- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Sisi Lain Dunia
TS
xandler
Sisi Lain Dunia
Spoiler for Open:
Sebelum membaca thread ini, di sarankan untuk membaca thread saya sebelum nya, akan ada refrensi yang di ambil dari thread saya sebelum nya (Tidak Harus)
[1951] Aku Mencintai Sesosok Jin [TAMAT]
[1951] Aku Mencintai Sesosok Jin [TAMAT]
Original Picture : Pexels
Edited by Xandler
Edited by Xandler
Quote:
GIF
Sebelum melanjut kan, Harap di perhatikan bahwa ;
1.Cerita Akan di Update 1-3 Hari, jika ada keterlambatan pasti akan saya kabarkan terlebih dahulu karna cerita akan sangat panjang
2.Jangan terlalu di anggap serius apalagi di kaitkan dengan kejadian tertentu, just enjoy the story
Sebelum melanjut kan, Harap di perhatikan bahwa ;
1.Cerita Akan di Update 1-3 Hari, jika ada keterlambatan pasti akan saya kabarkan terlebih dahulu karna cerita akan sangat panjang
2.Jangan terlalu di anggap serius apalagi di kaitkan dengan kejadian tertentu, just enjoy the story
Spoiler for episode Chapter:
Chapter 1 : Terpilih
|
Chapter 02 : Raja
|
Chapter 03 : Penukaran Batu
|
Chapter 04 : Santet
|
Chapter 05 : Khadam Penjaga
|
Chapter 06 : Faded
|
Chapter 07
|
Chapter 08 : Awal Perjalanan
|
Chapter 09 : Binatang Biru
|
Chapter 10 : Thanks for everything
|
Chapter 11 : Air Terjun Putri Nglirip
|
Chapter 12 : Ratu Penguasa Pantai Kenjeran
|
Chapter 13 : Warisan Aira
|
Chapter 14 : Boneka
|
Chapter 15 : Kepuasan atau Kehampaan
|
Chapter 16 : Pertemuan yang di Takdirkan?
|
Chapter 17 : Hitam dan Putih
|
Chapter 18 : Kitab Orang Mati
|
Chapter 19 : Waktu tidak akan menunggu
|
Chapter 20 : Toyotomi vs Tokugawa
|
Chapter 21 : Envy
|
Chapter 22 : Pesugihan Keluarga di Bogor
|
Chapter 23 : Jin Purba/Spesial
|
Chapter 24 : Twosret Pentagon
|
Chapter 25 : Obsesi atau Kebodohan
|
Chapter 26 : Masa Lalu Merry
|
Chapter 27 : Gunung Kawi Part 1
|
Chapter 28 : Gunung Kawi Part 2
|
Chapter 29 : Gunung Kawi Last Part
|
Chapter 30 : Sugesti
|
Chapter 31 : Hari Pertunangan
|
Chapter 32 : Santet
|
Chapter 33 : Adofo si Baboon
|
Chapter 34 : Mulai Terungkap
|
Chapter 35 : Pemindahan Makam
|
Chapter 36 : Wanita itu?
|
Chapter 37 : Beribadah
|
Chapter 38 : Penyihir Gunung Belayan
|
Chapter 39 : Peperangan Jawa
|
Chapter 40 : Tragedi Parangtritis
|
Chapter 41 : Ra dan Iblis Domba
|
Chapter 42 : Kau Memang Lah Anakku
|
Chapter 43 : Keputusasaan
|
Chapter 44 : Keluarga Pembunuh
|
Chapter 45 : Iblis Serangga?
|
Chapter 46 : Pesugihan Babi Ngepet
|
Chapter 47 : 3 koin
|
Chapter 48 : Tujuan yang samar
|
Chapter 49 : Pria Misterius
|
Chapter 50 : Tersesat Di Gunung Gede
|
Chapter 51 : Desa Bunga Mawar Merah P1
|
Chapter 52 : Desa Bunga Mawar Merah P2
|
Chapter 53 : Desa Bunga Mawar Merah P3
|
Chapter 54 : Awal Peretmuan Rival Abadi
|
Chapter 55 : Cornelia
|
Chapter 56 : Alundra
|
Chapter 57 : Liam VS Alundra
|
Chapter 58 : Segel
|
Chapter 59 : Anak Anjing Baru
|
Chaptee 60 : Arwah Kucing Hitam
|
Chapter 61 : Hannesh
|
Chapter 62 : Hannesh Part 2
|
Chapter 63 : Tradisi Merepotkan
|
Chapter 64 : Acara Silat
|
Chapter 65 : Kesurupan
|
Chapter 66 : Pengkhianat Organisasi
|
Chapter 67 : D/D (Roh Prajurit Iblis)
|
Chapter 68 : Liam vs Fajar
|
Chapter 69 : Monster Absolute
|
Chapter 70 : Bimbang
|
Chapter 71 : Pembantaian
|
Chapter 72 : Malaikat yang terjebak
|
Chapter 73 : Rasa Manusiawi
|
Chapter 74 : Kamuzu
|
Chapter 75 : Kamuzu & Salam Dari Aira
|
Chapter 76 : Future?
|
Chapter 77 : Perjanjian Khusus
|
Chapter 78 : Kontrak Kamuzu
|
Chapter 79 : Revenge
|
Chapter 80 : Fikiran Tanpa Hati
|
Chapter 81 : Perang Surga
|
Chapter 82 : Asmodeus & Segel
|
Chapter 83 : Kelahiran Penerus
|
Chapter 84 : 4 Pelayan Tuhan
|
Chapter 85 : Kebencian
|
Chapter 86 : Replika
|
Chapter 87 : Arsy
|
Chapter 88 : Tujuan Sesungguhnya
|
Chapter 89 : Kilida
|
Chapter 90 : This Is War
|
Chapter 91 : Counter
|
Chapter 92 : Penuntasan
|
Chapter 93 : Masa Lalu Hinata
|
Chapter 94 : Masa Lalu Hinata Part 2
|
Chapter 95 : Masa Lalu Hinata Last Part
|
Chapter 96 : Heroes Comeback
|
Chapter 97 : Its Okay, im here
|
Chapter 98 : Demonstran
|
Chapter 99 : Dia Akan Datang
|
Chapter 100 : Tuhan Telah Bersabda
|
Chapter 101 : Keheningan Sebelum Badai
|
Chapter 102 : Yohan
|
Chapter 103 : Vampire
|
Chapter 104 : Neraka Utara
|
Chapter 105 : Perjanjian Begemoth
|
Chapter 106 : Amunisi
|
Chapter 107 : Pengkhianatan
|
Chaptet 108 : DogFight
|
Chapter 109 : Perjudian
|
Chapter 110 : Charlotte POV
|
Chapter 111 : The First Vampire
|
Chapter 112 : Last Fight Part 1
|
Chapter 113 : Last Fight Part 2
|
Chapter 114 : Last Fight - Final Part
|
TAMAT
|
Bonus Chapter
|
Quote:
Dilarang keras untuk mempublikasikan ke media lain dalam bentuk apa pun untuk tujuan ke untungan pribadi, terkecuali sudah memiliki izin dari penulis "xandler"
Diubah oleh xandler 14-02-2023 15:39
xue.shan dan 197 lainnya memberi reputasi
188
269.7K
Kutip
3.3K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
xandler
#873
Quote:
Chapter 94 : Masa Lalu Hinata Part 2
Sampai pada aku saat berusia tepat 7 tahun... aku mengalami kejadian yang begitu aneh....
_________________________________________
"heh? dimana aku?". ucap ku yanv baru saja terbangun dari kasur.
Dimana ini? namun aku merasa begitu familiar dengan kamar ini, tapi aku tidak bisa mengingat nya.
heh? apakah badan bayi berumur 1 minggu sudah sebesar ini? aku pun berjalan menuju cermin, dan aku di buat kebingungan dengan apa yang aku lihat, aku melihat seorang wanita yang sama sekali tidak pernah ku lihat sebelum nya.
Aku pun memegangi wajah ku sendiri hanya untuk memastikan, dan ternyata benar, wanita yang ada di cermin itu adalah aku.
"Benar.. itu adalah diri mu, kau sekarang sudah berusia 7 tahun".
Tiba-tiba saja seekor kadal, atau lebih di kenal sebagai Salamander, ia memiliki badan yang begitu gemuk dengan api yang terus keluar dari punggung hingga ekor nya. ia memiliki kulit berwarna hitam dengan corak kemerahan.
"kau.... kadal yang waktu itu". ujar ku mengingat nya.
"hei hei.. tidak sopan memanggil ku dengan kadal, aku adalah sejenis salamander". ucap nya kembali
Ia memiliki ukuran badan yang kecil, tinggi nya hanya sepinggang ku. iya pun berjalan dan duduk di kasur.
"Lalu apa yang terjadi pada ku?". tanya ku.
"apa kau sudah lupa apa yang pernah ku katakan? Setelah 7 hari kelahiran mu kau akan kembali menjadi Bayi biasa, dan melupakan seluruh kejadian di 7 hari pertama mu, dan saat kau menginjak umur 7 tahun, ingatan 7 hari mu akan kembali kepada mu". ujar nya.
"Berarti sekarang aku sudah berusia 7 tahun? namun mengapa aku tidak mengingat kejadian apa pun selama 7 tahun ini?". tanya ku yang semakin bingung.
"Harus nya beberapa menit lagi kepala mu akan terasa seperti meledak, tunggu saja". jawab nya.
"hahh? apa maksud mu?". saut ku.
*tok tok tok*
"Nona Hinata... apa anda baik-baik saja?".
ujar seorang pria mengetuk pintu kamar ku, mungkin karna suara berisik yang ku buat sedari tadi.
"eng..engga apa-apa kok hehe". jawab ku tanpa membuka pintu.
"baiklah.. kalau ada apa-apa tolong beritau kami". saut pria ity kembali.
"ba..baik". jawab nya.
Lalu aku pun langsung menghampiri kadal tadi untuk bertanya.
"hei ka-- salamander, itu tadi siapa?". tanya ku.
"kau hampir memanggil ku kadal lagi bukan?.. hahh.. itu adalah anak buah ayah mu, mereka di sini untuk menjaga mu, jadi tidak perlu khawatir". jawab nya.
"ayah? sia--"
*AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA*
Belum selesai aku berbicara, tiba-tiba saja kepalaku terasa begitu sakit seperti mau meledak, nadi-nadi di otak ku terasa mendenyut-denyut, aku bahkan bisa mendengar denyutan nya.
"Sudah saat nya kah, aku akan kembali nanti". ujar kadal itu.
Sebelum aku kehilangan kesadaran, aku melihat beberapa pria memaksa masuk kamar ku dengan menendang pintu yang aku kunci dan langsung memeriksa keadaan ku.
"NONA HINATA !!"....
.
.
*1 jam kemudian*
"Hinata... hinata.... kamu kenapa?". ucap seorang pria di samping ku.
Aku yang masih belum membuka mata, terus mendengar seseorang menyebut-nyebut nama ku, dan kali ini aku mengingat suara siapa itu, itu adalah suara ayah..
Aku telah melihat dan juga mengingat apa yang terjadi kepada ku, tanpa kusadari aku pun meneteskan air mata, dan berfikir tentang kejam nya kehidupan yang telah aku alami.
Aku pun perlahan membuka mata, dan melihat wajah ayah ku yang begitu mengkhawatirkan ku..
"HINATA.... syukurlah kau sudah sadar". ujar nya yang langsung memeluk ku.
"ayah". jawab ku yang langsung membalas pelukan nya.
Benar, pria ini bukanlah ayah kandung ku, namun dia adalah orang yang paling berharga di hidup ku, orang yang telah menarik ku dari jurang yang hampir menelan ku bulat-bulat.
Seperti nya aku berada di rumah sakit, ayah ku mengtakan kalau iya langsung menuju kesini setelah di beritau oleh anak buah nya kalau aku pingsan. Aku jadi merasa tidak enak kepada nya, karna harus membuat nya meninggalkan pekerjaan nya.
Dan pada hari yang sama pun aku keluar dari rumah sakit, karna dokter tidak menemukan ada nya yang salah pada ku, bahkan ayab ku sampai memaksa dokter untuk memeriksa kepala sampai 3 kali, namun tetap saja, tidak ada yang aneh atau salah.
Dengan perasaan lega, kami pun pulang ke rumah, dan sesampai nya di rumah ayah ku memperkenalkan seorang anak laki-laki yang umur nya sedikit lebih tua dari ku, anak itu bernama Akemi.. Saat bertemu pertama kali dengan nya, aku melihat tatapan seorang pembunuh.
Aku pun menjadi takut hanya untuk menatap nya, namun ayah ku mengatakan untuk tidak perlu takut kepada nya, karna mulai hari ini dia akan bekerja kepada ayah.
Meskipun ayah bilang seperti itu, tetap saja... aku merasa tidak nyaman jika berada di dekat nya.
Aku pun kembali ke kamar ku untuk beristirahat, namun baru saja aku ingin memejamkan mata ku, aku melihat kadal api sedang berdiri di perut ku...
"kadal... apa yang kau lakukan?". tanya ku.
"sa..la..mann...derr...... ahh lupakan... kau sekarang sudah ingat bukan?". tanya nya yang turun.
"ya.. jadi itu lah yang kau maksud sebelum nya". jawab ku
"benar... semua kamuzu pasti akan mengalami kejadian seperti itu". ucap nya sembari mengambil cemilan di meja ku.
"eh.. kau juga bisa makan makanan ku?". tanya ku bingung.
"tentu, ya.. walaupun tubuhku hanya bisa mencerna sari-sari nya". saut nya.
"ngomong-ngomong... apa untungnya untuk mu, melindungi seorang Kamuzu seperti ku?". tanya ku.
"Hanya untuk dapat mendapatkan Kamuzu tingkat 1 seperti mu saja, aku harus berjuang mati-matian... tapi.. semua itu terbayar karna seorang kamuzu seperti mu akan memberikan energi kehidupan yang cukup kepada Iblis seperti ku, karna itu satu-satu nya jalan agar aku bisa kembali mengaktifkan DRA". ujar nya.
"heeehhhhhhh"... ucap ku dengan wajah sinis.
"me..mengapa wajah mu seperti tidak percaya??". ujar nya kesal.
"maksud ku.. kadal seperti mu adalah iblis? kadal gempal ini?". ucap ku sembari menyentuh-nyentuh perut buncit nya.
"INI BAWAAN DARI LAHIR...". teriak nya kesal.
"hahaha... maaf-maaf, aku hanya bercanda". jawab ku dengan tawa.
"ehem... balik ke topik pembicaraan, mulai sekarang sampai seterus nya, kita akan selalu bersama...". ujar nya.
Aku membalas ucapan nya dengan menganggukan kepala dan tersenyum, tanda kalau aku menyetujui nya. Meskipun sejujurnya aku masih merasa aneh, melihat Kadal besar bisa berbicara seperti nya, namun yang aku tau pasti, dia berada di sisi ku bukan untuk menyakiti ku.
.
.
.
*9 tahun kemudian*
Sekarang aku sudah berusia 16 tahun dan aku duduk di bangku SMA(Kotagokko) kelas 2.
Seluruh murid di sekolah sudah mengetahui fakta kalau aku adalah putri satu-satu nya dari seorang Boss Yakuza terbesar di Tokyo, mereka pun jadi tidak berani macam-macam dengan ku, termasuk dengan para Guru sekali pun.
Karna hal itu pun, aku jadi memiliki kepribadian manja dan mau menang sendiri, karna ayah selalu memberikan apa pun yang ku minta dan akan membela apa pun kesalahan ku. Termasuk menghajar habis guru B. Inggris di sekolah ku yang telah berani memarahi ku di depan seluruh kelas.
Di tambah, aku memiliki Iblis Salamander yang akan terus berada di sisi ku untuk melindungi ku.
*trriiiinnnnnggggggg*
Terdengar suara bell pulang, aku pun segera memasukan buku dan juga peralatan lain ke dalam Tas ku, dan segera menuju pintu utama untuk menunggu jemputan.
Namun baru saja aku keluar kelas, aku menabrak seseorang di lorong, dan ternyata itu adalah Keiko.. ketua kelas kami.
"MA..MAAAFFF HINATA....". ujar nya yang langsung bersujud di depan ku.
Dengan perasaan begitu kesal, aku berdiri dan ...
*BUKKKKK*
*BUKKKKK*
Aku yang kelas tanpa fikir panjang langsung menginjak-injak kepala nya yang sedang dalam kondisi bersujud kepada ku, meskipun aku terus menginjak-injak kepala nya, iya hanya bisa meminta maaf.
Aku pun menjambak rambut nya dan mengangkat kepala nya, lalu aku mengambil pulpen dari dalam tas ku, meskipun wajah sudah berdarah-darah... aku tidak perduli, aku ingin menancapkan puplen ini ke kepala nya....
Sebenarnya banyak murid lain yang melihat ke arah kami, termasuk beberapa Guru, namun mereka tidak berani menegur ku apa lagi memisahkan kami...
Aku pun langsung mengarahlan pulpen di tangan kanan ku untuk ku tusukan ke mata nya.... dan....
*Seeeettttttt*
Tiba-tiba seseorang memegangi tangan ku, dan ternyata itu adalah Akemi..
"Nona.. waktu nya untuk pulang". ujar Akemi dengan tangan yang masih memegangi tangan ku.
"LEPASKAN.... atau aku adukan kepada ayah". teriak ku kesal.
"Nona.. tolong di mengerti, wanita ini hanya membuang-buang waktu nona". ujar nya.
"aaahhh... baiklah". ucap ku kesal.
Lalu Akemi pun melepaskan tangan ku, dan kami pun pergi meninggalkan Keiko dengan wajah yang babak belur.
"aku akan mengadukan kepada ayah nanti.. lihat saja". saut ku.
"baik Nona". ucap Akemi dengan wajah tenang.
"aaiissshhhhh aku sangat ingin meremukan wajah tenang mu itu". ucap ku kesal.
"maaf nona". saut nya.
"aahhhh.... lupakan, aku bisa mati jika terus melihat wajah mu". ujar ku.
Akemi sebenarnya tidak ikut sekolah dengan ku, ia di sini memanglah untuk menjemput ku, semakin lama aku menghabiskan waktu dengan nya, maka semakin di buat kesal aku melihat nya, aku juga sering menjahili nya, namun iya tidak pernah melawan sekali pun, ia hanya akan menunjukan wajah datar dan tetap terlihat begitu tenang, walau pun terkadang candaan ku hampir membuat nya mati.
Sesampai nya di rumah, aku melihat ayah ku sedang meminum alkohil di Bar yang berada di lantai 1 rumah kamj, aku pun langsung menghampiri nya...
"ayahhh..... Akemi tadi kembali menganggu ku". ujar ku mengadu.
"menganggu? bagaimana dia mengganggu mu?". tanya nya.
"dia malah membela murid sekelas ku yang menganggu ku". ucap ku sembari menunjuk ke arah Akemi.
"AKEEMIII". Teriak ayah.
Aku pun langsung masuk ke kamar, dan dari kamar terdengar suara pukulan berkali-kali, ku rasa ini akan jadi pelajaran yang bagus untuk nya karna berani mengganggu ku.
.
Saat sore hari nya, aku memutuskan untuk mencari angin di taman belakang, namun di sana aku menemukan Akemi dengan wajah babak belur nya sedang berdiri di dekat kolam sembari menatap langit.
"ohhh... akemii... bagaimana rasa nya?". ujar ku memanasi.
"nona Hinata... aku baik-baik saja". jawab nya dengan wajah tenang.
"ISSSSHHHHHH..... BODOH... KENAPA KAU TIDAK PERNAH MARAH KEPADA KU? KENAPA WAJAH MU SELALU SEPERTI ITU? AKU SANGAT MEMBENCI WAJAH TENANG MU ITU". ujar ku sembari berteriak.
Setelah mendengar ucapan ku, iya hanya diam untuk beberapa saat, lalu iya kembali menatap langit dan tersenyum... ya.. dia tersenyum... sudah hampir 10 tahun aku tinggal bersama nya, namun baru kali ini aku melihat nya tersenyum.
"me..mengapa kau malah tersenyum, kau meledek ku?". tanya ku.
"ahh... tidak, aku hanga jadi mengingat kata-kata terakhir adik ku". ujar nya tanpa menatap ku.
"maksud nya?". tanya ku kembali.
"Adik ku juga mengatakan hal yang sama kepada ku, sebelum iya di bunuh oleh ayah ku". ucap nya kembali.
eh...aku tidak pernah mendengar cerita itu, tunggu... aku memang tidak pernah mengetahui apa pun tentang nya.
"Adik ku mengatakan hal itu bukan karna dia membenci ku, tapi.. karna dia terlalu kesal setiap kali melihat ku di hajar orang tua kami dan aku hanya diam... hahh.... apakah jika aku menuruti ucapan nya kala itu, sesuatu akan berubah?". ujar nya sembari mengambil nafas.
Aku juga baru kali ini melihat nya berbicara begitu banyak, biasa nya iya hanya menjawab pertanyaan ku secukup nya dan sisa nya, dia hanya akan diam..
tapi.. perasaan apa ini, sedikit membuat dada ku sesak.. apa aku merasa bersalah kepada nya?? TIDAK.. TIDAK MUNGKIN !.
"la..lalu mengapa kau bisa sampai bertemu ayah?". tanya ku.
"Setelah kematian adik ku, aku membunuh kedua orang tua ku, aku lepas kendali saat itu... Aku berlari keluar rumah, saat itu sedang hujan deras dan aku berlari sekuat tenaga menerobos hujan, entah kemana aku akan pergi..
Sampai aku tidak sengaja bertemu dengan ayah mu, aku tidak sengaja menabrak salah satu anak buah nya sampai terjatuh, selain ayah mu mereka semua terlihat begitu marah dan mencoba untuk menangkap ku..
Pada akhir nya, aku menghajar seluruh anak buah ayah mu, karna ku fikir.. meskipun aku mati di tangan mereka saat itu, aku akan ikhlas meninggalkan dunia yang busuk ini.
Seketika ayah mu mengeluarkan pistol nya, dan menembaki ku beberapa kali, namun iya seperti nya sengaja memelesetkan tembakan nya tepat di dekat kepala ku.
Lalu.. entah apa alasan nya, setelah itu ia mengajak ku untuk ikut bersama nya, dan menjajikan sebuah tempat di mana aku di butuh kan.. ahhh.. senang nya.. akhirnya seseorang membutuh kan ku.
Dengan kekuatan ayah mu, kasus pembunuhan yang ku lakukan di rahasia kan dari publik dan polisi dengan cepat menutup kasus nya, ya.... kira-kira seperti itulah alasan mengapa aku disini sekarang". ujar Akemi panjang lebar.
"Bodoh...". ucap ku sembari menundukan kepala.
"heh.. bodoh?". saut nya bingung.
"BODOH..BODOH..BODOH..POKOK NYA KAU BODOH". ujar ku berteriak.
Setelah itu aku berlari meninggal kan nya dan pergi ke kamar ku, mengapa aku berlari dari nya, apa benar aku memang merasa bersalah setelah mendengar cerita nya?
Jika di ingat-ingat masa lalu kami tidak lah berbeda jauh, sama-sama di buang oleh orang tua kami, penuh penderitaan dan.... mengelaskan.
.
.
.
*3 TAHUN SETELAH NYA*
Tidak terasa 3 tahun telah berlaku, aku yang sekarang sudah masuk ke universitas, dan.. aku tidak seperti dulu lagi, aku tidak suka menjahili teman-teman ku, meskipun satu kampus sudah mengetahui siapa ku sebenarnya.
Entah mengapa kejadian hari itu, atau tepat nya cerita dari Akemi seperti menampar wajah ku begitu keras, meskipun begitu... aku dan akemi masih tidak begitu dekat.
Apa lagi seksrang dia telah menjadi pengawal pribadi ayah semenjak 2 tahun lalu, dan sering pergi selama beberapa minggu untuk melaksanakan tugas dari ayah, lalu hanya pulang untuk 1/2 hari dan kembali pergi.
heh..kenapa aku memikirkan nya? apa aku merindukan nya...
"AHHH.... AKU TIDAK MERINDUKAN NYAAA !!! AKEMI SIALANNNNN !!!. Teriak ku sekuat tenaga di kantin kampus.
Seluruh orang pun langsung menengok ke arah ku, aku yang malu langsung saja pergi meninggalkan kantin dengan berlari.
Beberap hari kemudian, aku mendengar kalau Geng ayah mulai berselisih dengan sebuah perusahaan, yang aku dengar mereka juga menjalani bisnis yang sama seperti ayah dan beberapa kali mereka juga dengan sengaja seperti sedang memprovokasi geng Ayah.
dan tanpa ku sadari... itulah yang menjadi awal, berubah nya... hidup ku..
Quote:
Quote:
sekedar Info, untuk cerita saya ODRA, akan di lanjutkan setelah Season 1 cerita ini tamat, kurang lebih 2 bulan lagi.
mohon maaf dan terimakasih
mohon maaf dan terimakasih
Diubah oleh xandler 09-03-2022 14:16
diditper dan 49 lainnya memberi reputasi
50
Kutip
Balas
Tutup