wafafarhaAvatar border
TS
wafafarha
DUDA AJA SOMBONG
"Apa Om Saga tak sadar, Anda terlalu pelit untuk ukuran orang kaya?!" Nara mencebik sebal.


"Kamu lupa sesuatu?" Saga mengangkat satu alisnya.

"Apa?!"

"Uang lima juta Dollar pertamamu hanya akan kamu dapatkan setelah kamu tidur denganku!" Saga menyeringai.

Kontan saja hal itu membuat Nara tergelak. "A- apa?!!"


bukhorigan
phyu.03
phyu.03 dan bukhorigan memberi reputasi
2
4K
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
wafafarhaAvatar border
TS
wafafarha
#10
MENYELAMATKAN HARGA DIRI

Saga melotot, melihat ke arah bagian bawah tubuhnya lalu pada gadis yang tengkurap persis di depannya. Mata gadis itu melebar sempurna, ia tampak syok!

Dengan cepat Saga menutupkan tangan yang sedang memegang tisue dan sabun ke depan.

Nara menarik napas dalam-dalam. Terkejut melihat pemandangan di depan sana. Tiba-tiba saja hawa menjadi panas membakar wajahnya. Ia begitu malu, meski yang terlihat bukan miliknya.

Ia kemudian menyembunyikan wajah, dengan posisi menghadapkannya ke bawah, mencium lantai. "Maafkan aku, Om," lirihnya dipenuhi rasa bersalah.

Saga yang merasa seluruh harga dirinya telah binasa, segera meraih handuknya yang berada di kakinya dengan cepat. Dan berjalan melewati Nara.

'Arghh! Ini memalukan sekali! Walau kenyataannya ini salah gadis itu! Kenapa dia bisa se-ceroboh itu!'

'Ya Tuhan, hukumlah hamba, tapi jangan dengan cara seperti ini,' batin Nara menangis. Ia tak tahu bagaimana akan menghadapi Saga setelah ini, dan bergeming di posisi tengkurap agak lama.

Hingga ia pun berpikir untuk pergi saja. Bukankah Nara sudah mendapatkan uang dari Alvin untuk membayar gaji team? Lalu untuk apa dia masih bertahan di kamar Om-om itu?

'Ya pergi sekarang adalah jalan satu-satunya menyelamatkan mukaku di depan Om Saga.' Nara bertekad dalam hatinya.

'Tapi ....' Sebuah masalah kembali datang menganggu otaknya. 'Bagaimana dengan tangan ini?' Nara mengeluarkan jari di mana terpasang sebuah cincin.

'Om tolong aku! Tanganku sakit,' teriaknya dalam hati disertai tangis.

Namun, bagi Nara bertahan di kondisi ini terlalu memalukan. Ia merasa menjadi seorang gadis tanpa kepala.

Karena itulah, gadis berparas ayu tersebut memilih untuk pergi saja.

'Yah, karena kehormatan bagi Princess Nara lebih mahal dari apa pun juga di dunia ini, termasuk semua barang-barang branded yang pernah kuposting di IG.'

Dengan perlahan-lahan Nara bergerak, agar tak menarik perhatian Saga yang kini tengah mengenakan kaos dan celana di depan almari.

Sesekali Nara melirik pada pria itu dengan degup jantung tak beraturan.

Tanpa ia sadar, Saga yang bergerak cepat memakai pakaian menutupi tubuh kekarnya, melirik dari ekor mata ke arah cermin. Di mana pantulan bayangan Nara yang sedang kabur terlihat.

Sampai di depan pintu, tiba-tiba saja suara bariton dari arah Saga terdengar. Hal itu mencegah Nara membuka pintu.

"Tunggu!"

Seketika Nara membeku, karenanya. Mata gadis itu memejam lantaran tertangkap basah.

"Duhh."

"Siapa bilang kamu boleh pergi gadis ceroboh?!" Suara Saga langsung meninggi.

Degup jantung Nara makin tak karuan, kala derap langkah dari kaki lebar pria itu makin mendekat. Saga pasti sangat marah padanya sekarang.

'Ini memang salahmu, Nara! Dari awal kamu memang salah. Terlalu kepo memakai barang milik orang lain ... lalu menarik handuknya pula. Siapa orangnya yang tak marah?!'

Nara menggeleng kecil. Menepis pikiran tidak-tidak dalam kepala. Berusaha tenang dan menguatkan diri sendiri.

'Siapa bilang cincin itu, bukan punyaku? Bukankah semua harta benda milik suami adalah milik istrinya. Meski milik istri bukan milik suaminya. Dan lagi ... aku jatuh juga tak sengaja, itu artinya handuknya lepas juga tak sengaja! Itu bukan kesalahanku.'

Lagi-lagi ada perang dalam batinnya. Antara rasa bersalah dan Nara membela diri sendiri.

Suara anak kunci yang terputar terdengar. Seketika Nara terkesiap memeluk diri sendiri dengan meletakkan kedua tangan di dada. Saat membuka mata, Saga sudah sangat dekat dengan satu tangan memegang anak kunci kamar.

"O- Om." Nara tergagap. Suaranya bergetar karena malu dan takut jadi satu. Sampai-sampai rona di pipinya kembali terlihat dengan jelas.

Pria itu menoleh dengan tatapan innocent. Melihat Nara dengan amarah yang tampak jelas di kedua matanya. Nara makin mengkeret saja dibuatnya.

"Em, kita batalkan saja." Gadis itu meringis menjawab ragu-ragu sambil menunduk. "Aku sudah punya uang sekarang. Jadi tak perlu uang Om lagi," ucapnya lagi.

Meski ia sendiri tak yakin, apa boleh memakai uang Alvin? Bahkan akad uang masuk itu saja tak jelas.

'Ah, bodo amatlah. Yang penting sekarang aku lepas dulu dari Om Saga!'

"Heh!" Saga menarik satu sudut bibirnya ke atas.

"Kamu sepertinya harus tahu aturan di rumah ini, Nona." Saga memicingkan mata ke arah Nara. Sengaja. Untuk membuatnya merasa tertindas.

"A- apa?"

Tangan kanan Saga bergerak ke dinding, hingga tubuh Nara terkunci olehnya. Perasaan Nara sungguh tak menentu.

Belum lagi, bayangan kejadian yang membuatnya sangat malu tadi hilang, kini Saga melakukan hal lain yang membuatnya tak bisa kabur. Jangankan kabur, ia bahkan tak berkutik.

"Hemh. Aku tak peduli kamu sudah punya uang atau belum. Aku tak peduli tujuanmu aa ada di kamarku. Tapi ... siapa pun yang masuk ke sini, tak boleh ke luar tanpa seizinku. Maaf, mulai sekarang aku tak akan melepaskan siapa pun."

***

Agan, buatmu yang mau baca kelanjutannya, bisa dibaca di Play Store/Play Book, cari aja judul DUDA AJA SOMBONG
Rainbow555
Rainbow555 memberi reputasi
1