka mereka juga akan melaporkan perusahaan induk atas kasus penyogokan dan lain nya". jawab amanda.
"tenang saja.. kita hanya akan memancing mereka". jawab ku dengan senyum.
Setelah itu aku pun menjelaskan rencana ku kepada mereka dan mereka pun terlihat terkejut mendengar rencana ku, dan kami pun sepakat akan melakukan nya.
Lalu untuk sekarang, aku pun memanggil Pak Yanto untuk datang kantor kami, karna ada yang ingin aku bicarakan dengan nya.
"aku malah jadi diem aja". ucap afif.
"ya... karna tadi di luar perkiraan ku". jawab ku.
"Kau sudah semakin dewasa". ujar afif dengan senyum.
"lebih tepat nya.. dipaksa untuk dewasa". jawab ku.
Quote:
Diubah oleh xandler 14-03-2022 14:09
hendra024 dan 59 lainnya memberi reputasi
60
Kutip
Balas
Tutup