- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Hujan Dari Mas Rayhan
TS
achanyoe
Hujan Dari Mas Rayhan
Quote:
Hai agan dan sista kaskuser yang budiman
Apa kabar kalian semua? semoga selalu dalam lindungan tuhan yah kalian semua.
Ane kembali lagi nih di jagat per kaskusan, untuk kembali meramaikan kaskus dengan cerita-cerita seru dan pastinya berdasarkan kisah nyata.
Setelah kemarin menamatkan dua kisah horror berdasarkan kisah nyata, yang juga sudah di dramatisir. Ini loh dua thread yang di maksud
Apa kabar kalian semua? semoga selalu dalam lindungan tuhan yah kalian semua.
Ane kembali lagi nih di jagat per kaskusan, untuk kembali meramaikan kaskus dengan cerita-cerita seru dan pastinya berdasarkan kisah nyata.
Setelah kemarin menamatkan dua kisah horror berdasarkan kisah nyata, yang juga sudah di dramatisir. Ini loh dua thread yang di maksud
Quote:
Nah jadi kali ini ane mau ceritain kisah temen cewek ane, ini kisah gak murni 100% sama aslinya. Sudah di tambahkan beberapa kejadian yang supaya lebih seru dan menegangkan aja buat di baca. Tapi inti dari cerita ini itu kisah nyata.
Temen ane dulu punya suami yang memiliki kelainan sexual yang akhirnya bawa tragedi di pernikahan mereka. Pokoknya serem dan bikin geleng-geleng kepala deh.
Nah setelah dengar curhatan dia, ane jadi tergugah buat bikin threadnya. Untuk di bagikan ke agan-agan, dan setiap part yang ane bagikan nanti itu udah dapet persetujuan dari sista temen ane itu cuma identitasnya minta di umpetin aja, karena ini aib juga sih.
Oke langsung aja tanpa babibu, silahkan di nikmati kisah yang ane buat ini ya, agan dan sista
Temen ane dulu punya suami yang memiliki kelainan sexual yang akhirnya bawa tragedi di pernikahan mereka. Pokoknya serem dan bikin geleng-geleng kepala deh.
Nah setelah dengar curhatan dia, ane jadi tergugah buat bikin threadnya. Untuk di bagikan ke agan-agan, dan setiap part yang ane bagikan nanti itu udah dapet persetujuan dari sista temen ane itu cuma identitasnya minta di umpetin aja, karena ini aib juga sih.
Oke langsung aja tanpa babibu, silahkan di nikmati kisah yang ane buat ini ya, agan dan sista
Quote:
Sinopsis :
Pernikahan adalah sesuatu yang mungkin ditunggu oleh kebanyakan manusia. Mereka berharap dengan menikah maka masa depan akan dilalui dengan seseorang yang akan mengerti dan menjaga mereka. Tapi apakah benar demikian? Sayangnya tidak semua manusia hidup dengan keberuntungan indah seperti itu. Sebagian kita justru berakhir ke dalam kesengsaraan yang tidak berujung. Sialnya apakah masih adalagi nasib buruk yang lebih menyedihkan dibanding memiliki pasangan yang salah?
Sebuah cerita tentang istri yang harus menjadi korban masa lalu kelam suaminya. Dia harus berjuang melawan agar bisa benar-benar terbebas dari jeratan dan trauma psikologis yang ia alami. Saya jamin cerita ini akan membuat siapapun yang membacanya akan terbawa emosi, menangis, sedih dan seperti di cabik-cabik perasaanya.
Pernikahan adalah sesuatu yang mungkin ditunggu oleh kebanyakan manusia. Mereka berharap dengan menikah maka masa depan akan dilalui dengan seseorang yang akan mengerti dan menjaga mereka. Tapi apakah benar demikian? Sayangnya tidak semua manusia hidup dengan keberuntungan indah seperti itu. Sebagian kita justru berakhir ke dalam kesengsaraan yang tidak berujung. Sialnya apakah masih adalagi nasib buruk yang lebih menyedihkan dibanding memiliki pasangan yang salah?
Sebuah cerita tentang istri yang harus menjadi korban masa lalu kelam suaminya. Dia harus berjuang melawan agar bisa benar-benar terbebas dari jeratan dan trauma psikologis yang ia alami. Saya jamin cerita ini akan membuat siapapun yang membacanya akan terbawa emosi, menangis, sedih dan seperti di cabik-cabik perasaanya.
Quote:
Part I - Dingin
Quote:
Malam ini begitu dingin, desiran angin pendingin ruangan dan rintik hujan yang turun dengan deras membuat kamar dimana aku terbaring kini seperti membeku. Air mataku berhenti menetes, suaraku mulai serak, kesedihan yang aku alami sudah mencapai titik nadirnya. Tubuhku? Sudah tentu membeku bersama malam dan hujan.
Pernikahan adalah sesuatu yang mungkin ditunggu oleh kebanyakan manusia. Mereka berharap dengan menikah maka masa depan akan dilalui dengan seseorang yang akan mengerti dan menjaga mereka. Tapi apakah benar demikian? Sayangnya tidak semua manusia hidup dengan keberuntungan indah seperti itu. Sebagian kita justru berakhir ke dalam kesengsaraan yang tidak berujung. Sialnya apakah masih adalagi nasib buruk yang lebih menyedihkan dibanding memiliki pasangan yang salah?
Hei ruangan ini semakin dingin saja, tapi mengapa tubuhku seakan mati rasa. Bukankah harusnya aku menutupinya dengan selimut? Bukan malah membiarkannya disengat oleh hawa dingin tanpa ada pelindung yang melapisi tubuhku. Kejadian yang baru saja menimpaku membuatku tak berdaya, setelah lelah menangis kini aku hanya bisa termenung meratapi nasib. Tidak memiliki tenaga, bahkan hanya untuk bangkit meraih pakaian yang tergeletak di lantai. Hanya bisa terbaring membiarkan keringat di tubuhku mengering. Hasil dari jerih payahku meronta-ronta menolak, namun tetap saja aku hanya seorang wanita yang sudah tentu sulit lolos dari situasi mengerikan itu.
Dulu sekali aku mengenal orang itu, seseorang yang selama dua tahun ini menjadi suamiku. Awal perkenalan kami seperti sebuah kisah romansa remaja di buku-buku novel. Dia adalah laki-laki yang cerdas, tampan dan berwibawa. Sedikit dingin dan introvert, sedangkan aku adalah wanita yang cantik dan memiliki banyak penggemar dikalangan para lelaki. Masa-masa pacaran memang tidak pernah mengecewakan. Aku mencintai dia, seakan ia adalah makhluk yang sempurna. Kami menghabiskan waktu bersama, bercerita, saling memadu kasih dan tentu berbohong. Menutupi masa lalu, menutupi keburukan-keburukan. Bukankah masa pacaran itu penuh kebohongan? Kebanyakan dari kita saat pacaran lebih memilih menampilkan sisi terbaik kita, dan menutup rapat-rapat kekurangan. Tentu hanya untuk membuat lawan jenis kita terkesan. Tapi dia memang adalah pembuat kebohongan nomor satu.
Ah, tiba saja terlintas kenangan itu. Andai aku tidak bertemu dengannya. Andai saja demikian. Andai aku bisa memutar waktu. Apa itu andai? Dunia tidak memiliki tempat untuk berangan sesuatu yang mustahil seperti kembali ke masa lalu dan mengubah takdir. Kenyataannya aku baru saja mengalami sebuah tragedi. Tidak ada jalan untuk merubahnya. Sekarang pertanyaannya aku harus berbuat apa? Melanjutkan kehidupan? Apakah akan mudah kehidupan setelah malam ini berlalu? Apa aku akhiri saja hidup ini? Kamar ini ada dilantai 14 harusnya mudah saja jika ingin mati. Tapi di akhirat orang-orang yang bunuh diri tidak memiliki tempat yang baik. Setidaknya itu yang tertulis di kalam Tuhan. Apa aku bisa menahan siksaan dosa bunuh diri di akhirat kelak? Siksaan tanpa henti, berulang, dan mengerikan. Entahlah kehidupan dunia selalu memberikan pilihan sulit. Bertahan hidup artinya menderita, mengakhiri hidup ditunggu siksa neraka.
Lamunanku terhenti oleh langkah kaki yang mendekat membuka pintu dan menghampiriku. Orang biadab itu datang dengan tersenyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
“Sayang, gimana tadi kamu udah biasakan? Enakan? ” Kata orang biadab itu sambil mengelus-elus rambutku yang berantakan.
Mendengar kata-kata itu aku malah kembali menangis, air mata yang tadi telah hilang tiba-tiba saja mengalir lagi. Ditemani rintihan dan jeritan yang menusuk ulu hati.
“Kamu gila, baik, setan, iblis kamu mas, kamu iblis” makian dari mulutku keluar begitu saja untuk pria yang faktanya adalah suamiku sendiri.
Hahahaha, hahahaha.
Dia membalas semua makian dengan tawa. Entah apa yang ia pikirkan, setelah semua makian dan apa yang ia lakukan kepada istrinya sendiri dia malah tertawa. Aku tidak menyangka bahwa aku menikahi pria psikopat sepertinya. Setelah puas tertawa dia kembali mengelus-elus rambutku dan mendekat untuk membisikan sesuatu.
“Kalau aku iblis, kamu apa? Oh ia kamu pramuria kelas atas, kamu akhirnya berhenti memberontak dan lebih memilih menikmatinyakan?.” Katanya membisikannya tepat di telingaku. Setelahnya ia kembali tertawa.
“Aku berhasil menciptakan fantasiku, aku berhasil menciptakan pramuria kelas atas, hahaha”
“Liat dirimu, liat bekas cairan pria yang tadi menikmati tubuhmu bercecer di badanmu. Sempurna ini semua sempurna” Katanya kali ini ia katakan dengan sedikit kencang hingga menggema di kamar hotel kami berada.
Tangisku kini tidak lagi bisa tertahan aku menjerit, aku meronta, aku memukulinya dengan tanganku. Kepalanya, badannya aku pukul dengan sisa tenaga yang aku punya. Karena khawatir kamar lain mendengar teriakanku, dia membalas dengan menampar dan langsung membekap wajahku dengan bantal. Seperti kesetanan seakan-akan ia akan membunuhku saat itu juga. Aku meronta berusaha mendorong bantal yang ia bekapkan ke wajah. Hingga aku pikir aku akan mati, tetapi ia mendadak membuang bantal itu dan langsung memeluk tubuhku.
“Maaf ya sayang, kamu sakit ya, aku mukul kamu ya, kamu gak bisa nafas ya? Maaf ya, maaf aku minta maaf.” Katanya meminta maaf sambil berusaha memeluk erat.
Ia memang memiliki gangguan kejiwaan, selama dua tahun ini menjadi suamiku saat dia sedang sangat marah dia bisa memukulku lantas memohon meminta maaf setelahnya. Bahkan pernah sampai bersujud untuk minta dimaafkan. Hal itu aku baru tau setelah menjalin kehidupan berumah tangga dengannya selama enam bulan.
Waktu itu kami bertengkar hebat sebab alasan yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Dia memaksaku untuk berhubungan badan dikala aku sedang haid. Sesuatu yang sangat dilarang oleh agama. Dia beralasan bahwa dia memiliki kecanduan sex atau hyper sex. Dia tidak tahan jika harus menunggu 7 hari sampai haidku selesai. Lantas ia marah-marah memaksaku untuk berhubungan badan dengannya.
Jelas aku menolak, namun ia tetap memaksa. Sampai akhirnya di satu titik ia melepaskan amarahnya dengan memukulku. Anehnya setelah ia melihat aku kesakitan dia langsung meminta maaf. Memohon – mohon untuk dimaafkan. Bagiku dia seperti memiliki dua kepribadian. Karena waktu itu ia nampak sangat menyesal akhirnya aku memaafkannya, dan terus saja memaafkannya hingga hari ini tiba.
“Kamu gila ya mas, kamu mau bunuh aku? Aku udah gak kuat mas aku mau laporin kamu ke polisi kita cerai” Kataku sambil berusaha melepaskan pelukannya.
Suamiku terus saja berusaha memelukku, sambil meminta maaf. Meski aku berusaha menjauhkannya. Meski aku kembali memukulnya agar ia menjauh dariku. Ia terus saja berusaha memeluku. Kali ini sambil menangis. Tapi aku sudah muak, bagiku setelah ia membiarkan istrinya sendiri disetubuhi pria asing dengan persetujuannya. Tidak ada lagi maaf, aku sudah putuskan untuk mengakhiri ini. Suami macam apa yang memiliki fantasi melihat istrinya digagahi orang lain. Apakah itu bisa dikatakan manusia? Dan sudah tentu tidak akan pernah ada orang waras manapun yang mau Bersama dengan orang seperti itu bukan?
Tekadku sudah bulat, suamiku terus memohon untuk dimaafkan. Ia bersujud mencium kakiku. Memohon untuk dimaafkan, ia juga menangis sejadi-jadinya. Mulutnya tak ada henti-hentinya meminta maaf. Tapi semua itu percuma, aku tidak akan memaafkan laki-laki bejat ini.
Tiba-tiba saja tangisnya terhenti, dia berdiri menjauh dariku. Sambil menatapku kosong, dia mematung seakan-akan menyerah meminta maaf. Aku yang melihatnya menjauh mengambil kesempatan untuk bangkit untuk mengambil pakaian yang tergeletak. Dari tadi aku dalam kondisi telanjang, tanpa memikirkan tubuhku yang kotor. Aku berusaha untuk pergi dari tempat itu dan berniat langsung ke kantor polisi setelahnya.
Namun baru saja ingin meraih baju, suamiku datang mengampiriku dan mendorongku kembali ke atas Kasur. Kali ini ia tidak memukul atau menyiksaku. Namun ia berusaha menyetubuhiku. Gila pikirku, benar-benar orang gila. Apakah setelah ia melihatku disetubuhi orang lain dia jadi bernafsu untuk menggauliku juga? Apakah ini tujuannya melampiaskan fantasinya? untuk kemudian bisa mewujudkan kenikmatan bercinta denganku dengan sensasi yang berbeda?
Dengan tenaganya ia memaksaku, aku yang berusaha menolak mendorongnya sekuat tenaga. Saat berusaha berteriak ia mencekik leherku, sambil berusaha menciuminya. Perlawananku sia-sia, dia berhasil menikmati tubuhku yang belum lama ini baru saja dinikmati pria tidak dikenal atas persetujuannya. Ia mengotori tubuhku lagi dengan keringat dan cairan yang aku tidak inginkan. Aku hanya bisa menangis, menahan sakit hati atas perbuatan yang ia lakukan padaku. Sedangkan ia terbaring puas disampingku dengan senyum lebarnya.
“Biadab kamu mas, laknat kamu, aku pastikan kamu masuk penjara mas” Kataku sambil menangis dan menjauh darinya.
“Coba saja kalau kamu berani, aku sudah merencanakan semuanya. Hp mu yang hilang kemarin, bukanlah hilang tapi aku sembunyikan. Saat itu dengan menggunakan hp mu aku mencari pria yang mau diajak menggaulimu, dengan mengaku bahwa kamu yang mengajak. Lalu seminggu lalu saat kita berhubungan aku sengaja memfotomu dengan lingerie yang kamu gunakan dengan hp mu. Hal itu aku lakukan agar aku bisa membuat calon laki-laki targetku tergiur setelah aku kirimkan fotomu dengan lingerie. Semua itu aku rencanakan agar seolah-olah kamu sendirilah yang mengajak pria itu kesini, dan lagi kamar ini sudah di sisipkan kamera tersembunyi. Semua adegan yang terjadi, terekam dengan baik dan siap aku publikasikan jika kamu macam-macam” katanya bercerita semua rencana yang telah ia lakukan.
Dia menceritakan itu semua dengan tenang, sambil tetap berbaring di atas Kasur tempat dimana aku di rudapaksa oleh orang lain dan dirinya. Aku menangis dan berteriak, ternyata suamiku orang yang harusnya melindungi, menjaga kehormatanku justru merencanakan sesuatu yang merenggut kehormatan istrinya. Juga tentu kehormatan dirinya sendiri. Sebagai suami saat istrinya dirudapaksa, di gauli oleh orang tidak dikenal itu artinya kehormatannya telah di renggut bukan? Tapi mengapa ia justru senang, bahkan merencanakannya. Sepertinya dia memang sakit jiwa.
Aku meninggalkan dia yang masih berbaring di Kasur sambil terus menatap ke arahku. Setelah berpakaian, sesegera mungkin aku kabur dari tempat itu. Namun baru sampai pintu dia mengatakan sesuatu yang tidak kalah menyakitkan dan membuatku shock.
“Oh ia satu lagi, selain aku memiliki video rekaman mu. Aku juga memiliki video adikmu yang sedang memadu kasih dengan pacarnya. Aku sudah tau sejak lama, kalau adikmu itu sering melakukan hal yang diluar batas. Tapi aku membiarkannya, dan saat waktunya pas aku merencakanan untuk mengambil video mereka. Jika kamu tetap berani melaporkanku, aku memiliki dua video yang siap aku sebarkan. Satu videomu, satu video adikmu, dan ingat meski kamu laporkan aku. Aku punya bukti palsu yang bisa dibuat untuk memutarbalikan fakta bahwa kamulah yang selingkuh dengan pria itu.”
Aku yang tadinya sudah siap membuka pintu lalu pergi, justru kembali tersungkur ke lantai. Bagaimana mungkin ia juga melibatkan adik perempuanku yang masih sekolah. Bisa hancur masa depannya jika video yang ia katakan itu tersebar.
“Kamu memang laki-laki bajingan” Teriaku sebelum aku bangun dan pergi meninggalkannya.
Pernikahan adalah sesuatu yang mungkin ditunggu oleh kebanyakan manusia. Mereka berharap dengan menikah maka masa depan akan dilalui dengan seseorang yang akan mengerti dan menjaga mereka. Tapi apakah benar demikian? Sayangnya tidak semua manusia hidup dengan keberuntungan indah seperti itu. Sebagian kita justru berakhir ke dalam kesengsaraan yang tidak berujung. Sialnya apakah masih adalagi nasib buruk yang lebih menyedihkan dibanding memiliki pasangan yang salah?
Hei ruangan ini semakin dingin saja, tapi mengapa tubuhku seakan mati rasa. Bukankah harusnya aku menutupinya dengan selimut? Bukan malah membiarkannya disengat oleh hawa dingin tanpa ada pelindung yang melapisi tubuhku. Kejadian yang baru saja menimpaku membuatku tak berdaya, setelah lelah menangis kini aku hanya bisa termenung meratapi nasib. Tidak memiliki tenaga, bahkan hanya untuk bangkit meraih pakaian yang tergeletak di lantai. Hanya bisa terbaring membiarkan keringat di tubuhku mengering. Hasil dari jerih payahku meronta-ronta menolak, namun tetap saja aku hanya seorang wanita yang sudah tentu sulit lolos dari situasi mengerikan itu.
Dulu sekali aku mengenal orang itu, seseorang yang selama dua tahun ini menjadi suamiku. Awal perkenalan kami seperti sebuah kisah romansa remaja di buku-buku novel. Dia adalah laki-laki yang cerdas, tampan dan berwibawa. Sedikit dingin dan introvert, sedangkan aku adalah wanita yang cantik dan memiliki banyak penggemar dikalangan para lelaki. Masa-masa pacaran memang tidak pernah mengecewakan. Aku mencintai dia, seakan ia adalah makhluk yang sempurna. Kami menghabiskan waktu bersama, bercerita, saling memadu kasih dan tentu berbohong. Menutupi masa lalu, menutupi keburukan-keburukan. Bukankah masa pacaran itu penuh kebohongan? Kebanyakan dari kita saat pacaran lebih memilih menampilkan sisi terbaik kita, dan menutup rapat-rapat kekurangan. Tentu hanya untuk membuat lawan jenis kita terkesan. Tapi dia memang adalah pembuat kebohongan nomor satu.
Ah, tiba saja terlintas kenangan itu. Andai aku tidak bertemu dengannya. Andai saja demikian. Andai aku bisa memutar waktu. Apa itu andai? Dunia tidak memiliki tempat untuk berangan sesuatu yang mustahil seperti kembali ke masa lalu dan mengubah takdir. Kenyataannya aku baru saja mengalami sebuah tragedi. Tidak ada jalan untuk merubahnya. Sekarang pertanyaannya aku harus berbuat apa? Melanjutkan kehidupan? Apakah akan mudah kehidupan setelah malam ini berlalu? Apa aku akhiri saja hidup ini? Kamar ini ada dilantai 14 harusnya mudah saja jika ingin mati. Tapi di akhirat orang-orang yang bunuh diri tidak memiliki tempat yang baik. Setidaknya itu yang tertulis di kalam Tuhan. Apa aku bisa menahan siksaan dosa bunuh diri di akhirat kelak? Siksaan tanpa henti, berulang, dan mengerikan. Entahlah kehidupan dunia selalu memberikan pilihan sulit. Bertahan hidup artinya menderita, mengakhiri hidup ditunggu siksa neraka.
Lamunanku terhenti oleh langkah kaki yang mendekat membuka pintu dan menghampiriku. Orang biadab itu datang dengan tersenyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
“Sayang, gimana tadi kamu udah biasakan? Enakan? ” Kata orang biadab itu sambil mengelus-elus rambutku yang berantakan.
Mendengar kata-kata itu aku malah kembali menangis, air mata yang tadi telah hilang tiba-tiba saja mengalir lagi. Ditemani rintihan dan jeritan yang menusuk ulu hati.
“Kamu gila, baik, setan, iblis kamu mas, kamu iblis” makian dari mulutku keluar begitu saja untuk pria yang faktanya adalah suamiku sendiri.
Hahahaha, hahahaha.
Dia membalas semua makian dengan tawa. Entah apa yang ia pikirkan, setelah semua makian dan apa yang ia lakukan kepada istrinya sendiri dia malah tertawa. Aku tidak menyangka bahwa aku menikahi pria psikopat sepertinya. Setelah puas tertawa dia kembali mengelus-elus rambutku dan mendekat untuk membisikan sesuatu.
“Kalau aku iblis, kamu apa? Oh ia kamu pramuria kelas atas, kamu akhirnya berhenti memberontak dan lebih memilih menikmatinyakan?.” Katanya membisikannya tepat di telingaku. Setelahnya ia kembali tertawa.
“Aku berhasil menciptakan fantasiku, aku berhasil menciptakan pramuria kelas atas, hahaha”
“Liat dirimu, liat bekas cairan pria yang tadi menikmati tubuhmu bercecer di badanmu. Sempurna ini semua sempurna” Katanya kali ini ia katakan dengan sedikit kencang hingga menggema di kamar hotel kami berada.
Tangisku kini tidak lagi bisa tertahan aku menjerit, aku meronta, aku memukulinya dengan tanganku. Kepalanya, badannya aku pukul dengan sisa tenaga yang aku punya. Karena khawatir kamar lain mendengar teriakanku, dia membalas dengan menampar dan langsung membekap wajahku dengan bantal. Seperti kesetanan seakan-akan ia akan membunuhku saat itu juga. Aku meronta berusaha mendorong bantal yang ia bekapkan ke wajah. Hingga aku pikir aku akan mati, tetapi ia mendadak membuang bantal itu dan langsung memeluk tubuhku.
“Maaf ya sayang, kamu sakit ya, aku mukul kamu ya, kamu gak bisa nafas ya? Maaf ya, maaf aku minta maaf.” Katanya meminta maaf sambil berusaha memeluk erat.
Ia memang memiliki gangguan kejiwaan, selama dua tahun ini menjadi suamiku saat dia sedang sangat marah dia bisa memukulku lantas memohon meminta maaf setelahnya. Bahkan pernah sampai bersujud untuk minta dimaafkan. Hal itu aku baru tau setelah menjalin kehidupan berumah tangga dengannya selama enam bulan.
Waktu itu kami bertengkar hebat sebab alasan yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Dia memaksaku untuk berhubungan badan dikala aku sedang haid. Sesuatu yang sangat dilarang oleh agama. Dia beralasan bahwa dia memiliki kecanduan sex atau hyper sex. Dia tidak tahan jika harus menunggu 7 hari sampai haidku selesai. Lantas ia marah-marah memaksaku untuk berhubungan badan dengannya.
Jelas aku menolak, namun ia tetap memaksa. Sampai akhirnya di satu titik ia melepaskan amarahnya dengan memukulku. Anehnya setelah ia melihat aku kesakitan dia langsung meminta maaf. Memohon – mohon untuk dimaafkan. Bagiku dia seperti memiliki dua kepribadian. Karena waktu itu ia nampak sangat menyesal akhirnya aku memaafkannya, dan terus saja memaafkannya hingga hari ini tiba.
“Kamu gila ya mas, kamu mau bunuh aku? Aku udah gak kuat mas aku mau laporin kamu ke polisi kita cerai” Kataku sambil berusaha melepaskan pelukannya.
Suamiku terus saja berusaha memelukku, sambil meminta maaf. Meski aku berusaha menjauhkannya. Meski aku kembali memukulnya agar ia menjauh dariku. Ia terus saja berusaha memeluku. Kali ini sambil menangis. Tapi aku sudah muak, bagiku setelah ia membiarkan istrinya sendiri disetubuhi pria asing dengan persetujuannya. Tidak ada lagi maaf, aku sudah putuskan untuk mengakhiri ini. Suami macam apa yang memiliki fantasi melihat istrinya digagahi orang lain. Apakah itu bisa dikatakan manusia? Dan sudah tentu tidak akan pernah ada orang waras manapun yang mau Bersama dengan orang seperti itu bukan?
Tekadku sudah bulat, suamiku terus memohon untuk dimaafkan. Ia bersujud mencium kakiku. Memohon untuk dimaafkan, ia juga menangis sejadi-jadinya. Mulutnya tak ada henti-hentinya meminta maaf. Tapi semua itu percuma, aku tidak akan memaafkan laki-laki bejat ini.
Tiba-tiba saja tangisnya terhenti, dia berdiri menjauh dariku. Sambil menatapku kosong, dia mematung seakan-akan menyerah meminta maaf. Aku yang melihatnya menjauh mengambil kesempatan untuk bangkit untuk mengambil pakaian yang tergeletak. Dari tadi aku dalam kondisi telanjang, tanpa memikirkan tubuhku yang kotor. Aku berusaha untuk pergi dari tempat itu dan berniat langsung ke kantor polisi setelahnya.
Namun baru saja ingin meraih baju, suamiku datang mengampiriku dan mendorongku kembali ke atas Kasur. Kali ini ia tidak memukul atau menyiksaku. Namun ia berusaha menyetubuhiku. Gila pikirku, benar-benar orang gila. Apakah setelah ia melihatku disetubuhi orang lain dia jadi bernafsu untuk menggauliku juga? Apakah ini tujuannya melampiaskan fantasinya? untuk kemudian bisa mewujudkan kenikmatan bercinta denganku dengan sensasi yang berbeda?
Dengan tenaganya ia memaksaku, aku yang berusaha menolak mendorongnya sekuat tenaga. Saat berusaha berteriak ia mencekik leherku, sambil berusaha menciuminya. Perlawananku sia-sia, dia berhasil menikmati tubuhku yang belum lama ini baru saja dinikmati pria tidak dikenal atas persetujuannya. Ia mengotori tubuhku lagi dengan keringat dan cairan yang aku tidak inginkan. Aku hanya bisa menangis, menahan sakit hati atas perbuatan yang ia lakukan padaku. Sedangkan ia terbaring puas disampingku dengan senyum lebarnya.
“Biadab kamu mas, laknat kamu, aku pastikan kamu masuk penjara mas” Kataku sambil menangis dan menjauh darinya.
“Coba saja kalau kamu berani, aku sudah merencanakan semuanya. Hp mu yang hilang kemarin, bukanlah hilang tapi aku sembunyikan. Saat itu dengan menggunakan hp mu aku mencari pria yang mau diajak menggaulimu, dengan mengaku bahwa kamu yang mengajak. Lalu seminggu lalu saat kita berhubungan aku sengaja memfotomu dengan lingerie yang kamu gunakan dengan hp mu. Hal itu aku lakukan agar aku bisa membuat calon laki-laki targetku tergiur setelah aku kirimkan fotomu dengan lingerie. Semua itu aku rencanakan agar seolah-olah kamu sendirilah yang mengajak pria itu kesini, dan lagi kamar ini sudah di sisipkan kamera tersembunyi. Semua adegan yang terjadi, terekam dengan baik dan siap aku publikasikan jika kamu macam-macam” katanya bercerita semua rencana yang telah ia lakukan.
Dia menceritakan itu semua dengan tenang, sambil tetap berbaring di atas Kasur tempat dimana aku di rudapaksa oleh orang lain dan dirinya. Aku menangis dan berteriak, ternyata suamiku orang yang harusnya melindungi, menjaga kehormatanku justru merencanakan sesuatu yang merenggut kehormatan istrinya. Juga tentu kehormatan dirinya sendiri. Sebagai suami saat istrinya dirudapaksa, di gauli oleh orang tidak dikenal itu artinya kehormatannya telah di renggut bukan? Tapi mengapa ia justru senang, bahkan merencanakannya. Sepertinya dia memang sakit jiwa.
Aku meninggalkan dia yang masih berbaring di Kasur sambil terus menatap ke arahku. Setelah berpakaian, sesegera mungkin aku kabur dari tempat itu. Namun baru sampai pintu dia mengatakan sesuatu yang tidak kalah menyakitkan dan membuatku shock.
“Oh ia satu lagi, selain aku memiliki video rekaman mu. Aku juga memiliki video adikmu yang sedang memadu kasih dengan pacarnya. Aku sudah tau sejak lama, kalau adikmu itu sering melakukan hal yang diluar batas. Tapi aku membiarkannya, dan saat waktunya pas aku merencakanan untuk mengambil video mereka. Jika kamu tetap berani melaporkanku, aku memiliki dua video yang siap aku sebarkan. Satu videomu, satu video adikmu, dan ingat meski kamu laporkan aku. Aku punya bukti palsu yang bisa dibuat untuk memutarbalikan fakta bahwa kamulah yang selingkuh dengan pria itu.”
Aku yang tadinya sudah siap membuka pintu lalu pergi, justru kembali tersungkur ke lantai. Bagaimana mungkin ia juga melibatkan adik perempuanku yang masih sekolah. Bisa hancur masa depannya jika video yang ia katakan itu tersebar.
“Kamu memang laki-laki bajingan” Teriaku sebelum aku bangun dan pergi meninggalkannya.
Part II - Nympomaniac
Part III - Kebingungan
Part IV - Masa Kecil Rayhan
Part V - Mental Illness
Part VI - Masokis
Part VII - Labirin
Part VIII - Apakah ini keputusan yang benar?
Diubah oleh achanyoe 02-06-2022 15:52
provocator3301 dan 15 lainnya memberi reputasi
12
8.2K
Kutip
75
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
achanyoe
#13
Quote:
Part VI - Masokis
Quote:
Quote:
Akhirnya aku memutuskan untuk menemuinya, setelah menghela nafas panjang aku membuka pintu dan saat itulah mata kami saling bertatapan. Wajah itu adalah wajah yang paling aku benci, kini dia ada tepat di depan mata.
Benar saja, dia membuat semua seolah-olah tidak terjadi masalah besar. Dia tersenyum ke arahku, dan bergegas mendekat ke arahku yang masih berdiri di depan pintu. Dia berusaha memelukku tapi aku dorong. Keluargaku yang melihat kami bertengkar berhamburan keluar, tidak ingin ikut campur dengan urusan kami. Mas rayhan yang melihat semuanya pergi menarik tanganku untuk masuk ke kamar. Sempat ku lawan, namun tenaganya lebih kuat. Setelah berhasil membawaku masuk, tangannya sigap mengkunci pintu.
“Apa-apaan sih kamu, mau kamu apa. Aku udah gak mau berurusan sama kamu lagi” Bentakku kepadanya.
Di bentak dia malah membalasnya dengan memaksa untuk menciumin leherku. Nafasnya tersengal-sengal seperti binatang yang sedang dikuasai nafsu.
“baik, apa-apaan sih mas, aku udah gak mau sama kamu. Jijik, najis” Kataku sambil mendorongnya menjauh.
Dia tidak memperdulikan ocehanku, kini ia lanjut meremas dadaku yang masih tertutup baju. Meski tangannya aku pukul, rambutnya aku jambak dia tidak peduli. Dia terus saja melakukan aksinya, berusaha masuk dari celah-celah baju untuk meremas dadaku secara langsung.
“Cukup mas, hentikan baik. Atau aku teriak” Kataku mengancam.
“Coba saja, maka semua rahasia aku sebar ke internet” Mas rayhan balas mengancam
Lagi-lagi ancaman yang sama, tapi ancaman itu sukses membuatku takut berteriak. Mas rayhan menarik tanganku dan melempar tubuhku ke ranjang, dan langsung membuka paksa bajuku sampai satu persatu kancing bajuku terlepas. Air mataku mengalir, tidak ada gairah sedikitpun atas perlakuannya. Sentuhan yang ia berikan hanya membuatku semakin muak.
Dia sukses membuatku telanjang, seluruh pakaianku terhempas ke lantai, kini ia memaksaku untuk melayaninya. Karena kesulitan ia sampai harus meludah berkali-kali. Karena aku sangat tersiksa, tidak ada nafsu sama sekali atas apa yang dia lakukan.
Tapi dia tetap memaksa, hingga akhirnya ia terpuaskan, dan tubuhnya jatuh berbaring tepat di sebelahku yang telah ia hinakan.
“Onani itu gak enak banget ran, akhirnya setelah lima hari aku bisa melakukan itu lagi sama kamu” Kata mas rayhan dengan nafas yang masih memburu akibat rasa puas
“Kamu emang bener-bener gila, aku gak tau lagi kamu bukan manusia kayaknya, kamu iblis” Kataku
Aku menangis, sedangkan ia tersenyum puas. Kami sempat saling diam. Hening, dia nampak masih menikmati orgasm dari rudapaksaan yang ia telah tunggu-tunggu beberapa hari ini. Dia merasa lebih terpuaskan jika berhubungan denganku, dibanding jika harus memuaskan dirinya sendiri dengan tangannya.
Setelah air mataku mengering, dan yang tersisa hanya suara sesenggukan sisa-sisa tangisanku. Mas rayhan bangkit dari ranjangnya, dan memakai pakaian. Ia juga ke lemari mencari bajuku. Dan memintaku untuk memakainya.
“Pakai bajumu, setelah itu kita bicara” Katanya sambil menyodorkan pakaian.
Aku yang sudah muak mengabaikannya, tetap diam tak menurutinya untuk berpakaian.
“Oke kalau kamu gak mau pakai baju gak papa, tapi dengerin aku kesini mau minta maaf, aku mau kamu pulang ke rumah, aku janji gak akan ulangin lagi perbuatan itu” Kata mas rayhan
Aku tetap diam tidak memperdulikannya, terserah dia mau minta maaf atau apalah. Persetan, sudah tidak adalagi tempat bagiku untuknya. Namun dia terus saja bicara meminta maaf, memohon untuk dimaafkan. Dia juga menangis, dan berusaha mencium kakiku bersujud agar dimaafkan.
Sebenarnya aku bingung, kenapa ia sampai sejauh ini. Tapi aku masih tegar untuk tetap diam tidak memaafkannya.
Setelah mas rayhan melihatku bergeming meski ia telah bersujud memohon-mohon sekalipun. Tiba-tiba saja, ia menampar dirinya sendiri dengan keras berkali-kali.
“Plak, plak, plak,”Suara tamparan mas rayhan ke wajahnya sendiri
“Kalau gak mau maafin aku, aku bakalan pukulin diri aku sendiri” Ancam mas rayhan
Mas rayhan memang sering melukai dirinya sendiri dengan memukul wajah atau kepalanya. Karena itu merupakan pemandangan yang beberapa kali aku lihat, jadi aku masih bergeming dan membiarkan dia menyiksa dirinya sendiri.
Melihatku tetap acuh, awalnya ia masih lanjut memukuli wajahnya. Namun tiba-tiba saja ia mengambil tasnya, dan meraih sesuatu.
“Oke kalau kamu gak maafin aku juga, aku bakalan minum ini dan bunuh diri di depan kamu” Kata mas rayhan sambil siap meminum cairan pewangi pakaian.
Aku yang awalnya tidak memperdulikannya, bangun dari Kasur dan menantangnya untuk bunuh diri. Meski aku khawatir sebenarnya, sebab ia tidak pernah sampai sejauh ini. Munkin kali ini karena ia tau tidak akan di maafkan, makannya ia menyiapkan ini semua agar dimaafkan oleh ku.
“Minum aja mas, aku yakin kamu gak akan berani” Tantangku dengan perasaan ragu
Aku berharap ia tidak meminumnya, meski mulutku menantangnya tapi hatiku tidak. Aku takut jika dia betulan bunuh diri, bisa bingung aku jawab sama ayah-ibu nanti. Jika ia mati, dan bukti videonya ikut bersamanya mungkin tidak masalah. Tapi bagaimana jika ternyata ia telah mempersiapkan semuanya? Dan pasti ia telah menyiapkan segalanya.
“Oke ran, oke” Kata mas rayhan sambil menumpahkan cairan pewangi pakaian itu ke mulutnya
Aku yang melihat itu reflek bangkit dari Kasur, dan memukul botol yang ia pegang. Namun sudah ada beberapa cairan yang tertelan, aku memukuli punggungnya berharap ia memuntahkan itu. Aku juga memasukan tanganku ke mulutnya memaksanya untuk muntah. Dia memang muntah tapi aku khawatir jika masih ada sisa-sisa cairan pewangi itu di tubuhnya.
“Ran kenapa ran, kok gaduh banget, kalian kenapa” Ayahku yang mendengar suara gaduh kali ini tak tahan untuk bertanya
“Gak papa pak, bapak diem aja diluar” Balasku tidak ingin melihat rayhan dalam kondisi seperti itu
Mas rayhan terus saja berusaha memuntahkan isi perutnya. Aku juga terus memukul-mukul punggungnya. Insting bertahan hidup mas rayhan membuatnya berusaha untuk muntah agar semua cairan pewangi itu keluar.
Aku yang melihat mas rayhan muntah berkali-kali merasa bingung. Aku takut ia mati setelah gagal menyelamatkan diri.
“Ran, kamu maafkan mas kan?” Kata mas rayhan di sela-sela ia berusaha untuk memuntahkan isi perutnya
Aku reflek memaafkannya, yang ada dipikiranku saat ini adalah keselamatannya. Bukan karena perasaan cinta yang masih ada, bukan. Melainkan aku tidak ingin dia mati dan menyusahkanku dengan pertanyaan ayah-ibu atau kerabatnya mas rayhan. Belum lagi senjata mas rayhan untuk mengancamku belum jelas aman atau tidak jika ia mati.
“Oke mas oke, aku maafin. Tapi jangan ngelakuin itu lagi” Kataku dalam keadaan panik
Akhirnya setelah berkali-kali muntah, dan mas rayhan aku beri minum yang banyak. Entah cairannya masih ada atau tidak, yang pasti ia berangsur menghentikan muntahnya. Kini ia bangun dan berbaring di Kasur. Setelah hampir semua isi perutnya keluar, nampaknya ia kelelahan. Ia hanya bisa terbaring dikasur dengan nafasnya yang sedikit tersengal.
Melihatnya terbaring aku keluar kamar, dan meminta adikku untuk ke warung membeli susu. Katanya susu bisa menetralkan racun tubuh. Entah itu benar atau tidak, tapi biarlah aku coba sebagai ikhtiar agar mas rayhan tidak kenapa-kenapa.
Saat kembali ke kamar, aku membersihkan bekas muntahan mas rayhan di lantai. Setelahnya aku melihat kondisi mas rayhan. Ia Sepertinya baik-baik saja, ia berusaha mengatakan sesuatu.
“Ran, terimakasih yah udah maafin mas” Katanya kepadaku
Entahlah aku merasa ini salah, tapi biarlah aku akan pura-pura memaafkannya dulu kali ini. Sambil memikirkan jalan keluarnya nanti.
Benar saja, dia membuat semua seolah-olah tidak terjadi masalah besar. Dia tersenyum ke arahku, dan bergegas mendekat ke arahku yang masih berdiri di depan pintu. Dia berusaha memelukku tapi aku dorong. Keluargaku yang melihat kami bertengkar berhamburan keluar, tidak ingin ikut campur dengan urusan kami. Mas rayhan yang melihat semuanya pergi menarik tanganku untuk masuk ke kamar. Sempat ku lawan, namun tenaganya lebih kuat. Setelah berhasil membawaku masuk, tangannya sigap mengkunci pintu.
“Apa-apaan sih kamu, mau kamu apa. Aku udah gak mau berurusan sama kamu lagi” Bentakku kepadanya.
Di bentak dia malah membalasnya dengan memaksa untuk menciumin leherku. Nafasnya tersengal-sengal seperti binatang yang sedang dikuasai nafsu.
“baik, apa-apaan sih mas, aku udah gak mau sama kamu. Jijik, najis” Kataku sambil mendorongnya menjauh.
Dia tidak memperdulikan ocehanku, kini ia lanjut meremas dadaku yang masih tertutup baju. Meski tangannya aku pukul, rambutnya aku jambak dia tidak peduli. Dia terus saja melakukan aksinya, berusaha masuk dari celah-celah baju untuk meremas dadaku secara langsung.
“Cukup mas, hentikan baik. Atau aku teriak” Kataku mengancam.
“Coba saja, maka semua rahasia aku sebar ke internet” Mas rayhan balas mengancam
Lagi-lagi ancaman yang sama, tapi ancaman itu sukses membuatku takut berteriak. Mas rayhan menarik tanganku dan melempar tubuhku ke ranjang, dan langsung membuka paksa bajuku sampai satu persatu kancing bajuku terlepas. Air mataku mengalir, tidak ada gairah sedikitpun atas perlakuannya. Sentuhan yang ia berikan hanya membuatku semakin muak.
Dia sukses membuatku telanjang, seluruh pakaianku terhempas ke lantai, kini ia memaksaku untuk melayaninya. Karena kesulitan ia sampai harus meludah berkali-kali. Karena aku sangat tersiksa, tidak ada nafsu sama sekali atas apa yang dia lakukan.
Tapi dia tetap memaksa, hingga akhirnya ia terpuaskan, dan tubuhnya jatuh berbaring tepat di sebelahku yang telah ia hinakan.
“Onani itu gak enak banget ran, akhirnya setelah lima hari aku bisa melakukan itu lagi sama kamu” Kata mas rayhan dengan nafas yang masih memburu akibat rasa puas
“Kamu emang bener-bener gila, aku gak tau lagi kamu bukan manusia kayaknya, kamu iblis” Kataku
Aku menangis, sedangkan ia tersenyum puas. Kami sempat saling diam. Hening, dia nampak masih menikmati orgasm dari rudapaksaan yang ia telah tunggu-tunggu beberapa hari ini. Dia merasa lebih terpuaskan jika berhubungan denganku, dibanding jika harus memuaskan dirinya sendiri dengan tangannya.
Setelah air mataku mengering, dan yang tersisa hanya suara sesenggukan sisa-sisa tangisanku. Mas rayhan bangkit dari ranjangnya, dan memakai pakaian. Ia juga ke lemari mencari bajuku. Dan memintaku untuk memakainya.
“Pakai bajumu, setelah itu kita bicara” Katanya sambil menyodorkan pakaian.
Aku yang sudah muak mengabaikannya, tetap diam tak menurutinya untuk berpakaian.
“Oke kalau kamu gak mau pakai baju gak papa, tapi dengerin aku kesini mau minta maaf, aku mau kamu pulang ke rumah, aku janji gak akan ulangin lagi perbuatan itu” Kata mas rayhan
Aku tetap diam tidak memperdulikannya, terserah dia mau minta maaf atau apalah. Persetan, sudah tidak adalagi tempat bagiku untuknya. Namun dia terus saja bicara meminta maaf, memohon untuk dimaafkan. Dia juga menangis, dan berusaha mencium kakiku bersujud agar dimaafkan.
Sebenarnya aku bingung, kenapa ia sampai sejauh ini. Tapi aku masih tegar untuk tetap diam tidak memaafkannya.
Setelah mas rayhan melihatku bergeming meski ia telah bersujud memohon-mohon sekalipun. Tiba-tiba saja, ia menampar dirinya sendiri dengan keras berkali-kali.
“Plak, plak, plak,”Suara tamparan mas rayhan ke wajahnya sendiri
“Kalau gak mau maafin aku, aku bakalan pukulin diri aku sendiri” Ancam mas rayhan
Mas rayhan memang sering melukai dirinya sendiri dengan memukul wajah atau kepalanya. Karena itu merupakan pemandangan yang beberapa kali aku lihat, jadi aku masih bergeming dan membiarkan dia menyiksa dirinya sendiri.
Melihatku tetap acuh, awalnya ia masih lanjut memukuli wajahnya. Namun tiba-tiba saja ia mengambil tasnya, dan meraih sesuatu.
“Oke kalau kamu gak maafin aku juga, aku bakalan minum ini dan bunuh diri di depan kamu” Kata mas rayhan sambil siap meminum cairan pewangi pakaian.
Aku yang awalnya tidak memperdulikannya, bangun dari Kasur dan menantangnya untuk bunuh diri. Meski aku khawatir sebenarnya, sebab ia tidak pernah sampai sejauh ini. Munkin kali ini karena ia tau tidak akan di maafkan, makannya ia menyiapkan ini semua agar dimaafkan oleh ku.
“Minum aja mas, aku yakin kamu gak akan berani” Tantangku dengan perasaan ragu
Aku berharap ia tidak meminumnya, meski mulutku menantangnya tapi hatiku tidak. Aku takut jika dia betulan bunuh diri, bisa bingung aku jawab sama ayah-ibu nanti. Jika ia mati, dan bukti videonya ikut bersamanya mungkin tidak masalah. Tapi bagaimana jika ternyata ia telah mempersiapkan semuanya? Dan pasti ia telah menyiapkan segalanya.
“Oke ran, oke” Kata mas rayhan sambil menumpahkan cairan pewangi pakaian itu ke mulutnya
Aku yang melihat itu reflek bangkit dari Kasur, dan memukul botol yang ia pegang. Namun sudah ada beberapa cairan yang tertelan, aku memukuli punggungnya berharap ia memuntahkan itu. Aku juga memasukan tanganku ke mulutnya memaksanya untuk muntah. Dia memang muntah tapi aku khawatir jika masih ada sisa-sisa cairan pewangi itu di tubuhnya.
“Ran kenapa ran, kok gaduh banget, kalian kenapa” Ayahku yang mendengar suara gaduh kali ini tak tahan untuk bertanya
“Gak papa pak, bapak diem aja diluar” Balasku tidak ingin melihat rayhan dalam kondisi seperti itu
Mas rayhan terus saja berusaha memuntahkan isi perutnya. Aku juga terus memukul-mukul punggungnya. Insting bertahan hidup mas rayhan membuatnya berusaha untuk muntah agar semua cairan pewangi itu keluar.
Aku yang melihat mas rayhan muntah berkali-kali merasa bingung. Aku takut ia mati setelah gagal menyelamatkan diri.
“Ran, kamu maafkan mas kan?” Kata mas rayhan di sela-sela ia berusaha untuk memuntahkan isi perutnya
Aku reflek memaafkannya, yang ada dipikiranku saat ini adalah keselamatannya. Bukan karena perasaan cinta yang masih ada, bukan. Melainkan aku tidak ingin dia mati dan menyusahkanku dengan pertanyaan ayah-ibu atau kerabatnya mas rayhan. Belum lagi senjata mas rayhan untuk mengancamku belum jelas aman atau tidak jika ia mati.
“Oke mas oke, aku maafin. Tapi jangan ngelakuin itu lagi” Kataku dalam keadaan panik
Akhirnya setelah berkali-kali muntah, dan mas rayhan aku beri minum yang banyak. Entah cairannya masih ada atau tidak, yang pasti ia berangsur menghentikan muntahnya. Kini ia bangun dan berbaring di Kasur. Setelah hampir semua isi perutnya keluar, nampaknya ia kelelahan. Ia hanya bisa terbaring dikasur dengan nafasnya yang sedikit tersengal.
Melihatnya terbaring aku keluar kamar, dan meminta adikku untuk ke warung membeli susu. Katanya susu bisa menetralkan racun tubuh. Entah itu benar atau tidak, tapi biarlah aku coba sebagai ikhtiar agar mas rayhan tidak kenapa-kenapa.
Saat kembali ke kamar, aku membersihkan bekas muntahan mas rayhan di lantai. Setelahnya aku melihat kondisi mas rayhan. Ia Sepertinya baik-baik saja, ia berusaha mengatakan sesuatu.
“Ran, terimakasih yah udah maafin mas” Katanya kepadaku
Entahlah aku merasa ini salah, tapi biarlah aku akan pura-pura memaafkannya dulu kali ini. Sambil memikirkan jalan keluarnya nanti.
somay555 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Kutip
Balas
Tutup