Ane beberapa kali diajak bertualang bareng adik cowok si Panpan sebut aja namanya Lei. Perawakannya sedikit kekar karena memang bekerja lapangan dan memang hoby dengan kegiatan berdebu dan berair. Berdebu karena dia punya mobil truk yang kalau dihargakan di Indonesia sekitar 2M rupiah. Ukuran truknya beneran ukuran Jumbo dan bisa angkut 5 ton kalau tak salah. Sedangkan berair karena hobby nangkapin ikan alias nyetrumin ikan di danau dan sungai2 kecil (walau ini ilegal kalau ketauan polisi kena sel ). Kegiatan nyetrumin ikan dilakukan disela-sela dia lagi ga nyetir atau kagak ada tawaran maen kartu dengan teman2nya.

Pertama, ane bakal ceritakan pengalaman ane melihat sekelebat bayangan dan penampakan di danau serta sungai kecil waktu nyetrum ikan. Ketika ane lagi menginap di rumah ortunya panpan, ane beberapa kali diajak nyetrum ikan. Kami keluar sekitar jam 10 malam. Ane waktu itu cuman bertugas membawa ember dan menangkapin ikan2 yang mabok atau tenggeng kena setrum sama peralatan si Lei. Suasana malam itu bener2 sunyi, maklum saat itu kampungnya si panpan hanya ramai ketika IMLEK. Para pemuda dan anak gadis rata2 sudah tinggal di kota dan hanya para orang tua dan sepuh yang masih tinggal di kampung.

Ane pun waktu itu berangkat bertiga, termasuk dengan si Panpan yang selalu ngekor ane karena takut hilang atau sangat tidak mau lepas dari ane . Dengan mengendarai mobil pickup bokapnya panpan, tempat pertama kami mencoba menangkap di sungai kecil yang mungkin berjarak 1km dari rumah. Ternyata, sungai kecil ini berada jauh turun ke bawah dari jalanan. Bahkan mungkin terkesan mesti menuruni tebing walau ada jalan setapak yang sudah disemen. Jangan heran, penerangan sangat minim, apalagi semak belukar sudah menutupi jalan setapak dan pinggiran sungai. Maklum, saat itu sudah musim panas jadi sudah banyak tumbuh ilalang liar dan rumput2 sudah semakin tebal.

Ane pun tertegun ketika berdiri di tebing dan satu hal yang dalam pikiran ane, apa si Lei kagak pernah ketemu sama demit ketika nyetrum Ikan. Atau paling nggak, ada ga dia ngerasa ngeri2 sedap ketika menyusuri sungai sendirian. Ane aja waktu itu bener2 merasa sedikit ngeri2 dan seperti banyak melihatin ke ane, walau belum menunjukkan wujudnya. Ane cuman berusaha tenang dan sesekali menghisap rokok ane.
"kenapa kamu diam, kamu ngeliaht sesuatu ya", ujar panpan yang sepertinya sudah percaya bahwa ane bisa berkomunikasi dengan hantu. Apalagi, dia sudah merasakan tidak lagi mimpi hantu sejak ane cerita sudah mengusir hantu mesum yang sesekali menghampirinya ketika tidur.

"ah, belum lihat, cuman sepertinya ada", ujar ane dalam bahasa inggris
"ah, yang bener, jangan nakut2in aku, pokoknya jangan jauh2 dari aku", ujar Panpan yang langsung memeluk lengan ane dengan erat
"hoi, kita mau nangkap ikan, bukan ajang kalian pacaran, itu bawa ember kesini, ayok turun", teriak si Lei yang mungkin kesal karena mbaknya justru merepotkan dan tidak bisa fokus menangkap ikan.
kami pun segera bercepat membawa ember dan turun ke sungai. Jalan harus sangat perlahan karena curam dan sedikit licin batu jalaan setapak. Terkadang, senter hape pun harus kami gunakan walau sudah memakai lampu senter di kepala ane.

Kami pun mengikuti instruksi Lei untuk berdiri dibelakang dia supaya ga kena setrum . Perlengkapan Lei bener2 seperti pakaian militer tapi terbuat dari karet. Pandangan ane pun mulai tidak lagi fokus dengan gelapnya sekitar sungai, tetapi dengan sigap menangkap ikan2 yang lumayan besar, belut dan udang2 merah khas china. Ane pun semakin semangat karena menyaksikan begitu banyak hewan2 air yang ane temukan sebelumnya hanya di pasar. Beberapa tempat begitu banyak hasil namun beberapa tempat sangat jarang atau bahkan tidak ada. Disaat sudah semakin harus masuk ke dalam sungai yang sangat dalam dan terjal, si Lei pun menyarankan ane dan Panpan untuk kembali ke jalan sembari nunggu mobil.

Si Lei pun menyusuri sungai sendirian sedangkan ane dan panpan naik ke atas dengan berdiri di dekat mobil. Untungnya waktu itu Summer, jadi dinginnya air di kaki dan paha ane kagak bikin menggigil. Disaat itulah ane mulai kembali mengamati suasana sekitar sungai kecil.
"jangan lihat2 kemana-mana, jangan juga coba2 juga komunikasi dengan mereka (hantu)", ketus panpan dengan mencubit ke ane
memang sepertinya si panpan sudah tau gelagat ane kalau mau bersentuhan dengan hal-hal ghaib selalu diam, tenang dan seperti sibuk sendiri dengan melihat kesana kemari.

"hahaha, tenang aja, palingan cuman negor sapa doang, siapa tau dia mau ngasih batu cincinkan lumayan", ujar ane
"hah, jangan macam2, disini hantunya tidak sama seperti di Indonesia, lebih ngeri", ujar panpan yang ga masuk akal
angin pun berhembus beberapa kali dan ane merasakan ada sesuatu tapi belum bisa memastikan apaan. Ane pun mencoba mengikuti cahaya senter si Lei yang semakin menjauh dengan posisi kami berdiri. Ane pun kuatir dan menanyakan sudah sejauh apa pengalaman si Lei nyetrum listrik begini malam2.
"oh, sudah dari sejak SMA sudah biasa", ujar si Panpan
mendengar begitu, ane perkirakan sudah hampir mau sepuluh tahun lebih jadi ane pun sedikit tenang.

"heeeeiiiiii", teriak Lei ketika mulai semakin menjauh dari kami
"heeeeiiiiiii", balas si panpan dengan keras
panpan pun mengajak ane untuk membalas setiap teriakan lei dengan keras.
"buat apa si lei teriak2 begitu", ujar ane
"oh itu, supaya tau posisi dia sudah sejauh apa dengan kita berdiri disini", ujar panpan
ane pun tak percaya bukan sesimple cuman pengen tau posisi pasti ada efek "keamanan" yang berbau ghaib. Soalnya, masuk2 ke sungai sendirian malam2 begini, pasti rentan bersentuhan dengan alam2 ghaib juga. Pola pikiran orang Indonesia alias pengalaman ane sama hantu2 membuat ane berkeyakinan ini sebabnya si Lei teriak2.

"nggaaakkk, beneran cuman mau tau posisi kita aja, biar dia tak terlalu jauh", ujar panpan
ane pun meremehkan jawaban dia soalnya ane yakin ga sesimple itu. Apalagi ane tau memang ada semacam kultur tak mau membahas hantu atau ghaib2 dikalangan orang2 China. Ane pernah melakukan survei kecil2an, dari 10 orang yang ane ajak nonton film hantu atau takut sama hantu, 8 orang takut 2 orang tidak. Jadi mereka ini memang tak percaya dengan hantu tapi juga tak berani untuk berkaitan dengan hantu2 .

"udah nanti tanya si lei saja kalau sudah balik kesini, bener ga asumsi ku, pasti ada sebab musababnya", ujar ane
ane pun kembali melihat sekitar dan mata ane tertuju di dekat semak pohon sebelah kanan yang jaraknya kurang lebih 3 M dari gorong2/jembatan tempat kami berdiri. Ane merasakan ada sosok disitu tapi ane kagak bisa melihat. Setiap ane mau konsentrasi untuk melihat wujudnya yang ada disitu, si panpan selalu mengganggu ane dengan mengguncang2kan badan ane dan mengalihkan fokus. Berbagai bahasan tidak penting untuk pengalihan fokus ane selalu dipakai panpan biar ane kagak fokus mencari demit2 di sekitar sungai .
Al hasil si panpan pun mengajak ane buat menunggu di dalam mobil.

Sesekali suara teriakan lei kami balas berkali2, hingga 30 menit kemudian mungkin ketika si Lei sudah teriak dan tidak ada balasan dari kami, dia segera balik kembali dan merampungkan mencari ikan di Sungai. Setelah sampai, rupanya beberapa ikan ukuran 3-5 kg sudah berhasil ditangkap lei dan masuk ke dalam embernya. Ane pun terkesima dengan hasil ikan2 besar begini terutama iwak gabus yang ane yakin 10kg karena besarnya sudah sepaha ane kepalanya.

ane pun memulai bercerita sembari kami menuju ke danau.
"eh, Lei, kamu ga takut ketemu hantu nyari ikan malam2 begini, atau pernah melihat ga?", tanya ane dengan ditranslate chinese oleh panpan.
"hah hantu? tak takut, buat apa takut sama hantu", ujar Lei santai
ane tau dia masih berusaha kalem dan menunjukkan bahwa dia jantan dan tak peduli sama hantu. Tapi ane buka cerita bahwa ane melihat dan merasakan sesuatu di dekat gorong2, padahal baru pertama kesitu. Apalagi si Lei yang sudah malang melintang nyebur ke sungai ini.

"yang di bawah dekat ada batu merah disitu? bawah jembatan?", tanya Lei
"iya, sepertinya ada penunggu apa hantunya disitu", tanya ane
"hahahha, iya dulu waktu aku masih bocah, ada yang nemuin mayat disitu, mungkin mayat hanyut atau tenggelam disitu, tapi bukan warga sini", ujar Lei
"nah kan bener", ujar ane dalam hati
Mendengar ane membahas hantu bukan sekedar pengen unjuk berani atau takut sama hantu, tapi lebih ingin pengen tau pengalaman dia sama hantu walau dia tak mau mengindahkan.

"terus, kamu teriak2 begitu pasti ada alasan atau ada cerita kaitannya dengan hantu2", ujar ane
"oh, hahahha, ya memang sudah kebiasaan tapi juga memang ada cerita dibalik itu, kalau tak teriak2 nanti lupa posisi, kalau sudah tak terdengar balasan atau teriakan aku, posisi aku sudah jauh dan mesti balik", ujar Lei dengan santai
"iya, tapi pasti ada cerita juga, apa disesatin hantu, kamu atau siapalah kalau tak teriak2 begitu", ujar ane memancing si Lei supaya terbuka
"hmmm, iya memang ada pengalaman beberapa teman dan tetangga yang tak sadar rasanya dia masih dekat dengan mobilnya, entah bagaimana dia seperti keasikan nangkap ikan dan banyak bener, tapi pas udah selesai dan mau pulang, dia kebingungan kok aliran sungainya semakin dalam dan seperti mau kelelap, alhasil dia terpaksa minggir dan nyari jalan ga ketemu2 karena lewat hutan sungai, tau kamu dia dimana tersesat, disana bukit situ", ujar Lei menunjuk ke arah pegunungan yang berjarak kurang lebih 20km dari kampung

"ah, yang bener, kok kamu ga pernah cerita", ujar panpan
"ya buat apa cerita sama kamu, kamu juga sama penakutnya sama si Lan lan (bini Lei), malah bikin repot aku aja nanti ketakutan", ujar Lei
memang pernah akibat nonton film hantu malam hari, si Lan Lan meminta si Lei untuk tak keluar malam alhasil dia tak bisa beraktifitas maen kartu sama teman2nya .
"ada lagi yang akhirnya pingsan karena lemas, mau pulang tak kembali2, tangkapan dia pun isinya cuman batu aja, makanya kalau mau nangkap ikan ajak teman, jangan sendirian", ujar si Lei walau dia tetap menganggap cerita itu bohong2 aja tapi kok dia mengikuti saran teriak2 kalau tak percaya
Kami pun malam itu menyelesaikan menangkap ikan di danau. Untuk di danau ane ga merasakan sesuatu yang aneh dan mistis ketimbang di sungai karena danaunya tak terlalu dalam kalau musim panas. Dan memang si Lei hanya menyetrum ikan disekitar pinggiran danau saja.


Bagian kedua, ketika ane mengikuti si Lei begadang nganter batu kapur ke kota seberang.
"eh, mau ikutan aku ga nyetir truk, sekalian nambah pengalaman naek truk aku", ujar Lei sehabis makan malam
"ah, oke aja, mau kemana kita?", tanya ane
"mau angkut batu kapur, ada orderan truk aku", ujar Lei
"oh, aayo kapan berangkat", ujar ane
"sekarang, soalnya jam 10 harus sudah ngetem di pinggir kota, kalau lewat jam 10 sudah tidak boleh keluar lagi", ujar Lei

ane pun bergegas dan segera bersalin dengan membawa charger hape ane. Sebelum berangkat jauh, kami berhenti di salah satu pos truk untuk isi angin dan bersih2 truk sekalian beli bensin dan perbekalan minuman serta rokok. Kebetulan, si Lei ini tipikal senang dengar musik dan selera musiknya pun ane suka. Di truknya dipasang speaker yang oke punya apalagi tempat duduk truknya bener2 nyaman. Dia pun menyuruh ane untuk tidur jika mengantuk, tetapi bagi ane ini pengalaman pertama dan mungkin terakhir jadi buat apa tidur. Minimal memperkaya cerita hidup.

Perjalanan hampir 2 jam lebih akhirnya kami sampai di lokasi tempat penambangang batu kapur. namun, batu kapur yang digali ini termasuk kualitas tinggi menurut lei, karena dibuat khusus untuk keramik dan batu ukiran yang mahal. Ane pun turun dan mengecek sekitar lokasi sembari menunggu giliran truknya Lei diisi batu kapur. Ane cek sekeliling, sapa tau nemu batu cincin kan lumayan, walau hanya sia-sia.
"nyari apa kamu", ujar lei sambil senyum2 melihat ane celingak celinguk ke tanah
"kali aja ada batu cincin", ujar ane dengan menggunakan baidu translate
si Lei pun tertawa dan mengatakan mustahil menemukan hal begitu. Soalnya ini lokasi khusus batu kapur, dan batu mulia model begitu biasanya daerah utara dan itupun Giok.

"apa ga kuatir ke ciduk mayat apa makam disini", ujar ane
"ah, ga mungkin, rata2 sekarang mayat sudah dibakar semua, ga model ditimbun, lagian ini perbukitan kapur, mana mungkin bisa di gali orang dulu", ujar Lei
Akhirnya giliran wadah truk si Lei yang diisi dan ane segera lompat alias manjat kembali ke dalam truk. Sekitar 20 menit kemudian kami pun berlalu dan menuju ke tempat penimbunan batu kapur.
selama perjalanan ane tak pernah merasakan ada penampakan, dan memang ane pun menanyakan si Lei selama nyupir truk tidak merasakan pernah melihat hantu. Ane percaya saat itu, tapi ternyata berbeda ketika kami sampai di rumah penimbunan batu kapur.

sekitar satu jam kami membawa batu kapur, kami pun sampai di tempat penimbunan yang sebelumnya ditimbang dulu. Setelah ditimbang, kami pun masuk ke areal pabrik dan terus hingga ke gudang besar. Ane merasakan merinding ketika melihat bentuk bangunan yang sangat besar dan tua bahkan menurut ane tak terurus. Cuman saat itu ane cukup tak mengindahkan, mungkin perasaan ane aja karena malam itu sudah hampir jam 2 pagi.

Sesampai di depan lowong gerbang di rumah penimbunan, hati ane langsung deg-degan. Ane bener2 merasakan ada yang "nungguin" di dalam gudang ini tapi bukan sosok manusia. Ane yakin bener, pasti ada kemungkinan sisa2 mayat yang terbawa sama timbunan pasir, batu kapur dan berbagai mineral. Atau mungkin ada kejadian orang tertimbun tidak sengaja ketika truk menurunkan muatannya. kalau ente lihat, sekali turun muatannya berbentuk bukit kecil atau setinggi 10-15 meter. Bisa langsung tewas seketika kalau ketimbun muatan dari truknya si Lei ini.

Truk pun mundur secara perlahan dan menuju pojokan yang sudah ada tumpukan batu kapurnya. Ketika mundur secara perlahan, di sebelah kanan ada semacam "panggung" kecil yang menurut aneh agak ga nyambung buat gudang penimbunan. Cahaya truk yang mulai menjauh dari "panggung" membuat ane semakin yakin ada sosok yang berdiri dan melihatin kami. Ane bener2 yakin, yang berdiri itu sosok wanita berbaju putih dengan rambut yang panjang sembari menunduk.
"ah nanti aku lihat bener2 lagi pas truk ini maju", ujar ane dalam hati

perlahan muatan truk diturunkan, dan ane melihat ke arah spion disitu ane melihat di sebelah kanan pojokan pasir ada kakek2 jongkok yang tertawa. Aura hijau giok sangat terang dari sosok ini. Ane pun terkejut dan juga ngeri2 sedap. Wajahnya ne kakek keriput, mulutnya agak panjang dan botak. Sangat kurus bahkan ane melihat kulitnya seperti turun dari tulangnya pokoknya bener2 renta.
"apa bener yang ane lihat", ujar ane yang langsung keluar kepala ane dari jendela truk untuk mengecek apa halusinasi doang.

Nah, untuk kali ini ane kagak melihat lagi. Tapi ane yakin yang ane lihat jelas bener sebelum ane mengalihkan pandangan ane dari spion.
"wah bener pantesan aku merasa rada angker ne bangunan", ujar ane dalam hati
ane pun berusaha melihat kembali tetapi dengan mencoba menghaluskan atau kondisi hati ane sudah tenang kembali ga kagetan.
"seeeeeetttt", ane noleh kembali ke spion dan disitu ane melihat bener ke arah spion si kakek masih jongkok dan mengamati truk yang menurunkan muatan batu kapur. Debu yang berseliweran cuman nembus diantara bayang2 hijau si kakek jongkok ini.

mungkin awalnya hantu kakek ini tak menyangka ane menyadari sosok keberadaan dia di pojokan. Tetapi akhirnya dia pun sadar karena ane melihat dengan seksama dari spion ke arah dia. Si kakek botak dan jongkok ini pun tersenyum dan mengangguk2 ke ane, sembari dalam hati ane mengucapkan salam kenal dan ijin pamit. Mohon maaf jika si Lei tidak merasakan ada kakek yang menjaga ne gudang. Setelah beres menuangkan semua muatan, si lei akhirnya menyetir kembali dan menuju keluar gudang.

mata ane pun tertuju ke "panggung" yang ada di sebelah kanan untuk memastikan bahwa memang benar dugaan ane ada sosok wanita berbaju putih yang berdiri dipinggiran "panggung". Ketika cahaya truk sudah melewati panggung ini dan posisinya membelakangi, ane mulai melihat sosok wanita ini ternyata bukan berbaju putih, tapi hitam2 dan matanya sangat tajam melihat ke arah spion ane. Untuk kali ini, tatapan mata si hantu wanita ini bener2 bikin ane merinding dan rupanya si Lei juga merasakan merinding yang kuat. ane pun hanya diam dan curiga bahwa, jangan2 ini bangunan dulunya bukan gudang penimbunan tetapi mungkin gedung apalah gedung kuno semacam tempat opera china mungkin.
akhirnya setelah selesai kami segera makan barbeque (shou kou dan mie goreng) di pinggir jalan.

Sekitar jam 5 Subuh kami sampai di rumah dan ane langsung disambut oleh si Panpan yang segera bikin kopi buat ane dan teh buat lei. Disitu kami ngobrol2 dan bercerita pengalaman serta pendapat ane selama ikut si Lei.
"eh, kamu lihat hantu tidak?", tanya si panpan
"hahahha, lihat", ujar ane
"dimana, banyak tak?", ujar panpan
"cuman dua, tapi di dekat gudang penimbunan doang", ujar ane
"ah yang bener, kamu juga melihat Lei?", tanya panpan ke Lei
"nggak, tapi memang aku sering merinding kalau ngantar batu kapur ke gudang situ, tapi aku malah senang kalau merinding gitu, biasanya aku dapat duit mudah", ujar Lei

"ah maksudnya?", ujar ane
"iya, aku memang tak bisa lihat, tapi pas merinding aku coba acuhkan aja, tapi biasanya habis merinding, kalau aku maen kartu pasti menang besar atau nanti ada kerjaan tambahan", ujar Lei bersemangat
ane pun mahfum, memang ada keyakinan orang2 penyupir truk. Soalnya tetangga ane di Palembang yang supir truk, bertahan tinggal di rumah sewaan padahal sebelah rumahnya ada penunggu kuntilanak. Katanya tetangga ane ini, tiap balik malam kalau dia melihat atau disambut kuntilanak di pagar rumah tetangganya, besok malamnya rejeki lancar. Makanya dia cuek2 aja walau mati ketakutan pas lihat kuntilanak tapi efeknya bikin senang ujar tetangga ane

"emang dimana kau lihat dan bentuknya gimana?", tanya panpan lagi
"satu kakek2 warnanya hijau, badannya kurus dan botak, tapi kelihatannya tidak jahat ne kakek, mungkin makamnya disitu atau pernah kekubur disitu, ane kurang paham. Nah satu lagi hantu cewek, aku kira pakaiannya putih, tapi hitam rupanya, cantik tapi sadis dan penuh dendam bawaannya, mungkin ada cerita kelam kali", ujar ane
"ah yang bener, Lei kamu hati2 kalau kesana", ujar panpan mati ketakutan
"ah, biarin, malahan aku seneng kalau merinding, dapat duit nanti neh", ujar Lei kesenangan

"itu keknya bukan gudang dibangun dari awal, apa seperti tempat panggung hiburan, tempat kumpul2 masyarakat ya?", tanya ane lagi
"mungkinlah, karena memang disitu dulu itu belum ada pabrik, ada kampung disitu, tapi setelah jadi pabrik, banyak bangunan2 cuman dipakai lagi aja tapi beda fungsi", ujar Lei
si lei pun mengajak ane untuk kembali menemani dia nyupir truk. Tentu ane amini lagi, cuman keesokan harinya ane mesti balik lagi ke Wuhan dan si panpan balik kerja. Maklum ane waktu itu balik weekend biasa.

Ane sempet terngiang dengan sosok wanita berwarna hitam tapi ane yakin bener dia make riasan, karena bibirnya berwarna lipstik merah. Menurut ane seperti gambaran wajah wanita geisha, tapi bener2 penuh dendam. Mungkin, curiga ane ini sosok korban geisha sewaktu penjajahan jepang di China, wallahualam. Ane belum sempet dan mungkin tak akan pernah bisa menyelidikin lebih jauh, tapi yang jelas ane yakin daerah gudang penimbunan tempat batu kapur yang ane datangin penuh misteri dan cerita kelam.

oh ya ada juga ane pernah ditantangin panpan buat manggilin hantu ke rumah kalau ane bener2 bisa berkomunikasi dengan hantu. Jadi kebetulan pernah ada perumahan ruko2 yang sepi dan lembab. Disitu ane yakin ada kejadian tak wajar karena auranya tak sedap. Ane pun memanggil dan mengajak mereka untuk mengikuti ane berkunjung ke rumahnya si Lanlan kbetulan dekat dengan ruko2 sini. Alhasil, malam harinya datang bner hantu2 ini dan membuat ponakan pada ngigau dan si panpan dan lan lan mimpi buruk. Sejak saat itu ga brani lagi nantangin ane