Kesuksesan di Indonesia selalu diukur dengan pekerjaan yang berada di lingkaran owner, atau kehidupan dengan ekonomi yang cukup mapan, tentu saja status sosialnya juga bukan orang yang biasa, bisa kita katakan orang kaya!

Tapi membicarakan hal itu, ada yang aneh dengan kehidupan kita. Tidak semua, namun banyak juara kelas yang ketika mereka sampai di usia produktif tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, coba lihat teman kamu yang juara kelas sekarang apa pekerjaannya, dan bagaimana kehidupannya?



Apakah mereka lebih baik dari dirimu atau lebih sulit dari dirimu, atau diri kamu sendiri juara kelas di sekolah. Sekarang sudahkah mencapai kesuksesan atau belom?

Pada dasarnya seperti ini, sistem pendidikan Indonesia itu memang sudah salah. Jadi ketika ada anak pandai yang mengikuti sistem, dan menjadi juara kelas pada dasarnya bukan kepandaian berdasarkan realita yang akan terjadi di masa depan ketika ia lulus sekolah.



Contoh profesi-profesi kerja yang ada di dunia nyata, seperti tukang sapu jalanan, cleaning service, kasir mini market, sales promotion, buruh pabrik, supir ojol, manager, ceo, Presiden dan banyak lainnya profesi kerja yang akan bisa kita geluti ketika lulus sekolah ternyata semua itu tidak diajarkan oleh sekolah. Baik itu SD, SMP maupun SMA, tidak mengajarkan hal-hal tentang apa yang harus dilakukan oleh profesi kerja yang akan mereka lamar, jadi ketika ia dewasa ternyata nilai ulangan itu tidak sama dengan realita.

Bayangkan kalau kamu menghabiskan waktumu menghafal teori-teori, salah satu contoh teori Lamarck berpendapat, bahwa makhluk hidup sekarang merupakan makhluk hidup yang pada zaman dahulu dapat beradaptasi terhadap lingkungan. Ketika disekolah semua teori kamu hafal, hingga mendapatkan nilai akademisi yang tinggi dan selalu juara kelas.





Lalu disaat lulus sekolah apakah teori itu dipakai ketika kamu melamar pekerjaan sebagai kasir, sales promotion, atau admin?

Ini yang menyebabkan banyak orang yang juara kelas tetap kesulitan untuk sukses di dunia kerja, mereka harus belajar dari bawah. Bahkan, karena dunia kerja yang membutuhkan koneksi, team work, dan juga biaya untuk menunjang karirnya, banyak dari orang pintar ini akhirnya gagal karena terlalu individualistis dalam bekerja, tidak punya koneksi, dan mungkin saja uang untuk mengejar mimpi di kuliah yang baik.





Orang pintar yang sebenarnya harus berfikiran out of the box, bukan berfikir secara sistem. Jadi kalau masih juara dalam koridor sistem, maka pelajaran lainnya di lingkungan akan membuat kaget. Karena sangat berbeda dengan yang ia pelajari selama ini, apalagi hanya pintar dalam berteori sedangkan fakta yang terjadi, teori belum tentu sama dengan apa yang ada di lapangan.

Biasanya orang pintar itu banyak ide-ide di kepalanya, jadi belum selesai ide yang satu sudah muncul lagi ide yang lain. Maka, dalam pekerjaan menjadi tidak konsisten.

Atau mereka melakukan sebuah pekerjaan yang dipikirkan sudah sesuai passion, contoh menjadi polwan tapi ketika sudah menjadi yang di inginkan timbul keraguan apakah pekerjaan ini yang ia harapkan?

Tak heran kalau ada Polwan desersi dari Manado yang kabur dari tugas, dan menginap di Jakarta. Sukses bagi orang pintar, memang agak berbeda dengan orang umum kebanyakan yang menilai dengan materi.



Sedangkan anak yang dikelas biasa saja, namun menemukan passion dalam bekerja, lalu ia tekun, rajin, gagal pun terus mencoba lagi tanpa mudah putus asa, hasilnya malah lebih baik kehidupannya di masa depan.

Jadi bagaimana tanggapan teman-teman dalam hal seperti ini? Sekali lagi, ini bukan pembenaran tetapi hanya penjelasan.

Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2022
referensi : klik, klik
Pic : google