albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
Fahri Hamzah : Membaca Wajah Indonesia Dengan Kronologi Waktu.
Fahri Hamzah : Membaca Wajah Indonesia Dengan Kronologi Waktu.

Negara kita menyimpan banyak sekali sejarah masa lampau, tidak hanya soal peradabannya yang mahsyur di masa lalu, tetapi juga sejarah politik dan fenomena sosial budayanya yang dinamis. Masyarakat Indonesia terkenal sebagai masyarakat yang sangat gigih dan bekerja keras dalam segala hal. Jiwa masyarakat gotong-royong akibat dari pengalaman pahit masa lalu yang pernah di cerai-berai oleh bengisnya kolonialisme, kini bertumbuh dan mengakar sehingga tancapannya sangat kuat dan sulit untuk tercerabut dari akarnya.

Dalam perspektif pasca kemerdekaan, setidaknya melihat Indonesia dapat di kategorikan dalam 3 rentang masa, masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

Orang-orang yang berbicara masa lalu itu jika di analogikan seperti berbicara tentang sebuah rumah yang telah dibangun, lengkap dengan atap, tiang dan tentunya yang paling fundamental, pondasi. Dan tentu saja, orang-orang tersebut akan memberi nama terhadap rumanya, dan tujuan untuk membangun rumah tersebut untuk naungan bersama. Dalam kaitannya dengan negara kita, dengan analogi rumah tadi, rumah tersebut di beri nama NKRI, pondasinya adalah Pancasila, tiangnya bernama UUD 1945, dan atapnya sebagai spirit kebersamaan kita adalah Bhineka Tunggal Ika. Rumah besar tersebut telah terbangun atas perjuangan para founding person kita dulu, akan tetap ada dan tentu saja semoga selamanya terus ada dan berdiri.

Dalam perspektif kekinian, orang-orang akan melihat negara ini seperti sebuah kapal. Pendekatan ini adalah pendekatan Pemerintahan yang tentu saja temporal. Sebab sebuah kapal adalah alat atau kendaraan yang sifatnya sementara dan dinamis, terus bergerak menuju satu pulau yang di sebut pulau harapan, pulau masa depan. Kapal dalam pendekatan pemerintahan ini di nahkodai oleh seorang kapten yang di sebut presiden yang memimpin perjalanan atau pergerakan kapal hingga sampai pada pulau yang akan dituju.

Pulau harapan yang hendak di tuju tersebut adalah tujuan-tujuan bernegara, mencerdaskan kehidupan bangsa, melindungi segenap tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum dan ikut serta dalam perdamaian dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 kita. Dan perspektif ini adalah perspektif yang berorientasi pada masa depan atau masa yang akan datang.

Ketiga perspektif tentang negara ini harus di pandang dan di pahami secara utuh dan berkesinambungan satu dengan lainnya. Tidak boleh ada missleading atau missinterpretasi atas ketiga hal ini, yang mana jika hal ini terjadi kita akan salah arah bahkan tidak terarah dalam memahami negara ini.

Jika kita melihat pada negara-negara maju yang telah lebih dulu sustain dan tumbuh dengan peradaban yang lebih maju, hal-hal tersebut diatas pasti menjadi kunci, paling tidak menyertakan cara pandang tersebut yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah perkembangan dan kemajuan bangsanya. Mereka mampu menerjemahkan analago lini masa atau kronologi waktu tersebut dengan baik sehingga tidak ada kebimbangan, apalagi kehilangan arah dalam membangun bangsanya.

Dari masa lalu, negara harus memiliki memori yang menjadi ingatan kolektif bagi semua sehingga di sebut memori of nation dan tugas ini adalah salah satu dari sekian banyak dari peranan sebuah ibukota negara. Sebagai contoh misalnya, jika kita pergi ke ibukota Amerika Serikat, Washington DC, kita akan menjumpai memori of the nation berupa museum-museum yang menyimpan kenangan tentang komposisi dari negara tersebut yang tidak saja menjadi kenangan bagi bangsa Amerika, tetapi kenangan untuk dunia. Jadi, sebuah bangsa memang harus punya memori yang bisa di kenang secara kolektif yang nantinya hal tersebut menjadi spirit kita dalam membuat kemajuan-kemajuan untuk masa depan.

Dari masa kini, sebuah bangsa harus memiliki yang dinamakan the brain of the nation yang mana hal tersebut adalah tempat membangun strategi yang tentu saja membutuhkan pemahaman tentang ilmu pengetahuan, sains, kebijakan dalam mengelola publik dan tentu saja penguasaan akan teknologi. Strategi tersebut tergambar pada tiga pilar utama kekuatan demokrasi yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif. Semua kekuatan yang menggambarkan the brain of the nation di implementasikan oleh para pelaku yang menduduki ketiga pilar demokrasi ini yang nantinya akan terlihat melalui output dan outcomenya.

Dalam kronologi masa depan, sebuah bangsa harus mempunyai the imagination of the nation, yaitu pikiran-pikiran dinamis tentang bagaimana harapan masa depan bangsa kita. Pada posisi ini kedudukan para cendekiawan, ilmuwan, teknokrat, kalangan profesional dan tentu saja juga termasuk rohaniawan dan para ulama yang berkolaborasi membentuk ide-ide dan pikiran-pikiran agar pulau harapan yang hendak di tuju adalah benar-benar sesuai dengan apa yang di harapkan dan kita tidak salah arah dalam mengarungi perjalanan.

Dengan memposisikan ketiga perspektif tersebut di atas dengan optimal dan proporsional, bukan sebuah hal yang mustahil jika nantinya di masa depan, kita bangsa Indonesia, akan tidak hanya mencapai pulau harapan tanpa tersesat, tetapa bahkan kita dapat membangun pulau harapan baru yang menjadi destinasi selanjutnya atas pengalaman emas mencapai pulau harapan sebelumnya dengan sukacita.

Diolah dari ILC : 21 Agustus 2020, Indonesia Maju.
Pembicara Fahri Hamzah, Waketum Partai Gelora Indonesia

Link sumber :


marwangroove920
spay21
bian.hazzi588
bian.hazzi588 dan 5 lainnya memberi reputasi
0
1K
36
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
widya poetraAvatar border
widya poetra
#6
emoticon-Blue Guy Peaceemoticon-Hi

Mengenang masa lalu



waktu selalu berputar
wajah2 berganti
tiga serangkai terpisah
ke depan mungkin mau reunian

emoticon-Ngakak
0
Tutup