cintadineAvatar border
TS
cintadine
Kenapa Film Indonesia didominasi Oleh Genre Romance dan Komedi Garing?


Film Indonesia memang kualitasnya mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan sepulun atau dua pulun tahun yang lalu. Dulu banyak film horor Indonesia yang isinya penuh dengan konten mesum dan ceritanya sangat-sangat bapuk. Kita tahu itu adalah eranya produser KK Dheraj yang suka bikin film berkualitas rendah.

Namun sejak 2015 kita tak pernah lagi melihat ada film horor Indonesia yang seperti itu. Kualitasnya perlahan naik, jumlah penonton yang datang ke bioskop untuk menonton film lokal pun meningkat pesat. Akan tetapi, ada satu masalah yang kini ada dalam industri film Indonesia. Yaitu keterbatasan genre, yang ramai dan laku adalah genre romance, komedi, dan horor. Selain genre itu, film Indonesia kurang begitu diminati.

Dari sepuluh film terlaris Indonesia sepanjang masa, tak ada satupun yang genrenya action. Didominasi oleh komedi dan romansa serta ditambah oleh dua film horor. Kira-kira kenapa bisa demikian?

1. Pasar yang Suka Film Bucin


Selera pasar penonton film Indonesia lebih menyukai film bucin atau romansa dan tentunya didominasi oleh kaum hawa. Bisa dilihat dari trilogi Dilan yang selalu laris manis dan begitu juga dengan Ayat-Ayat Cinta 2 walaupun filmnya jelek tetap saja sangat banyak yang nonton.

Sama halnya dengan selera pasar film Hollywood yang didominasi oleh action dan sangat sedikit sekali film Hollywood yang genrenya romansa. Ya, film romansa atau romance di Hollywood memang sangat sedikit karena mereka tidak sebucin Indonesia.

2. Film Action Sulit dibuat

Dibandingkan dengan film drama romansa, film action jelas lebih sulit dibuat dan diperlukan budget yang yang besar pula. Pihak PH film di Indonesia tak mau ambil resiko jika mengalami kerugian. Seperti yang terjadi pada film Foxtrots Six (2019) film tersebut adalah film action Indonesia yang salah eksekusi sehingga mengalami kerugian. Film action Indonesia yang berusaha keras meniru Hollywood dengan menggunakan Bahasa Inggris.

Padahal, film action Indonesia sudah punya ciri khas seperti yang terjadi pada The Raid yang sayangnya sutradaranya bukan orang Indonesia. Memberikan suatu pertanyaan, apakah sineas asli Indonesia tak bisa membuat film sebagus The Raid?

3. Kurangnya Apresiasi

Ketika Bumilangit dan Satria Dewa berusaha mengembangkan genre supehero, banyak cacian di sana sini dan membandingkan CGI nya dengan buatan Marvel dan DC, padahal sudah jelas dari segi budget Marvel dan DC puluhan kali lipat lebih banyak dari film superhero Indonesia. Superhero Indonesia pun banyak dicaci dan dinyinyir oleh netizen Indonesia sendiri hingga dituduh nyontek dan plagiat.

Ini membuat para sineas Indonesia malas terjun ke genre lainnya karena selain beresiko rugi, tapi juga harus menerima perundungan dan hujatan. Pemikiran mereka ya mending film bucin yang gampang dan dapat cuan daripada harus ribet tapi rugi.

4. Penonton Indonesia Suka Hal Mistis


Penonton film Indonesia suka sekali film horor sejak dulu, sejak zaman Suzzanna. Bahkan ketika cerita horor KKN di Desa Penari muncul di Twitter, cerita itu menjadi viral sampai jutaan orang Indonesia tahu. Ya, orang Indonesia suka ditakut-takuti cerita mistis daripada cerita fiksi ilmiah.

Beruntung kualitas film horor Indonesia sedikit lebih meningkat sejak kemunculan Pengabdi Setan (2017) meskipun masih ada saja film horor Indonesia yang ampas dan kebanyakan gimmick.

Nah, itu dia empat alasannya gan. Menurut agan gimana nih? emoticon-Ngakak (S).

Referensi
Diubah oleh cintadine 09-03-2022 05:12
fauzan0706
FalianAridua
pakisal212
pakisal212 dan 29 lainnya memberi reputasi
28
11.1K
147
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
kazurabaAvatar border
kazuraba
#5
Dan pemerannya itu itu mulu emoticon-Leh Uga dah gitu genrenya 11-12 antar film
kakekane.cell
jicho22
pakisal212
pakisal212 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Tutup